NARASIBARU.COM - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh bergerak menindaklanjuti informasi mengenai kericuhan yang melibatkan sejumlah WNI di Kamboja pada 17 Oktober 2025. Kericuhan tersebut terjadi di Kota Chrey Thum, Provinsi Kandal.
KBRI berkoordinasi dengan otoritas kepolisian setempat untuk mengonfirmasi kejadian itu. Pada hari yang sama, perwakilan KBRI Phnom Penh juga langsung melakukan kunjungan ke Kantor Kepolisian Kota Chrey Thum untuk melihat kondisi para WNI.
Dalam kunjungan tersebut, pihak KBRI diterima oleh Gubernur Provinsi Kandal, Kouch Chamrouen, serta Kepala Kepolisian Provinsi Kandal, Mayjen Chhoeun Sochett, beserta jajarannya.
“Diperoleh informasi bahwa sebanyak 97 orang WNI berontak atau melarikan diri dari ‘perusahaan’ penipuan daring atau online scam di mana mereka bekerja. Dari jumlah tersebut, sebanyak 86 orang WNI diamankan di Kantor Kepolisian Kota Chrey Thum, sementara 11 orang lainnya dirawat di rumah sakit terdekat,” demikian keterangan KBRI Phnom Penh.
Pihak kepolisian setempat telah melakukan investigasi awal dan menahan empat WNI yang diduga terlibat dalam tindak kekerasan untuk proses hukum lebih lanjut.
KBRI telah melihat langsung kondisi 86 WNI yang diamankan di kantor polisi.
“Semuanya dalam keadaan sehat. KBRI Phnom Penh memberikan bantuan berupa makanan instan, obat-obatan, kebutuhan sanitasi, dan kebutuhan untuk perempuan,” ujar pihak KBRI.
Keesokan harinya, 18 Oktober 2025, KBRI juga mengunjungi 11 WNI yang tengah dirawat di rumah sakit. “Tidak ada yang dalam kondisi yang membahayakan jiwa,” demikian pernyataan KBRI.
Otoritas Provinsi Kandal berkomitmen untuk segera memindahkan para WNI tersebut ke detensi imigrasi di Phnom Penh sebelum dideportasi ke Indonesia.
“KBRI Phnom Penh akan terus berkoordinasi erat dengan seluruh pihak terkait guna mengawal perkembangan kasus ini dan memastikan hak-hak WNI dipenuhi,” tegas KBRI dalam pernyataannya.
Dihubungi terpisah, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI), Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha mengungkap ada dua kali kericuhan yang terjadi di Kamboja. Selain tanggal 17 Oktober, juga terjadi pada 4 Oktober 2025. Saat itu, para WNI juga melarikan diri dari perusahaan scam online.
"Ada dua peristiwa yang berbeda. Kerusuhan tanggal 4 Oktober dan 17 Oktober," kata Judha.
Artikel Terkait
Mahasiswa Unud Bali, Timothy Akhiri Hidup Usai Di-Bully Teman-Teman Kampus
Mencekam! Kesurupan Massal Pegawai Pabrik Konveksi di Bogor, Gara-gara Pohon Tumbang
Suami Beberkan Ucapan Terakhir Anti Puspita Sari yang Tewas saat Open BO: Aku Mau Mangkal
Febrianto Ketakutan setelah Bunuh Anti Puspita Sari, Mengaku Dihantui Wanita Hamil Minta 4 Hal