NARASIBARU.COM - Bagi masyarakat di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali tentu tidak asing dengan permainan tradisional Megandu.
Permainan tersebut sempat populer sebelum permainan online dan digital dapat dengan mudah diakses anak-anak.
Megandu hampir terlupakan dari dunia bermain anak-anak. Untungya anak-anak di Kabupaten Tabanan masih gemar memainkannya.
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI, masyarakat di Tabanan terus berupaya mempertahankan salah satu budaya leluhur mereka itu.
Baca Juga: Sudah Jarang Dimainkan, 4 Permainan Tradisional Bali yang Butuh Strategi dan Kerja Sama Tim
Permainan tradisional Megandu pertama kali ditampilkan pada Art Centre sejak tahun 1998 hingga 2000.
Usai vakum cukup lama dari pentas budaya, pemerintah setempat akhirnya menampilkannya lagi pada Festival ke Uma.
Cara memainkan permainan tersebut cukup sederhana. Umumnya dimainkan oleh anak-anak atau remaja dengan jumlah 10 sampai 20 orang.
Baca Juga: Tikar Pandan Hasil Kerajinan Tangan Desa Danau Lamo Ini Dibeli Istri Menteri ATR/BPN RI
Mereka mulanya membuat bola dari bahan jerami. Sebuah patok kayu kemudian ditancapkan di tengah arena permainan.
Lalu ambil tali pelepah kelapa untuk dibentangkan sesuai kesepakatan dan arena permainan.
Gambaran Megandu adalah upaya seekor burung untuk melindungi telur-telur di sangkarnya.
Baca Juga: Kesebelasan Muarojambi Targetkan Hasil Maksimal di Ajang Gubernur Cup 2024
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: metrojambi.com
Artikel Terkait
Imbas Usut Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Roy Suryo hingga Rismon Sianipar Alami Intimidasi
Ancaman Hercules Jika Kang Dedi Tak Rangkul Ormas, Bisa Suruh 50.000 Orang Geruduk Gedung Sate
Hercules Ngamuk Sebut Sutiyoso Bau Tanah Gegara Bilang Ormas Berlagak Preman
Ketua FKPPI Kelapa Gading: Ini Keterlaluan, Penghina Jenderal Try Sutrisno Harus Ditangkap!