5 Fakta Viral Dokter Penyakit Dalam Dibentak Pasien hingga Dipaksa Buka Masker

- Kamis, 14 Agustus 2025 | 11:25 WIB
5 Fakta Viral Dokter Penyakit Dalam Dibentak Pasien hingga Dipaksa Buka Masker



NARASIBARU.COM  - Berikut ini fakta viralnya keluarga pasien yang memaksa dokter di RSUD Sekayu, Muba, Sumatera Selatan dipaksa buka masker hingga dimaki-maki.

Tingkah keluarga pasien VIP RSUD Sekayu, Muba, Sumatera Selatan memaki dr Syahpri Putra Wangsa viral di media sosial.

Parahnya lagi, keluarga pasien itu memaksa dr Syahpri Putra Wangsa melepas masker.

Akhirnya kasus itu berbuntut panjang. dr Syahpri melaporkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.


Meskipun, keluarga pasien itu akhirnya meminta maaf dan bersalaman dengan dr Syahpri.

Dokter Syahpri dipertemukan dengan keluarga pasien di aula RSUD Sekayu Muba, Rabu (13/8/2025).

Berikut ini faktanya: 

1. Pengakuan Keluarga Pasien

Ismet Syaputra, keluarga pasien VIP memberikan penjelasan.

Ismet mengaku kecewa karena sang ibu yang dirawat di RSUD Sekayu harus menunggu dokter hingga empat hari sejak masuk rumah sakit.


Padahal ia ingin mendapatkan pelayanan cepat sehinga menempatkan ibunya di kamar VIP.

“Kami datang hari Jumat, rujukan dari Klinik Smart Medica. Ibu saya dirawat karena diabetes komplikasi. Kondisinya membaik, sadar, demam turun, gula darah stabil setelah dirawat di RSUD Sekayu. Tapi kami diminta menunggu dokter sampai hari Selasa,” ujar Ismet, Rabu (13/8/2025).




Menurutnya, pelayanan yang diberikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

“Kami memilih pelayanan umum atau VIP karena ingin pelayanan maksimal. Kalau dokter tidak ada saat akhir pekan, apa bedanya dengan BPJS. Sedangkan VIP saja seperti ini,” ungkapnya.


Kekecewaan Ismet bertambah ketika mengetahui hasil pemeriksaan dahak ibunya yang ia klaim sudah tersedia sejak Sabtu, namun baru dicek pada Selasa.

Saat menanyakan tindak lanjut perawatan, ia mengaku hanya mendapat jawaban untuk bersabar.


“Bagaimana saya bisa bersabar melihat ibu saya terbaring sakit. Saya tersulut emosi dan meminta dokter melepas masker untuk memastikan beliau benar dokter atau bukan,” ungkap Ismet.

Ismet menilai, pengalaman ini menjadi catatan penting bagi pihak rumah sakit agar pasien VIP benar-benar mendapat pelayanan sesuai harapan. 

"Kalau statusnya VIP, mestinya penanganan dan fasilitasnya juga maksimal, bukan malah menunggu berhari-hari,” ungkapnya.

2. Penjelasan dr Syahpri

Sedangkan, dr Syahpri, mengatakan peristiwa itu sudah memanas ketika ia hendak memasuki ruang perawatan.

"Perawat menyampaikan kepada saya keluarga pasien emosi. Perawat yang bertugas memberi tahu bahwa keluarga pasien sedang marah-marah. Saat itu saya minta perawat siaga,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa perawat dan dokter jaga adalah perpanjangan tangan dokter penanggung jawab atau spesialis, karena tidak mungkin selalu berada di rumah sakit setiap saat. 

"Saya meminta keluarga pasien bersabar dan menjelaskan alasan tetap memakai masker. Kenapa saya memakai masker, karena dari hasil rontgen dan radiologi ditemukan bercak pada paru-paru pasien yang diindikasikan TBC, salah satu penyakit yang sulit ditangani. Pemakaian masker itu SOP pemeriksaan indikasi penyakit TBC,” jelasnya.


Syahpri mengaku sempat meminta satu perawat bersiap merekam dan perawat lainnya memanggil petugas keamanan. 

“Dalam perjalanan medis, kami sering mendapat ancaman, jadi perlu antisipasi. Keluarga pasien tetap meminta saya melepas masker, saya bilang kalau buka masker di luar saja sesuai SOP. Tapi mereka tetap memaksa dan melepas masker saya,” tuturnya.

Setelah kejadian itu, ia meminta petugas keamanan untuk berjaga di sekitar tenaga kesehatan karena keluarga pasien masih menunjukkan emosi. 

"Saya minta petugas keamanan untuk menjaga perawat karena saat itu masih emosi, saya khawatir terhadap adik-adik nakes yang semuanya perempuan,"tutupnya.

3. Minta Maaf

Dokter Syahpri dipertemukan dengan keluarga pasien di aula RSUD Sekayu Muba, Rabu (13/8/2025).

Sebuah jabat tangan yang ditengahi akhirnya mempertemukan dua pihak yang sempat bersitegang.

Di satu sisi, dr. Syahpri Putra Wangsa, seorang dokter spesialis penyakit dalam, berdiri dengan keteguhan profesinya.


Di sisi lain, seorang pria perwakilan keluarga pasien, tertunduk dengan raut penyesalan.

Keluarga pasien yang sebelumnya terekam dalam video bersikap intimidatif, kini menyampaikan permohonan maaf secara langsung.

Plt Direktur RSUD Sekayu drg Dina Krisnawati Oktaviani MKes menyebutkan pasca kejadian tersebut pasien atas nama Rita yang merupakan keluarga yang melakukan tindakan kepada dokter telah mendapat perawatan.

"Pasien atas nama Rita masih dilakukan perawatan di RSUD Sekayu di ruangan VIP, pelayanan maksimal tetap kita berikan. Kita  kesampingkan dahulu peristiwa ini, karena layanan kesehatan harus tetap diberikan kepada pasien,"ungkpanya. 

4. Lapor ke Polisi

dr. Syahpri menuturkan keputusannya melaporkan keluarga pasien ke Polres Muba adalah langkah yang tak bisa ditawar.

Ia melihat peristiwa yang menimpanya sebagai puncak dari gunung es kekerasan yang kerap mengancam para tenaga kesehatan (nakes).

"Yang jelas, saya mewakili seluruh nakes di Indonesia, jangan sampai terjadi Syahpri-Syahpri yang lain. Jadi kita harus menentukan sikap, harus tegas," ujarnya dengan suara mantap.


Ia meluapkan suara hatinya, menggambarkan betapa rentannya posisi para garda terdepan kesehatan mulai dari perawat hingga dokter spesialis. 

Ancaman terhadap mereka, menurutnya, adalah ancaman bagi seluruh sistem.

“Untuk sekolah menjadi seorang dokter itu tidak mudah. Belum lagi dari biayanya yang luar biasa, dari waktu yang harus dibuang, meninggalkan istri-anak untuk sekolah, itu luar biasa,” paparnya, menyoroti pengorbanan besar yang sering dilupakan di balik jas putih seorang dokter.

Karena itu, meski pertemuan dan salaman dengan keluarga pasien telah berlangsung, dr. Syahpri memastikan proses hukum akan terus berjalan.

"Sudah kita laporkan, jadi sekarang kita menunggu saja proses hukumnya," tegasnya.



5. Polisi Terima Laporan 

Laporan dr Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, FINASIM resmi diterima Kepolisian Resor Musi Banyuasin (Polres Muba), Rabu (13/8/2025). 

dr Syahpri Putra Wangsa resmi melapor ke polisi atas tindak arogansi yang diterimanya dari keluarga pasien yang viral di sosial media. 


Kapolres Muba AKBP God Parlasro Sinaga melalui Kasi Humas IPTU S. Hutahean menjelaskan bahwa laporan sudah masuk dan proses hukum kini berjalan di bawah penanganan Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Muba.

“Benar, laporan sudah kita terima dan saat ini sedang ditangani oleh Satreskrim Polres Muba,” kata IPTU S. Hutean, Rabu (13/8/2025).

Lanjutnya, korban dalam hal ini dokter yang bersangkutan didampingi Direktur RSUD Sekayu, IDI Muba, dan Dinkes Muba. 

"Laporan masih dalam dipelajari oleh tim penyidik Satreskrim Polres Muba, informasi selanjutnya akan kita informaskan lebih lanjut,"jelasnya. 

Perlu diketahui, kasus ini berawal dari sebuah video berdurasi 41 detik yang beredar luas di media sosial, menampilkan momen ketika keluarga pasien diduga memaksa seorang dokter membuka masker saat sedang memeriksa pasien.

Dokter tersebut kemudian diketahui adalah dr. Syahpri Putra Wangsa, dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Sekayu.

Sumber: Wartakota 

Komentar