Kehadiran mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi di
acara reuni Fakultas Kehutanan angkatan 80 Universitas Gadjah Mada (UGM)
pada Sabtu (26/7/2025) hingga kini masih menjadi topik perbincangan hangat.
Pasalnya, pernyataan sejumlah rekan yang dulu satu angkatan dengan Jokowi
mengundang tanda tanya besar. Salah satunya terkait jurusan di Fakultas
Kehutanan UGM.
Menurut salah satu teman Jokowi yang hadir di reuni tersebut, Fakultas
Kehutanan UGM tidak memiliki jurusan.
"Memang Kehutanan nggak ada jurusan. Siapa bilang ada jurusan, Kehutanan
itu?" ucapnya.
Namun, pernyataan tersebut justru berbeda dari yang disampaikan oleh Prof.
Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr.Sc, Guru Besar Pemuliaan Pohon Fakultas
Kehutanan UGM.
Dalam video yang diunggah kembali oleh akun X @blank0429, terekam cuplikan
video Prof. Naiem tentang sistem perkuliahan yang diterapkan di Fakultas
Kehutanan UGM.
Bantahan buat Dekan Kehutanan UGM yg nyatakan tidak ada jurusan pada era yg diklaim Mukidi kuliah di sana
โ ๐๐๐๐๐ (@blank0429) July 29, 2025
Menurut Prof. Muhammad Naim, perubahan kurikulum pada 1978-1998 haruskan Mahasiswa ๐บ๐ฒ๐บ๐ถ๐น๐ถ๐ต ๐ท๐๐ฟ๐๐๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐ท๐ฎ๐ธ ๐ฎ๐๐ฎ๐น
Lengkapnya๐ pic.twitter.com/sSqMVfdbuH
Mulanya, ia bercerita tentang sejarah Fakultas Kehutanan UGM dan kapan
dirinya bergabung di dalam fakultas tersebut.
"Saya masuk Fakultas Kehutanan tahun 1973 dan menyelesaikan S1 di sini. Saya
sekarang saya termasuk orang yang dituakan di Fakultas Kehutanan UGM.
Fakultas Kehutanan UGM ini memiliki sejarah yang cukup panjang sebenarnya,"
ucap Prof. Naiem.
Menurut keterangannya, ternyata Fakultas Kehutanan awalnya adalah bagian
dari Fakultas Pertanian. Perkuliahan di Fakultas Kehutanan sendiri baru
dilaksanakan pada 1950. Prof. Naiem menjelaskan bahwa sebagian besar tenaga
pengajar pun masih berasal dari Belanda.
"Karena pada awalnya bergabung dengan Fakultas Pertanian bagian Kehutanan.
Kemudian untuk Fakultas Kehutanan, itu mulai ada semacam perkuliahan itu
dari tahun 1950 sampai tahun 1957. Tahun itu dosennya sebagian besar masih
berasal dari Belanda yang masih tinggal di Jogja saat itu, mereka mengajar
bidang Silvikultur, Perencanaan Hutan, dan Manajemen," jelas Prof. Naiem.
Fakultas tersebut sempat mengalami kekurangan tenaga pengajar karena dosen
asal Belanda harus kembali ke tanah air mereka.
"Kemudian tahun 1962 sampai 1967, itu betul-betul Fakultas Kehutanan
mengalami krisis yang luar biasa terutama krisis yang terkait dengan
keberadaan dosen. Belanda saat itu didomplengi sekutu atau Belanda yang
mendompleng sekutu melakukan pengecekan, maka pada saat itu sekutu tidak
berhasil menguasai Indonesia dan akhirnya semua staf pengajar,
peneliti-peneliti Belanda disuruh kembali ke tanah airnya di Belanda,"
sambung Prof. Naiem lagi.
Lebih lanjut, Prof. Naiem menjelaskan tentang sistem pendidikan di Fakultas
Kehutanan UGM sejak 1950 yang kala itu masih menganut sistem bebas. Kemudian
pada 1962, sistem pendidikan mengalami perubahan.
"Pada saat itu sistem pendidikan yang dianut adalah sistem bebas di tahun
1950 sampai 1957. Kemudian tahun 1962 sampai 1967 itu sistem bebas dengan
adanya kenaikan kelas," tutur Prof. Naiem.
Menariknya, pada 1978 hingga 1998, Prof. Naiem mengatakan bahwa sistem
pendidikan Fakultas Kehutanan UGM mengalami perubahan kembali dan kali ini,
para mahasiswa diharuskan mengambil salah satu jurusan dari empat yang
tersedia.
"Tahun 1978 sampai tahun 1998, kurikulumnya berubah menjadi sistem kredit
semester dan itu mahasiswa diharuskan mengambil salah satu dari empat
jurusan itu sejak awal. Yang tadinya jurusan Fakultas Kehutanan itu hanya
tiga, tetapi pada tahun 1978 ada satu lagi, di samping Silvikultur,
Manajemen Hutan, Teknologi Hasil Hutan, ada satu lagi yang didirikan tahun
1978 yaitu Konservasi Sumber Daya Hutan," bebernya.
Kemudian, para mahasiswa diarahkan untuk mengikuti kehutanan secara umum di
tahun berikutnya, di mana pada periode ini mahasiswa mulai diwajibkan untuk
mengambil sejumlah SKS.
"Apa yang dimaksud kehutanan secara umum? Jadi mahasiswa dari mulai
mengambil mata kuliah mengumpulkan SKS sampai 120 SKS, itu semua materi yang
diambil sama. Artinya empat jurusan itu sama-sama mengambil materi yang
sama. Tetapi setelah 120 sampai 144 SKS, maka mereka diberikan kesempatan
untuk memperdalam minatnya. Minat Silvikultus, minat Konservasi Sumber Daya
Hutan, minat Menajemen Hutan, atau minat Teknologi Hasil Hutan," terang
Prof. Naiem.
Di sisi lain, situs resmi Fakultas Kehutanan UGM sendiri tidak secara
gamblang menyebutkan tentang jurusan. Namun, secara jelas disebutkan bahwa
Fakultas Kehutanan UGM memiliki tiga bagian pada awalnya, itu mencakup
bagian Ekonomi Perusahaan Hutan, bagian Silvikultur, dan bagian Teknologi
Kehutanan.
Setelah itu, terjadi perubahan nama menjadi bagian Manajemen Hutan,
Pembinaan Hutan, dan Budidaya Hutan. Oleh karena itu, kini ada empat bagian
yang ditawarkan oleh Fakultas Kehutanan, yaitu Manajemen Hutan, Budidaya
Hutan, Teknologi Hasil Hutan, dan Konservasi Sumber Daya Hutan.
Sumber:
suara
Foto: Potret Jokowi bersama rekannya saat reuni di Kehutanan UGM pada Sabtu
(26/7/2025). [Suara.com/Hiskia]
Artikel Terkait
Bakal Akui Palestina, Begini Dosa Inggris Dirikan Israel
Denny Sumargo Ucap Syahadat, Kini Bebaskan Anak Pilih Keyakinan
Heboh! Riri Febriana Artis Genta Buana Pindah Keyakinan dan Nikah Sesama Jenis
Said Didu Meradang, Gaji Komisaris BUMN Tembus Rp 2 Miliar, Melebihi Presiden!