Namun, kenyataannya, kita saat ini sudah menikmati AI dalam beragam kebutuhan, 30 tahun lebih cepat dari ramalan Turing. Banyak pekerjaan kompleks yang sulit dilakukan oleh tenaga manusia kini dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat oleh AI.
Tidak dapat dimungkiri lagi, AI adalah masa depan. Dengan kemampuannya melakukan automasi dan analisis, teknologi ini dapat mengeliminasi bias-bias yang biasanya menjadi kelemahan manusia dan membuat hasil pekerjaan menjadi lebih akurat dan cepat.
Hal ini membuat kita pun berpikir, apakah keberadaan AI ini akan mengancam kehidupan manusia sendiri pada masa mendatang? Apakah ia akan menggantikan kerja otak manusia, bahkan dengan lebih canggih dan memuaskan daripada manusia?
Meskipun memang kapasitas kemampuan AI begitu luas, manusia tentunya tetap memiliki peran penting dalam mengelola sumber daya manusia di organisasi, khususnya dalam kondisi saat pemahaman tentang konteks dan budaya organisasi serta interaksi antarmanusia dibutuhkan.
Pertama, manusia harus dapat mengidentifikasi dan memahami kebutuhan organisasi secara holistis. AI dapat memberikan informasi dan saran, tetapi manusia harus dapat mengaitkan antara kebutuhan beragam pihak dalam organisasi dan mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan beragam kepentingan ini.
Perubahan yang dilakukan dalam organisasi pun harus dipastikan membawa dampak positif, tidak hanya bagi organisasi, tetapi juga bagi seluruh insan di dalamnya.
Kedua, manusia harus tetap berperan dalam menjaga hubungan antara karyawan dan manajemen. AI dapat membantu dalam memantau dan memberikan data mengenai umpan balik tentang kinerja karyawan, tetapi interaksi antara atasan dan bawahan dalam membangun hubungan yang baik serta menumbuhkan rasa saling percaya tetap harus dilakukan secara personal dari hati ke hati.
Manusia sebagai pemimpin di organisasi harus dapat menginspirasi dan memotivasi para karyawan untuk bergerak mencapai tujuan dan visi yang diinginkan.
Ketiga, manusia harus tetap memastikan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan pada nilai dan etika yang baik. AI dapat memberikan analisis dan rekomendasi, tetapi pertimbangan terhadap faktor-faktor yang lebih luas, seperti tanggung jawab sosial dan lingkungan, harus dilakukan oleh manusia. Hal ini penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya dapat dipertanggungjawabkan pada saat ini, tetapi juga terhadap generasi mendatang.
Jadi, AI memang membebaskan kita dari rutinitas yang membosankan dan pekerjaan-pekerjaan analisis yang melelahkan. Ia juga membantu kita untuk bisa lebih maju, berinovasi, produktif, dan kreatif. Namun, aspek kemanusiaan kita masih tidak tergantikan oleh AI.
Sebagai pengambil keputusan yang memiliki pemahaman secara holistis, membangun hubungan antarmanusia, dan menginspirasi individu-individu lain untuk tampil memberikan yang terbaik dari potensi yang dimilikinya, dibutuhkan sentuhan manusiawi. Berteman dengan AI dan manfaatkanlah teknologi ini untuk kepentingan kita.
Sumber: money.kompas.com
Artikel Terkait
Begini Tanggapan Ignasius Jonan Soal Utang Whoosh usai Temui Prabowo
Budi Arie Bantah Projo Singkatan Pro Jokowi, Jejak Digital 2018 Justru Dia Jelas-jelas Ngomong Gitu
Presiden Prabowo Panggil Eks Menhub Ignasius Jonan ke Istana, Bahas Polemik Whoosh?
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid