NARASIBARU.COM - Ketua Dewan Syuro Partai Ummat, Prof. Amien Rais menyampaikan kekhawatiran mendalam atas kondisi bangsa Indonesia saat ini.
Menurutnya, situasi sosial, politik, dan ekonomi sangat mirip dengan keresahan yang terjadi pada Mei 1998, 27 tahun silam, yang berujung pada kejatuhan rezim Orde Baru.
Amien Rais membandingkan karakteristik rezim Orde Baru yang pada awalnya membawa harapan dengan pencapaian swasembada pangan, pertumbuhan ekonomi, pengendalian penduduk, serta pengiriman ribuan pemuda untuk studi di luar negeri.
Namun, Orde Baru juga memiliki sisi minus, seperti dominasi ekonomi oleh investor asing, pembungkaman pers, dan pemilu yang hanya slogan kosong karena hasilnya sudah ditentukan sebelumnya.
Ia lantas menarik garis lurus dengan kondisi saat ini. Jika di era Orde Baru Presiden Soeharto dituding memiliki “sindrom Raja Prancis ke-14” (Louis XIV dengan semboyan L’État, c’est moi —negara adalah saya), Amien Rais mengklaim Presiden Joko Widodo kini memiliki “sindrom L’État, c’est moi yang lebih parah lagi.”
“Dia membelah bangsa menjadi teman dan musuh. Yang dianggap musuh, diawasi, dipersulit gerak hidupnya, dicari-cari kesalahannya. Sedangkan yang dianggap teman… dibantu dan digerojok dengan rupiah ataupun dolar,” ujar Amien dikutip akun YouTube-nya, Selasa.
Mantan Ketua MPR itu secara terang-terangan menuduh Presiden Jokowi memiliki “isi kepala yang asli itu bukan palsu, tetapi adalah bagaimana jadi raja Jawa gadungan.”
Ia mengulang kritikannya terkait pesta pernikahan putri sulung Presiden Jokowi di Solo dan Medan pada Oktober 2017, yang menurutnya sangat berlebihan dengan mendatangkan tujuh kereta kencana.
Amien menilai hal tersebut sebagai bentuk pemuasan ego seorang yang merasa “sudah jadi raja Jawa abad 21,” namun baginya seperti “kere munggah balai atau kere nemoni malam” – ungkapan Jawa untuk orang miskin yang tiba-tiba mendapat kemewahan dan kehilangan kendali diri.
Amien Rais juga menyebut bahwa kondisi bangsa saat ini tidak menunjukkan kemajuan dalam memecahkan masalah-masalah berat seperti kemiskinan yang meluas, pengangguran struktural dan terselubung, Polri yang disebut “tegak lurus kesiaannya pada Jokowi,” serta fenomena premanisme yang merajalela.
Ia juga menyoroti citra internasional Indonesia yang merosot dan kemampuan pertahanan keamanan yang menurun.
“Bila hal yang saya sebut tadi dikoneksikan dengan realitas hidup rakyat yang miskin mendengking karena untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok saja… mayoritas rakyat sudah menggeh-menggeh,” kata Amien, mengutip adagium “a hungry man is an angry man” (orang lapar adalah orang pemarah).
Amien Rais memperingatkan bahwa kesabaran rakyat Indonesia yang pada dasarnya “sabar, pemaaf, dan bersikap nerimo” memiliki batas.
Jika kondisi bangsa terus memburuk dan “makin gelap,” ia khawatir akan terjadi “people power jilid 2” yang bisa menyebabkan Indonesia “porak poranda.”
“Kalau sampai terjadi kerusuhan seperti yang terjadi di Jakarta di bulan Mei 27 tahun yang silam, skala dan substansi kerusuhannya bisa lebih dahsyat berlipat-lipat,” prediksinya, seraya mengingat kembali peristiwa penjarahan, pembakaran, dan ratusan jasad yang ditemukan pasca-kerusuhan 1998.
Meskipun demikian, Amien Rais menegaskan bahwa people power jilid 2 harus dihindari. “Indonesia must go on, must go forward,” ujarnya.
Namun, ia menekankan bahwa isu “ijazah palsu Jokowi harus kita kejar terus sampai Jokowi keok dan dikenakan hukuman setimpal.”
“Jokowi, adili Jokowi, masukkan adili Jokowi!” seru Amien Rais.
👇👇
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Usai Ngaku Hamil, Pegawai Bank Swasta di Medan Dirudapaksa Anggota DPRD Sumut Fajri Akbar
Cerita Alumni UIN Mataram Nyaris Jadi Korban Dosen Cabul, Laporan Tak Pernah Digubris Kampus
Sosok WJ Dosen Cabul UIN Mataram yang Lakukan Pelecehan pada Mahasiswi Bidikmisi, Modus Ancam Cabut Beasiswa
Korban Kasus Fantasi Sedarah: Adik Ipar hingga Anak di Bawah Umur