Setelah berbulan-bulan dilanda perang dan kelaparan parah, warga Gaza kini menghadapi ancaman kehausan akibat lumpuhnya sistem air bersih di wilayah tersebut.
Sebagian besar instalasi penting seperti pengolahan air limbah, saluran pembuangan, waduk, hingga jaringan pipa rusak berat akibat serangan. Situasi makin memburuk sejak Maret lalu, saat Israel memutus pasokan listrik ke fasilitas desalinasi utama yang jadi sumber utama air bersih bagi warga Gaza.
Juru bicara UNICEF, James Elder, menyebut kondisi saat ini sangat gawat.
“Kami jauh di bawah standar minimum untuk kebutuhan air minum. Anak-anak bisa mulai meninggal karena kehausan,” ujarnya kepada The Guardian, Sabtu 21 Juni 2025.
Elder menambahkan, hanya 40 persen fasilitas air yang masih bisa berfungsi.
Di tengah krisis ini, kekerasan terus berlanjut. Sedikitnya 24 orang tewas akibat tembakan Israel saat mereka sedang menunggu bantuan di Gaza tengah pada Jumat. Menurut otoritas kesehatan setempat, puluhan lainnya terluka.
Direktur Rumah Sakit al-Awda di Nuseirat, Marwan Abu Nasser, menjelaskan kondisi korban sangat mengenaskan.
“Banyak yang mengalami luka parah di dada dan kepala. Ada perempuan, anak-anak, dan remaja di antara korban. Mereka datang dari berbagai kalangan untuk mencari bantuan,” katanya.
Sementara itu, sistem distribusi bantuan juga menjadi sorotan. Ratusan warga Palestina tewas dalam beberapa minggu terakhir saat berusaha mendapatkan bantuan dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi yang didukung oleh AS dan Israel. GHF baru mulai beroperasi menggantikan sistem bantuan yang sebelumnya dijalankan oleh PBB.
Israel menuduh sistem PBB dimanfaatkan oleh Hamas untuk mencuri dan menjual bantuan, namun tuduhan ini dibantah oleh badan-badan PBB dan lembaga kemanusiaan internasional. Mereka menilai sistem baru buatan GHF tidak efektif dan tidak manusiawi.
Meski begitu, GHF mengklaim telah menyalurkan lebih dari 30 juta makanan “secara aman dan tanpa insiden” sejak beroperasi sebulan lalu.
Konflik Gaza masih terus memanas sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang lainnya, dengan 53 sandera masih belum dibebaskan.
Sejak saat itu, lebih dari 55.600 warga Gaza telah tewas, mayoritas adalah warga sipil, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Sumber: rmol
Foto:L Ilustrasi/Net
Artikel Terkait
Khamenei Berlindung di Bunker dan Tunjuk Tiga Calon Pengganti
Iran Konfirmasi Serangan Terhadap Tiga Fasilitas Nuklir Utama
AS Serang Tiga Lokasi Nuklir Iran, Trump: Operasi Sangat Berhasil
Trump Serang Iran Tanpa Izin Kongres, Tuai Kecaman di Washington