Incest atau perkawidan sedara sebenarnya dilarang baik dari sudut pandang agama, maupun karena alasan medis.
Menurut medis, perkawidan sedara dapat menghasilkan keturunan yang cenderung cacat.
Anak hasil dari perkawinan sedarah diduga akan mengalami beberapa kelainan, baik secara fisik maupun mental.
Namun anehnya, hal ini tidak pernah dijumpai pada Suku Polahi. Anak -anak yang lahir dari perkawinan sedara tetap lahir. Dalam kondisi normal dan tidak memiliki cacat sama sekali.
Anak -anak mereka juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Kepercayaan 3 Tuhan
Keunikan lain dari Suku Polahi adalah kepercayaan yang dimilikinya. Masyarakat Polahi memiliki 3 Tuhan yang disembah.
Meski begitu, mereka tidak pernah berselisih atau berdebat terhadap masing-masing kepercayaan.
Suku Polahi tergolong relijius, selalu patuh dan taat pada tiga Tuhan tersebut.
Sosok Tuhan yang pertama bagi masyarakat polahi adalah Polohuta.
Pulohuta digambarkan sebagai sosok yang hidup serta memiliki kuasa atas tanah.
Konsepnya berasal dari nenek moyang. Pulohuta adalah sepasang suami istri. Bila masyarakat Polahi hendak membuka lahan di hutan, maka mereka akan meminta izin dahulu kepada Pulohuta.
Selain memegang kuasa atas tanah, Pulohuta juga memegang kuasa atas hewan di hutan.
Bentuk penghormatan orang Polahi kepada Pulohuta adalah jika mereka mendapat hewan buruan, bagian tertentu dari tubuh hewan itu diiris seperti telinga, mulut, dan lidah, kemudian ditaruh di tunggul kayu untuk dipersembahkan kepada Pulohuta.
Pulohuta digambarkan sebagai sosok yang hidup dan berkuasa atas tanah.
Tuhan yang kedua dinamakan Lati.
Lati digambarkan sebagai sosok makhluk hidup yang menghuni pohon-pohon besar serta di air terjun.
Ukuran tubuhnya digambarkan kecil-kecil seukuran boneka dalam jumlah banyak. Lati merupakan pemegang kuasa atas pohon.
Bila Polahi ingin menebang pohon besar atau mengambil madu lebah hutan yang terdapat di atasnya, Polahi membakar kemenyan, merapal mantera dengan tujuan menyuruh Lati pindah ke pohon lain
Kemudian Tuhan yang ketiga adalah Lausala.
Lausala dalam narasi Polahi layaknya manusia super. Tokoh antagonis yang digambarkan sebagai sosok yang haus minum darah.
Lausala ternyata bukan hanya dideskripsikan sebagai tokoh laki-laki, sebab ada juga perempuan tua yang disebut-sebut sebagai Lausala.
Suku Polahi membuat beberapa gambaran untuk meyakinkan bahwa Lausala itu benar-benar ada.
Orang Polahi meyakini Lausala memiliki mata merah, membawa pedang yang menyala dan ia bisa pindah dengan cepat dari balik bukit ke bukit yang lain.
Menurut orang polahi, jika ada anjing menggonggong itu salah satu pertanda hadirnya Lausala.
Sumber: disway
Artikel Terkait
MBG di Boyolali Disabotase: Ratusan Paket Ditarik, Ada Orang Asing Masuk Kelas!
Biar Bosmu Tahu! Viral Bobby Nasution Razia Truk Pelat Aceh di Sumut Demi Kejar PAD Triliunan
VIRAL Kain Kafan dan Kerangka Manusia Berserakan di Area Proyek Tangerang
Fakta-Fakta Kesiapan IKN Jadi Ibu Kota Politik 2028, Cuma Cuap-Cuap Belaka?