Bertambahnya Pengangguran di Indonesia Tembus Hingga Angka 7,28 Juta, Faktor Penyebabnya?

- Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:45 WIB
Bertambahnya Pengangguran di Indonesia Tembus Hingga Angka 7,28 Juta, Faktor Penyebabnya?


Tahun 2025 menjadi penanda penting bagi sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang, sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini menimbulkan pertanyaan besar: apa penyebab meningkatnya jumlah pengangguran meskipun ekonomi nasional menunjukkan tanda-tanda pemulihan?

Tren ini penting untuk dicermati, terutama bagi perusahaan, pelaku industri, dan pemerintah dalam merumuskan kebijakan jangka panjang. Dalam konteks ini, penggunaan HR technology seperti payroll software yang terintegrasi juga mulai banyak dibicarakan sebagai solusi strategis untuk efisiensi dan perencanaan tenaga kerja.

Artikel ini akan membahas tentangg faktor-faktor penyebab meningkatnya angka pengangguran di Indonesia tahun 2025 dan bagaimana strategi jangka panjang dapat membantu mengatasi tantangan ini. Selengkapnya!
 

Fakta terbaru: data pengangguran Indonesia 2025


Mengacu pada data BPS terbaru:

● Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2025 adalah 5,19%, meningkat tipis dari 5,17% pada Februari 2024.

● Jumlah pengangguran secara absolut mencapai 7,28 juta orang.

● Pengangguran paling banyak terjadi di kelompok usia muda (15–24 tahun).

● Sektor formal masih mendominasi penyerap tenaga kerja, tetapi sektor informal justru lebih fleksibel terhadap perubahan ekonomi.
 

5 faktor utama penyebab pengangguran di tahun 2025

 

1. Pertumbuhan lapangan kerja yang tidak seimbang


Meskipun ekonomi tumbuh sekitar 5,1% pada kuartal pertama 2025, pertumbuhan tersebut belum diiringi dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai. Banyak industri besar lebih memilih otomatisasi dibanding merekrut pekerja baru.
 

2. Kesenjangan keterampilan (skill gap)


Banyak pencari kerja yang tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini seperti digital marketing, analisis data, atau AI. Fenomena ini menjadi penyebab utama mengapa lulusan baru sulit mendapatkan pekerjaan.
 

3. PHK massal di beberapa sektor


Industri manufaktur dan teknologi mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat penyesuaian strategi bisnis dan peningkatan efisiensi. Hal ini menyumbang lonjakan angka pengangguran di kota-kota besar.
 

4. Minimnya investasi tenaga kerja di daerah


Ketimpangan pembangunan antara kota besar dan daerah masih menjadi masalah struktural. Di banyak wilayah luar Jawa, akses terhadap pelatihan dan pekerjaan formal masih sangat terbatas.
 

5. Transisi ekonomi digital


Banyak pekerjaan konvensional tergeser oleh model bisnis digital, tetapi tidak diimbangi dengan kecepatan adaptasi angkatan kerja. Akibatnya, banyak pekerja tradisional menjadi rentan terhadap pengangguran.
 

Dampak sosial dan ekonomi dari kenaikan angka pengangguran


Lonjakan pengangguran membawa sejumlah dampak serius, antara lain:

● Penurunan daya beli masyarakat

● Peningkatan angka kemiskinan di kelompok usia produktif

● Beban fiskal negara meningkat, terutama pada subsidi dan program bantuan sosial

● Meningkatnya ketimpangan ekonomi antarwilayah

Jika tidak segera ditangani, masalah ini berpotensi menjadi penghambat utama dalam misi Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
 

Solusi dan rekomendasi: kolaborasi multisektor

 

a. Penguatan pendidikan vokasional


Pemerintah dan swasta perlu berinvestasi lebih besar pada pelatihan kerja berbasis keterampilan industri. Hal ini akan menjawab persoalan ketidaksesuaian antara kebutuhan pasar dan kompetensi pencari kerja.
 

b. Optimalisasi teknologi dalam manajemen SDM


Perusahaan perlu beralih pada sistem digital, seperti payroll software, untuk efisiensi dan transparansi dalam perencanaan tenaga kerja. Sistem ini juga membantu HR dalam pengambilan keputusan berbasis data.
 

c. Insentif bagi industri padat karya


Pemberian stimulus pajak atau insentif tenaga kerja bagi perusahaan yang menciptakan lapangan kerja lokal dapat mempercepat penyerapan tenaga kerja.
 

d. Mendorong kewirausahaan digital


Pemerintah dapat mendukung program inkubasi bisnis dan akses pembiayaan untuk startup berbasis digital sebagai alternatif solusi jangka panjang.
 

Kesimpulan


Peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia pada 2025 menjadi sinyal penting bahwa transformasi ekonomi tidak serta merta membawa pemerataan kesempatan kerja. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bekerja sama dalam menciptakan sistem ketenagakerjaan yang adaptif dan inklusif.

Mengintegrasikan teknologi seperti payroll software dan digitalisasi HRIS menjadi salah satu langkah strategis untuk memperbaiki manajemen tenaga kerja di internal perusahaan sekaligus meningkatkan efisiensi nasional.

Dengan langkah kolaboratif dan data-driven, Indonesia diharapkan mampu menekan angka pengangguran secara bertahap dan menyongsong bonus demografi dengan lebih siap.

Komentar