NARASIBARU.COM - Pakar telematika yang juga eks Menpora, Roy Suryo mendapat lawan tangguh saat berdebat soal keabsahan ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi, yang kini jadi polemik.
Dalam perdebatan itu bahkan membuat Roy Suryo enggan menjawab pertanyaan sang lawan tangguh yakni seorang advokat muda di acara Rakyat Bersuara yang tayang di Inews TV, Selasa (20/5/2025) malam.
Lawan tangguh itu adalah Yakup Hasibuan, advokat muda berusia 29 tahun yang merupakan kuasa hukum Jokowi.
Gaya bicara dan pembawaannya yang tenang, santun, serta elegan, membuat Yakup Hasibuan mampu menerangkan seputar soal ijazah Jokowi yang dipertanyakan dan dianggap palsu oleh Roy Suryo Cs, dengan sangat baik.
Bahkan beberapa kali, Yakup Hasibuan berani menanyakan balik seputar ijazah Jokowi ke Roy Suryo dan membuat eks Menpora itu tidak mau menjawab pertanyaan dengan dalih memelintir.
Yakup Hasibuan diketahui adalah putra bungsu dari advokat ternama Otto Hasibuan yang menjabat Ketum Peradi, dan kini juga Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan ke-1.
Awalnya dalam acara itu, Roy Suryo yang merupakan terlapor dalam kasus dugaan pencemaran nama baik dan fitnah karena menuding ijazah Jokowi palsu diberi kesempatan pertama.
Awalnya Roy sempat menyindir Jokowi yang menjalani pemeriksaan di Bareskrim hanya satu jam dan menjawab 24 pertanyaan seputar ijazahnya.
Padahal kata Roy, dia saja sudah sangat cepat menjawab 26 pertanyaan saat diperiksa di Polda Metro Jaya dalam waktu 4 jam.
"Kan nanti bisa ditanya, kiatnya apa. Boleh, boleh nanti tanya ke Pak Yakub," sindir Roy.
Roy kemudian menerangkan bahwa kini Kasmudjo akhirnya mengaku bahwa dia bukanlah dosen pembimbing skripsi Jokowi saat kuliah di UGM.
Padahal pada 2017, atau 8 tahun lalu, kata Roy, Jokowi mengaku-ngaku bahwa Kasmudjo adalah dosen pembimbing skripsinya.
"Peristiwanya ada di Fakultas Kehutanan, reuni bulan Desember tahun 2017. Dia mengundang Pak Kasmudjo," kata Roy.
Saat itu menurut Roy, Kasmudjo dipersilakan maju dan diperkenalkan sebagai dosen pembimbing skripsi Jokowi.
"Kasmudjo waktu itu usianya 61 tahun dan kemudian diperkenalkan sebagai, terima kasih Pak Kasmojo berkat bimbingan Bapak ya saya bisa menyelesaikan skripsi saya," ujar Roy menirukan ucapan Jokowi saat itu seperti dalam video yang beredar.
Bahkan kata Roy, saat itu Jokowi mengaku bolak-balik menghadap Kasmudjo untuk bimbingan skripsinya dan dinilai Jokowi sebagai dosen galak.
Namun kata Roy, kini Kasmudjo mendapat hidayah dari Tuhan YME dan kini mengaku bukan dosen pembimbing skripsi Jokowi.
"Melainkan dosen pembimbing akademik?" tanya host acara Aiman.
"Enggak juga. Beliau mengatakan saya dulu masih asdos," tambah Roy.
Roy menjelaskan dirinya dulu pernah menjadi asisten dosen atau asdos.
"Seorang asdos, itu enggak boleh ngajar langsung sendiri apalagi bimbing skripsi, eh bimbing akademik. Kalau dosen utamanya misalnya berhalangan boleh ngajar atau kemudian dia diperintah," ujarnya.
Menurut Roy dosen pembimbing akademik itu bertanggung jawab dari awal si mahasiswa itu masuk kuliah dengan menandatangi KRS atau kartu rencana studi.
Selain itu kata Roy, Jokowi kala itu juga mengaku bahwa IP nya di bawah dua, dimana berarti tidak boleh mengambil 18 SKS namun maksimal 15 SKS.
Sehingga jika dihitung, menurut Roy, tidak mungkin Jokowi bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu 5 tahun seperti pengakuannya.
Dengan kata lain menurut Roy, apa yang dikatakan Jokowi pada 2017 itu adalah tidak benar alias bohong.
"Dan terbukti sekarang," kata Roy dengan tersenyum lebar merekah.
Setelah itu host acara, Aiman langsung memberikan kesempatan ke Yakup Hasibuan, kuasa hukum Jokowi untuk mengonfirmasi semua pernyataan dan tudingan Roy.
"Oke, ini harus dikonfirmasi langsung. Bung Yakup, silahkan," kata Aiman mempersilakan Yakup Hasibuan.
Di sinilah, Yakup Hasibuan beraksi dengan penjelasan dan pernyataannya secara santun dan elegan, namun berujung mencoba membuat keraguan atas semua pernyataan Roy.
"Mas Aiman terima kasih atas undangannya, pertama-tama dan selamat malam kepada semua rekan-rekan narasumber dan teman-teman yang hadir di sini, maupun yang menyaksikan melalui televisi atau online," kata Yakub.
Ia lalu langsung menguji Roy atas pernyataannya dengan membuat pertanyaan sederhana ke Roy.
"Mungkin ada satu hal Mas Aiman yang perlu saya klarifikasi dulu ya. Saya ingin tanyakan ke Mas Roy dulu sebenarnya. Pernah enggak Pak Jokowi menyatakan bahwa Pak Kasmudjo itu adalah dosen pembimbing skripsi saya?" tanya Yakup ke Roy.
Namun Roy tidak mau menjawab gamblang tetap dengan diplomasi dan asumsinya.
"Beliau mengatakan berkat bimbingan Pak Kasmudjo skripsi saya selesai," kata Roy.
"Iya, pernah enggak beliau menyatakan Pak Kasmudjo adalah dosen pembimbing skripsi saya?" cecar Yakup lagi ke Roy.
Lagi-lagi Roy enggan menjawab gamblang dan justru agar menanyakannya ke ahli bahasa.
"Oke, kita tanyakan ke ahli bahasa deh," ujar Roy.
"Bukan, bukan, Ini pertanyaan, jawab iya atau tidak saja," kata Yakub.
"Bukan begitu," timpal Roy.
Aiman lalu menengahi dengan memutar video rekaman pernyataan Jokowi di 2017 lalu.
Sembari menunggu video diputar, Roy kembali menyampaikan argumennya bahwa saat itu Jokowi mengaku bolak-balik menemui Kasmudjo untuk mendapat bimbingan.
"Mana ada bolak-balik bolak pulang tuh kalau bukan skripsi. KKN tidak bisa begitu KKN enggak ada bolak-balik," kata Roy.
Dengan nada tenang, Yakup lalu mematahkan argumen Roy.
"Saya bolak-balik dulu mas ke dosen pembimbing akademik saya. Itu ada namanya Prof Melda, almarhumah di UI. Saya bolak-balik untuk diskusi," kata Yakup.
"Tapi ini UGM mas," bantah Roy.
"Apa bedanya, mas?" timpal Yakup.
"Beda, UGM gak ada...," ujar Roy.
"UGM, dosen pembimbing akademik gak boleh ditemuin sering-sering?" tanya Yakup lagi.
"Gak, datang kemudian sudah konsultasi gitu aja, dia sudah ngerti mau apa," kata Roy.
"Jadi mahasiswa tidak boleh bertemu dosen pembimbing akademiknya sering-sering?" cecar Yakup lagi.
"Salah, jangan melintir mas," kata Roy mengelak dengan menuding Yakup memelintir.
"Saya nanya mas, boleh enggak?" cecar Yakup.
"Dosen pembimbing akademik itu hanya menandatangani berapa jumlah SKS dalam satu semester," kata Roy.
Namun pernyataan Roy, dianggap Yakup tidak menjawab pertanyaannya.
"Bukan, mahasiswa boleh enggak datangin dosen pembimbing akademiknya sering-sering untuk konsultasi, boleh enggak Mas?" tanya Yakup.
"Loh sering, tapi gak enggak ada yang namanya bolak-balik kemudian pulang. Dan kemudian dikatakan dan kemudian dikatakan berkat bimbingan Pak Kasmudjo saya berhasil menyelesaikan skripsi saya. Kalau dia dosen akademik, saya berhasil menyelesaikan akademik saya. Gitu loh," ujar Roy.
Yakup kemudian menjelaskan bahwa semua dosen yang mengajar di masa kuliahnya dianggapnya telah membantu membimbingnya dalam skripsi yang dibuatnya.
"Sama saja begini mas. Saya ngomong begini Mas, semua dosen-dosen pengajar saya, saya bilang bahwa tanpa dosen-dosen pengajar saya, dosen asas pidana misalnya, tanpa bimbingan Bapak saya itu tidak mungkin menyelesaikan skripsi saya. Karena skripsi saya itu ada hubungannya dengan asas pidana misalnya. Memang itu menjadi salah?" papar Yakub.
"Enggak, jangan pura-pura memelintir lah," kata Roy mengelak.
"Makanya saya tanya ke Mas Suryo, pertanyaan yang sangat mudah dijawab. Pernah tidak Pak Jokowi mengatakan bahwa Pak Kasmudjo itu adalah dosen pembimbing skripsi saya?" cecar Yakup.
"Dosen pembimbing ya," kata Roy.
Aiman lalu menengahi dengan menunjukkan untuk memutar kembali rekaman video pernyataan Jokowi pada 2017.
Dalam rekaman video, terbukti bahwa Jokowi hanya mengatakan bahwa Pak Kasmudjo adalah dosen pembimbingnya, tapi tidak menyebut sebagai dosen pembimbing skripsi.
"Tadi, hanya pembimbing saja mas ya," ujar Yakup menegaskan pernyataan Jokowi.
"Iya memang hanya pembimbing saja, tapi jangan motong kalimatnya," elak Roy.
"Tidak disebutkan pembimbing skripsi, itu maksudnya kan ya," tambah Aiman menegaskan untuk membenarkan maksud pernyataan Yakup.
"Biar semua clear, jangan seakan-akan Pak Jokowi berbohong. Pernah mengatakan ini adalah dosen pembimbing skripsi saya, sekarang dosen pembimbing akademik. Itu kan yang beredar Mas," kata Yakup.
Roy kemudian membahas hal lain, selain pernyataan Jokowi yang secara jelas memang tidak menyebut Kasmudjo dosen pembimbing skripsinya.
"Pantaskah atau kemudian sopankah kalau itu dosen pembimbing akademik, tidak ditulis di skripsi. Pantas enggak?" kata Roy.
"Apa hubungannya sama ditulis di skripsi Mas?" tegas Yakup.
Karena kata Roy dalam skripsinya Jokowi tidak ada nama Kasmudjo, padahal Pak Kasmudjo diundang ke depan saat acara itu.
"Kan memang beliau bukan pembimbing skripsi. Ini sudah clear," ujar Yakup.
Sehingga kata Yakup memang tidak disebut di skripsi.
"Lah iya, pembimbing akademik lebih tinggi jabatannya. Harus ditulis dong di situ," kata Roy.
"Tinggi rendahnya pembimbing itu kan menurut Anda. Anda mungkin lebih menghargai pembimbing akademik Anda. Ada orang yang lebih menghargai pembimbing akademiknya," kata Yakup.
Dari sini katanya Yakup meminta framing yang seakan Jokowi berbohong menyebut bahwa Kasmudjo adalah dosen pembimbing skripsi lalu berubah menjadi dosen pembimbing akademik adalah tidak benar.
Yakub membenarkan bahwa Jokowi mengatakang langsung kepadanya bahwa Kasmudjo adalah dosen pembimbing akademiknya.
"Dari awal Pak Jokowi mengatakan Kasmudjo adalah dosen pembing akademik," kata Yakub.
Roy Suryo akhirnya mengakui dan mengatakan akan mengikuti jalan pikiran Yakup.
"Menurut Pak Yakup, Pak Kasmudjo itu apa?" tanya Roy.
"Bukan menurut saya mas. Ini faktanya bahwa beliau itu adalah dosen pembimbing akademik," ujar Yakup,
"Boleh kah dosen pembimbing akademik, orang yang masih asdos," tanya Roy.
"Tanya ke UGM dong," kata Yakup.
"Lah iya, gak boleh mas," jawab Roy.
"Kok Anda mendahului UGM?" tuding Yakup.
"Saya dosen di UGM dulu, saya juga asisten dosen," kata Roy.
"Oke, Anda itu sekarang mewakili UGM atau bukan?" tanya Yakup.
"Bukan, tapi saya punya pengalaman empiris di sana," ujar Roy.
Roy lalu memaparkan golongan bahwa asisten dosen tidak bisa menjadi pembimbing akademik.
"Itu menurut Anda. Gini mas Aiman, kalau begini harus ada statemen dari UGM," kata Yakup.
Aiman lalu mengiyakan perlunya klarifikasi dari UGM.
"Saya pun kalau mendengar pernyataan Jokowi, selalu mengasosiakikan dosen pembimbing skripsi. Ternyata tidak ada kata skripsi di situ," ujar Aiman.
Roy Tak Pernah Lihat
Dalam kesempatan yang sama Roy juga mempermasalahkan nama dekan yang berbeda dengan yang ada di ijazah Jokowi.
Karena hal itu, Yakup kembali mencecar Roy.
"Penah lihat ijazahnya, Mas?" tanya Yakup ke Roy.
"Yang diposting itu. Kalau salah, berarti Sandi salah," ujar Roy.
"Oh gitu, berarti belum pernah lihat ya?" kata Yakup.
"Mas, pernah lihat," kata Roy bertanya balik.
"Pernah lah," tegas Yakup.
"Ya, oke. Ada gak disitu," tanya Roy.
"Mas pernah lihat gak? Jawab dulu dong," pancing Yakup.
"Tadi saya jawab, saya pernah lihat. Mas, pernah lihat gak?" kata Yakup sembari tertawa, karena Roy terus enggan menjawab pertanyaan sederhananya.
Roy lalu balik bertanya ke Yakup, apakah foto postingan ijazah di medsos adalah ijazah Jokowi atau bukan.
"Ini ijazahnya apa bukan mas?" tanya Roy.
"Saya tidak harus menjawab itu, karena ini semua sudah masuk proses hukum," kata Yakup.
Yakup menjelaskan bahwa ijazah Jokowi adalah ijazah fisik bukan ijazah elektronik.
"Bentuknya analog Analog, tapi selama ini ada orang-orang yang mengklaim sebagai ahli-ahli melakukan digital forensik. Seakan-akan barangnya ini adalah digital. Padahal barangnya ini analog. Jadi selama ini yang diperiksa itu sebenarnya apa?" kata Yakup.
"Statement dari UGM clear bahwa ijazahnya itu adalah ijazah fisik. Tahun segitu juga belum dikeluarkan ijazah yang elektronik," tegas Yakup.
Yakup juga mempertanyakan apakah boleh ijazah fisik analog di analisa dengan digital.
Namun Roy menyebut bahwa UGM juga menampilkan foto ijazah Jokowi yang dianalisanya dengan keilmuannya.
Yakup juga menyebutkan bahwa laporan Jokowi ke Polda Metro Jaya, lokus dan tempat serta terlapornya jelas.
"Kami sebutkan nama-nama lengkapnya yang kami duga melakukan itu semua. Namun kenapa masih dalam penyelidikan, ini penjelasannya," kata Yakup.
"Jadi peristiwa yang kami laporkan itu kan bentuknya adalah video. Ada berbagai pihak yang mengatakan hal-hal tertentu yang dianggap Pak Jokowi telah mencemarkan nama baik beliau. ada yang di podcast ada yang di press conference dan lain-lain. Tentunya kan kami tidak bisa untuk menentukan itu absolut adalah orang ini, sehingga dalam penyelidikan," kata Yakup.
Menurut Yakup, kasus ini sebenarnya sangat simple dan sederhana.
Masalahnya kata dia, ada sekelompok orang yang tetap tidak percaya pada Jokowi.
"Nah jadi terakhir jadi kami mau menghimbai menghimbau seluruh pihak juga khususnya masyarakat tidak terprovokasi dengan hal-hal ini," katanya.
Ia juga menghimbau semua pihak, termasuk yang mengaku ahli atau mengaku yang memiliki pendapat bahwa ijazah Jokowi itu palsu untuk bersama-sama mencari kebenaran.
"Marilah bersama-sama kita mencari kebenaran, bukan mencari kepalsuan. Karena kalau kita mencari kepalsuan, kita kacamata kuda, maka semua opini publik opini fakta-fakta dan hal-hal yang sebenarnya membuktikan bahwa itu asli, sudah pasti tutup kuping, tutup mata," kata Yakup.
"Jadi jangan kita mencari kepalsuan mari kita cari kebenaran," ujar Yakup.
Sumber: Tribun
Artikel Terkait
Belum Ada Ukuran objektif Menilai Gibran Wapres Terbaik
PN Sleman Gelar Sidang Ijazah Jokowi, UGM Bawa Dokumen Lengkap, Ini Analisa Pengamat BRIN!
Tak Bisa Dikerjai Menteri, Habiburokhman Sebut Prabowo Punya Indera Keenam
ANALISIS! Menyingkap Makna di Balik Larangan Gembar-Gembor Dua Periode Prabowo, Ada Maksud Terselubung Ini?