Anak adalah amanah dari Allah Allah SWT, yang patut disyukuri dengan cara dididik dengan baik dan benar menyesuaikan dengan zamannya. Terkait akan hal ini, ada seorang ayah yang bijak pernah bilang kepada anak-anaknya “Nak, kamu tidak perlu menjadi juara kelas, kamu cukup memiliki nilai rata-rata saja, dan usahakan kamu juga punya waktu belajar untuk menjalani hidup” Perkataan sang ayah kepada anak-anaknya ini membuat hati kita tersentuh dan kembali untuk merenungkannya berulangkali.
Dari perkataan sang ayah ini, memberikan secercak pencerahan kepada kita, bahwa pendidikan memang penting akan tetapi bagaimana jika anak-anak kita justru terlalu sibuk mengejar nilai sampai melupakan menikmati hidup dan pengembangan dirinya? yang seharusnya juga menjadi skala prioritas dalam hidup.
Ini adalah sebuah kisah sederhana, sang ayah yang memiliki pandangan berbeda tentang kesuksesan anak-anaknya. Namun dari pandangannya yang berbeda ini, menyentuh hati dan menginspirasi ayah-ayah yang lain sebetulnya.
Awal dari kisahnya ini, ada seorang ayah yang berkata kepada anak-anaknya, “Nak kamu tidak harus menjadi juara kelas.” Memang terdengarnya kalimat ini tidak biasa, terutama di era sekarang tekanan dan tantangan akademik serba kompleks. Akan tetapi dibalik kalimat tersebut, ternyata menyimpan makna yang sangat dalam untuk bekal mengarungi kehidupan modern yang serba tak menentu ini.
Kemudian sang ayah tersebut melanjutkan percakapan dengan anak-anaknya, “Nak, yang penting nilai kamu itu cukup baik, dan tidak terlalu buruk. Termasuk yang lebih penting lagi, kamu itu punya waktu yang cukup untuk belajar berbagai keterampilan lain dan pengembangan kepribadianmu untuk bekal kehidupan di masa mendatang.” Ini sebuah nasehat yang sederhana, namun sangat penting diketahui oleh para orang tua saat ini.
Dalam pemahaman sang ayah ini, siswa dengan nilai sedang biasanya memiliki kebiasaan lebih banyak waktu luang untuk mengeksplorasi. Mulai dari eksplorasi komunikasi, minat, belajar berorganisasi, atau bahkan membangun relasi sosial yang sangat kuat antar sesamanya. Berangkat dari hal-hal kecil inilah jauh lebih penting dan sangat dibutuhkan dalam dunia nyatanya kelak.
Ada suatu fakta menarik perhatian kita, banyak tokoh-tokoh sukses yang mengguncang dunia. Ambil contoh seperti Elon Musk, Richard Branson, Steve Jobs, dan tokoh-tokoh dunia lainnya. mereka ini sebetulnya bukanlah siswa teladan di sekolahnya. Mereka ini menonjol bukan karena nilai sempurna, akan tetapi mereka bisa dikenal dunia karena memiliki kemampuan berpikir kreatif untuk menciptakan peluang, percaya diri dalam setiap kesempatan yang ia miliki, dan tahan banting dalam setiap tantangan dunia yang selalu menghampirinya.
Terkait akan hal ini, banyak penelitian mengungkapnya secara gamblang. Seperti yang pernah disampaikan dalam sebuah studi dari Harvard University menyebutkan bahwa keberhasilan seseorang di masa depan tidak hanya dipengaruhi oleh IQ (nilai sekolah) semata-mata, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh yang namanya soft skill (seperti empati, komunikasi, dan kreativitas).
Sebagai bahan renungan bersama, dengan membebaskan anak dari tekanan akademik yang berlebihan, orang tua bisa memberikan ruang bagi anak sejak dini untuk menemukan jati dirinya masing-masing. Anak tidak hanya belajar teori semata, namun anak-anak juga bisa mencoba hal-hal baru seperti melukis, berkebun, beternak, memasak, menulis, coding, atau berwirausaha dan lain sebagainya. Ini akan menciptakan peluang anak sukses sejak dini. Sebagai bekal hidupnya di masa mendatang.
Sebagai catatan bersama, tentunya ini bukan berarti pendidikan formal tidak penting... loooooohhh.... he.he.he... ingat nilai tetap perlu dijaga agar tidak terlalu buruk atau dibawah rata-rata. Dan, jangan lupa menanamkan kepercayaan diri pada anak sedini mungkin, jangan sampai anak merasa dirinya gagal hanya karena tidak masuk 10 besar di kelasnya selama ini. Sebab dunia ini terlalu luas untuk diukur hanya lewat rapor sekolah semata-mata.... he. he. he
Untuk itu tanyakan pada diri kita masing-masing, misalkan kita menjadi orang tua, apakah kita setuju dengan pandangan tersebut? he. he. he
Ataukah kita lebih memilih anak-anak yang selalu juara di kelasnya? ... Waoooo...
Tentunya kita harus ingat, setiap pilihan itu pastinya memiliki sejuta alasan... loooooh.....
Catatan terakhir, yang terpenting bagi kita sebagai orang tua yang hebat "jangan lupa selalu mendengarkan suara hati anak demi kesuksesan seutuhnya kelak."
Semoga Bermanfaat....
Oleh: Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I
Ketua Program Studi dan Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Sidoarjo; Dosen PAI-Terapan Poltek Pelayaran Surabaya; Pengurus Lembaga Takmir Masjid PCNU Sidoarjo; Ketua Lembaga Dakwah MWCNU Krembung.
Foto: Kebersamaan Keluarga
Sumber: Koleksi Pribadi
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan NARASIBARU.COM terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi NARASIBARU.COM akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Artikel Terkait
HOTNEWS! Hacker Bongkar di Detik Berapa Pelaku Bunuh Arya Daru: Tak Ada Suara Ribut, Ada Telepon Misterius Pukul 02.01
Mengapa Jokowi Akhlaknya Suka Berbohong?
TERUNGKAP Fakta Jemaah Berbaju Putih Ritual di Puncak Lawu, Polisi: Bukan Aliran Sesat, Mereka Bagian Dari NU
8 Link Video Full Andini Permata yang Bikin Gempar Media Sosial, Identitas Aslinya Sudah Terang Benderang?