[UPDATE] Pengakuan Calo di Pasar Pramuka Soal Dokumen Palsu: Bikin Ijazah Hanya Butuh 2 Jam!

- Kamis, 03 Juli 2025 | 17:35 WIB
[UPDATE] Pengakuan Calo di Pasar Pramuka Soal Dokumen Palsu: Bikin Ijazah Hanya Butuh 2 Jam!




NARASIBARU.COM - Publik baru-baru ini dibuat heboh dengan pernyataan politisi senior PDI Perjuangan, Bambang Beathor Suryadi perihal ijazah mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi yang dicetak di kawasan Pasar Pramuka pada 2012.


Alhasil, lokasi Pasar Pramuka yang terletak di Jalan Pramuka Raya, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, menjadi perbincangan. 


Bahkan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia Roy Suryo sempat mengunjungi Pasar Pramuka untuk melihat kondisinya saat ini.


Terbaru, Rismon Hasiholan Sianipar membagikan video yang merekam kesaksian calo di Pasar Pramuka Pojok perihal pembuatan dokumen palsu.


Wawancara tersebut dilakukan secara singkat dan tayang di kanal YouTube Balige Academy pada 3 Juli 2025 dengan judul "Kesaksian Calo Pasar Pojok Pramuka Dokumen Palsu".


Rismon Sianipar mengobrol dengan narasumber yang sebelumnya pernah mengurus dokumen palsu di Pasar Pramuka Pojok.


"Bisa dijelaskan sedikit tentang bagaimana dokumen-dokumen palsu itu dibuat di sekitar Pojok Pramuka?" tanya Rismon Sianipar kepada seorang lelaki dengan inisial GNT.


Pria tersebut lalu menceritakan salah satu pengalamannya ketika ia membantu membuat visa Australia untuk seseorang yang ingin bepergian ke luar negeri. 


Ia menjelaskan alur pembuatan dokumen palsu tersebut.


Menurut pernyataannya, ia hanya membutuhkan foto klien, di mana foto tersebut digunakan untuk membuat KTP palsu, Kartu Keluarga palsu, dan akta kelahiran palsu sebagai syarat pembuatan paspor.


Selain akta lahir, GNT juga mengatakan ijazah juga bisa digunakan untuk membuat paspor. Namun kala itu, biaya pembuatan ijazah palsu lebih mahal daripada akta kelahiran.


"Saya dulu bikin dokumen palsu itu dari orang yang mau bikin visa Australia atau visa Taiwan. Orang hanya menyerahkan foto ke saya. Foto itu saya bawa ke Pasar Pramuka, saya bikinlah KTP dulu. KTP sama KK. Setelah itu, saya bikin akta lahir. Karena kalau kita mau bikin paspor, syaratnya tiga (yaitu) KTP, KK, akta lahir, kalau enggak ijazah. Karena ijazah itu terlalu mahal, akta itu kan murah, waktu itu cuma 50 ribu atau 100 ribu. Makanya saya bikin akta lahir," ucap GNT.


GNT mengaku bahwa ia menjalankan bisnis calo tersebut pada tahun 1990 hingga 2001. 


Setelah berhasil membuat dokumen penting yang dibutuhkan, ia lantas membawanya ke imigrasi Jakarta Timur.


"Saya sebagai penghubung. Jadi nanti saya yang bikin ke Pasar Pramuka, tetapi setelah dokumen palsu itu jadi, saya bikin paspor asli ke imigrasi Jakarta Timur," tambah GNT lagi.


Jalur yang harus ditempuh selanjutnya setelah ia berhasil mengantongi paspor asli dari imigrasi adalah membuat surat pengantar atau sponsor dari instansi apapun. 


Pria tersebut mengaku bahwa para pemilik kios di Pasar Pramuka memiliki blangko dari semua universitas di Indonesia bahkan di luar negeri.


"Setelah paspor asli keluar, saya bikin lagi visa itu orang mau kemana. Nanti ada surat pengantar atau sponsor lah dari universitas mana. Jadi, dulu saya punya blangko dari universitas seluruh Indonesia, Trisakti, UGM, UI, Unpad, sama stempelnya," sambung GNT.


Tak berhenti sampai di sana, pria itu juga mengaku membuat rekening koran palsu di Pasar Pramuka yang akan diserahkan ke kedutaan terkait.


"Setelah itu selesai, ini sponsor untuk di kedutaan. Nah, zaman dulu kalau orang mau ke sana kan harus pakai rekening koran atau rekening tabungan. Nah, itu saya bikin juga di Pasar Pramuka," ungkap GNT lagi.


Mendengar pernyataan tersebut, Rismon Sianipar lantas bertanya apakah ada orang yang ingin membuat ijazah palsu.


"Ada nggak klien yang meminta untuk misalnya membuat ijazah sarjana?" tanya Rismon Sianipar.


Tak terduga, pria tersebut mengaku bahwa ada banyak sekali orang yang membuat ijazah palsu di Pasar Pramuka. 


Menurutnya, orang-orang yang membuat ijazah palsu justru dari kalangan berduit.


"Wah, itu mah banyak banget dari seluruh universitas. Istilah kata kalau di Pramuka itu bukan rahasia lagi, tapi sudah umum. Jadi, sebenernya konsumennya juga anak-anak orang kaya yang bandel-bandel itu. Dia nggak lulus, tapi dia mau nunjukkin ke bapaknya, dibikinlah itu," imbuhnya lagi.


Namun, menurut pernyataannya, ia belum pernah menjumpai pejabat yang memintanya untuk membuat dokumen palsu. 


Meski begitu, klien yang pernah ditanganinya membuat dokumen palsu berupa ijazah untuk melamar di berbagai perusahaan.


"Kalau pejabat saya belum pernah waktu itu. Cuma ketika dia (klien) bikin ini, dia buat ngelamar ke sini, buat ngelamar ke seluruh Indonesia," bebernya lagi.


Saat ditanya mengenai jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat dokumen palsu tersebut, GNT mengaku tak memerlukan waktu yang lama. 


Bahkan untuk membuat ijazah palsu, dibutuhkan hanya satu hingga dua jam.


"Satu jam hingga dua jam selesai bikin ijazah palsu," ujarnya.


Rismon Sianipar kemudian menanyakan tentang materai lawas dan warna kertas yang harus digunakan saat membuat ijazah palsu dari tahun jadul. 


Menurut GNT, para pemilik kios di Pasar Pramuka yang mampu membuat dokumen seperti itu telah menyiapkan kertas khusus yang diasapkan di dapur, sehingga memberikan warna kuning usang.


Namun, perihal tinta, GNT tak dapat menjaminnya. Ia mengatakan jika masing-masing pemilik kios di Pasar Pramuka memiliki keahlian dan spesialisasi yang berbeda-beda dalam membuat dokumen palsu, sehingga tak semuanya dapat menjual ijazah palsu.


Lebih lanjut, narasumber tersebut juga mengatakan bahwa beredar desas-desus di Pasar Pramuka tentang dugaan ijazah palsu Jokowi. 


Ia mengaku banyak temannya di pasar tersebut yang yakin jika ijazah milik Presiden Republik Indonesia ke-7 itu dibuat di Pasar Pramuka. 


Tetapi, ia tak bisa menyebutkan siapa pelaku yang dicurigai.


Walau begitu, terdapat kecurigaan tentang keterlibatan mantan Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Paiman Raharjo.


"Kalau desas-desus (tentang ijazah Jokowi) belum begitu jelas, cuma banyak orang atau banyak teman meyakini (bikin) di sana. Cuma kita belum mengerucut atau menuduh ke salah satu orang atau apa. Kalau pandangan saya pribadi, di situ ada pernah ada seorang pembuat pemalsuan-pemalsuan dokumen itu ada yang jadi pejabat," ujar GNT.


Rismon Sianipar kemudian menanyakan berapa persentase ijazah palsu dibuat mirip dengan aslinya.


"Kalau misalnya ijazah itu hasilnya apakah 100 persen persis dengan contohnya?" tanya Rismon Sianipar.


GNT menjelaskan jika hasil bergantung dengan uang yang diberikan. 


Semakin mahal uang yang dibayarkan, maka semakin mirip ijazah palsu tersebut dengan yang aslinya.


"Kalau masalah hasil itu tergantung harga. Contohnya, harga 600 ribu atau 500 ribu ya asal-asalan. Kertasnya juga. Tapi kalau berani bayar 5 juta, dibikin mirip asli. Begitu juga dengan ijazah sarjana, insinyur, segala macam," kata narasumber tersebut.


Pada akhir pembicaraannya dengan Rismon Sianipar, GNT yang kini sudah tak lagi melayani jasa pembuatan dokumen palsu memberi saran kepada pemerintah untuk lebih teliti dalam menyeleksi pejabat. 


Ia meminta agar pemerintah benar-benar memastikan jika ijazah yang dimiliki oleh seseorang dikeluarkan langsung dari universitas atau sekolah yang bersangkutan.


"Harus lebih teliti dari pemerintahnya atau yang penerima daripada pejabat itu dari seleksi awalnya. Dari seleksi dokumennya semua harus teliti, benar-benar dicek di universitas yang mengeluarkan atau sekolah yang mengeluarkan. Karena memang banyaknya dan maraknya pemalsuan itu. Dan di Pasar Pramuka ini bukan dari Jakarta aja, seluruh Indonesia, bahkan orang asing," pungkasnya lagi.


👇👇



Sumber: Suara

Komentar