Mengejutkan! Eks Intelijen Sebut Nama Paiman Raharjo di Balik Percetakan Palsu Pasar Pramuka Pojok

- Senin, 07 Juli 2025 | 13:30 WIB
Mengejutkan! Eks Intelijen Sebut Nama Paiman Raharjo di Balik Percetakan Palsu Pasar Pramuka Pojok




NARASIBARU.COM - Nama Paiman Raharjo, mantan Wakil Menteri Desa era Jokowi, belakangan ini terus menjadi sorotan beriringan dengan dugaan ijazah palsu.


Kali ini, eks anggota Badan Intelijen Negara (BIN), Sri Raharja Chandra, menyinggung namanya dalam perbincangan mengenai kios percetakan di kawasan Pasar Pramuka Pojok, Jakarta Timur.


Dalam program Rakyat Bersuara di I News TV, Chandra terang-terangan membeberkan sepak terjang kios pojok yang dikenal sebagai tempat pembuatan dokumen-dokumen berkualitas tinggi, meskipun palsu.


“Semua berawal dari ketidak keterbukaan dari Paiman kemudian adanya WA ke Roy kemudian muncul pernyataan dari Beathor Suryadi tentang pasar Pramuka pojok. Sejak lama saya tahu pasar Pramuka pojok,” ujar Chandra dikutip pada Selasa (7/7/2025).


Chandra mengungkap, tempat tersebut sejak dulu dikenal sebagai pusat pemalsuan dokumen dengan kualitas nyaris sempurna.


“Itu tempat mereka yang menginginkan kebutuhan penting tapi palsu dan kualitasnya bisa 99 persen. Bahkan visa Amerika bisa mereka palsu dan lolos, gila kan?” tegasnya.


Lebih jauh, Chandra menyebut ada keterlibatan banyak pihak dalam aktivitas di sana.


“Jadi, di situ tidak ada yang tidak terlibat dalam persoalan kayak gitu. Memang cover-nya adalah pengetikan dan percetakan skripsi, semua sama,” katanya.


Ia pun membeberkan dokumen-dokumen lain yang bisa diproduksi di tempat tersebut.


“Bahkan semacam hasil lab dari Sucofindo itu bisa dibuat dan lolos. Hasil lab batubara segala macam emas, itu bisa mereka buat. Jadi kalau ijazah saja tidak terlalu sulit bagi mereka,” bebernya.


Tak hanya itu, Chandra juga menyentil sosok Paiman Raharjo yang disebutnya dikenal di kawasan tersebut sebelum menjabat di pemerintahan.


“Sebutan Dosen Paiman itu, karena dia langganannya para mahasiswa sebelum menjadi dosen di Universitas Prof.Dr. Moestopo karena dia tukang bikin skripsi mahasiswa. Entah itu plagiat atau apa semua diselesaikan di situ,” ungkapnya.


Menurutnya, Paiman sangat dikenal di kawasan Pramuka Pojok karena telah lama berkecimpung di sana.


“Yang dia sebut Sungkono dan Hj Kana itu suami istri dan masih saudaranya, jadi percuma kalau menanyakan kepada orang tersebut untuk mendapatkan data yang benar,” kelakarnya.


Sebagai mantan intelejen, Chandra mengaku telah melakukan verifikasi langsung di lapangan.


“Iya bisa dipertanggungjawabkan, jadi kalau dia bilang sudah tidak lagi di pasar pojok pada tahun 2002 itu bohong,” tandasnya.


“Ini yang namanya kebohongan deception jadi informasi yang menyesatkan apalagi dia sedulurnya Jokowi,” kuncinya.


Sebelumnya, Pakar Telematika Roy Suryo mengungkapkan bahwa dirinya menerima banyak pesan WhatsApp sejak Minggu (22/6/2025) kemarin.


Ia menyebut isi pesan yang diterima mempertanyakan kebenaran berita tentang mantan Wakil Menteri Desa yang dikaitkan dengan dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi.


“Inti WAnya menanyakan benarkah isi berita soal Mantan Wakil Menteri Desa Terkait Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi,” kata Roy, Senin (23/6/2025).


Dikatakan Roy, informasi tersebut bersumber dari Pemerhati Intelijen Sri Rahardja Chandra (SRC) yang mengirimkan dokumen berjudul Bukti baru Dugaan Otak dibalik Pembuatan Ijazah Palsu Jokowi.


“Dokumen sepanjang 2 (dua) halaman tersebut sementara belum akan saya buka detail isinya kepada media, namun intinya sangat clear menjelaskan detail apa dan bagaimana sosok Profesor ‘P’ lengkap dengan track-record dan keterkaitannya yang sangat jelas dengan UPP alias Universitas Pasar Pramuka,” ungkapnya.


Roy menjelaskan bahwa dalam dokumen itu dibeberkan masa lalu kelam Profesor tersebut.


“Dijelaskan oleh SRC bagaimana masa lalu yang kelam dari Profesor ini, termasuk hobbynya minum minuman keras dan bermain Budi (senada dengan sosok yang digantikannya, Budi Arie, saat masih menjadi WaMenDes),” tuturnya.


Ia juga menyinggung keterkaitan antara Profesor "P" dan relawan Jokowi.


“Ada kemiripan antara Budi Arie dengan Profesor ‘P’ ini selain soal track-record yang kelam di atas, keduanya termasuk dalam Relawan Jokowi hanya beda gerombolannya,” kata Roy.


“Budi Arie di Projo, sedangkan Profesor ini di ‘Sedulur Jokowi’. Meski beda nama tapi relatif 11-12," tambahnya.


Roy menyebut bahwa para anggota kelompok tersebut kerap mendapat banyak keistimewaan.


"Mulai dari Jabatan Komisaris yang diobral di era Rezim itu, sampai posisi-posisi strategis dan dibayar menggunakan uang Rakyat,” katanya.


Ia menyebut kondisi ini sebagai salah satu modus mereka untuk mengeruk keuangan negara yang sangat tidak profesional.


Tidak berhenti di situ, ia juga menyinggung peningkatan status ekonomi para anggota kelompok tersebut.


“Status sosial-ekonomi para anggota gerombolan tersebut biasanya mengalami mobilitas vertikal yang sangat cepat,” Roy menuturkan.


Tidak heran, kata Roy, ketika belakangan ini sosok P sudah mulai dikuliti. Bahkan ia mengaku pernah menerima pesan pribadi dari Profesor tersebut.


“Begitu menerima dokumen dari Bp SRC itulah saya kemudian ingat peristiwa yang terus terang kurang nyaman, dimana 1,5 bulan lalu ada WA yang mendadak saya terima dari Profesor ‘P’ ini,” katanya.


Kata Roy, pesan itu masuk tepat pada Senin (6/5/2025) pukul 07.41 WIB. Ia mengaku mengabaikan isi pesan dari Profesor “P” terkesan intimidatif.


"Saya abaikan alias tidak saya reply dan tidak juga dianggap penting. Apalagi memang benar isinya terkesan mengintimidasi meski kalimat awalnya (sok) menggunakan kata sahabat dan menyampaikan saran soal Kasus Ijazah Palsu Jokowi,” jelasnya.


Roy kemudian meneruskan pesan tersebut kepada SRC untuk dikaitkan dengan dokumen yang diterima.


"Memang akhirnya menjadi terungkap mengapa Profesor tersebut harus (repot-repot) mengintimidasi saya untuk tidak meneruskan lagi upaya penelitian dan pengungkapan kasus yang sangat heboh dan memalukan bagi negara ini,” tukas Roy.


Ia juga menyebut bahwa Profesor "P" pernah menjalankan usaha yang relevan dengan isu ini, memiliki usaha fotocopy dan percetakan di seputaran UPP Salemba yang sedang viral.


"Kronologi soal UPP ini jadi makin bersesuaian dengan apa yang diungkap sebelumnya oleh Kader Senior PDIP Bambang Beathor Suryadi,” terangnya.


"Yang sudah mengerucut kepada dua nama yang paling bertanggungjawab memesannya, yakni Widodo dan Denny ke UPP yang bisa jadi ada kaitannya dengan usaha fotocopy dan pengetikan milik Profesor ‘P’ ini," tandasnya.


Ia pun mengungkap dugaan maksud dari pesan Profesor “P”. 


Ia menduga ada upaya untuk menutupi keterkaitan antara oknum-oknum yang bertanggung jawab terhadap lahirnya ijazah palsu versi UPP.


"Ijazah yang tidak identik apalagi otentik dengan keluaran resmi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang Asli tahun 1985 itu,” Roy membeberkan.


Jelang peringatan HUT Bhayangkara, Roy meminta kepada Kapolri Jendral (Pol) Drs Listyo Sigit Prabowo untuk segera bisa mewujudkan janji PRESISI-nya.


Roy mendesak agar segera dilakukan penelusuran terhadap indikasi pencetakan ijazah palsu di UPP.


“Apalagi nama-nama (oknum) orang yang dimungkinkan terlibat makin cetar membahana alias cetha wela-wela dan masih ada semua,” lanjutnya.


"Termasuk juga Kapolri bisa membuka kembali hasil penangkapan dua orang yang disebut-sebut telah diamankan dari Operasi di UPP tersebut tahun 2015 silam dan juga hasil penyelidikan terhadap kebakaran di UPP ini tanggal Desember tahun lalu," cetusnya.


Roy melihat bahwa kasus dugaan ijazah palsu Jokowi kini semakin mencuat. 


Modus operandinya pun perlahan mulai kelihatan.


“Bisa jadi telah melibatkan banyak oknum tidak hanya dari pihak-pihak kemarin yang sudah disebut tetapi juga orang-orang di Antartika, eh antarkita di posisi mereka," tandasnya.


Sumber: Fajar

Komentar