Rekan Jokowi Ngotot Tak Ada Jurusan di Fakultas Kehutanan, Beda Omongan dari Guru Besar UGM

- Selasa, 29 Juli 2025 | 20:40 WIB
Rekan Jokowi Ngotot Tak Ada Jurusan di Fakultas Kehutanan, Beda Omongan dari Guru Besar UGM


Kehadiran mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi di acara reuni Fakultas Kehutanan angkatan 80 Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu (26/7/2025) hingga kini masih menjadi topik perbincangan hangat.

Pasalnya, pernyataan sejumlah rekan yang dulu satu angkatan dengan Jokowi mengundang tanda tanya besar. Salah satunya terkait jurusan di Fakultas Kehutanan UGM.

Menurut salah satu teman Jokowi yang hadir di reuni tersebut, Fakultas Kehutanan UGM tidak memiliki jurusan.

"Memang Kehutanan nggak ada jurusan. Siapa bilang ada jurusan, Kehutanan itu?" ucapnya.

Namun, pernyataan tersebut justru berbeda dari yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr.Sc, Guru Besar Pemuliaan Pohon Fakultas Kehutanan UGM.

Dalam video yang diunggah kembali oleh akun X @blank0429, terekam cuplikan video Prof. Naiem tentang sistem perkuliahan yang diterapkan di Fakultas Kehutanan UGM.
Mulanya, ia bercerita tentang sejarah Fakultas Kehutanan UGM dan kapan dirinya bergabung di dalam fakultas tersebut.

"Saya masuk Fakultas Kehutanan tahun 1973 dan menyelesaikan S1 di sini. Saya sekarang saya termasuk orang yang dituakan di Fakultas Kehutanan UGM. Fakultas Kehutanan UGM ini memiliki sejarah yang cukup panjang sebenarnya," ucap Prof. Naiem.

Menurut keterangannya, ternyata Fakultas Kehutanan awalnya adalah bagian dari Fakultas Pertanian. Perkuliahan di Fakultas Kehutanan sendiri baru dilaksanakan pada 1950. Prof. Naiem menjelaskan bahwa sebagian besar tenaga pengajar pun masih berasal dari Belanda.

"Karena pada awalnya bergabung dengan Fakultas Pertanian bagian Kehutanan. Kemudian untuk Fakultas Kehutanan, itu mulai ada semacam perkuliahan itu dari tahun 1950 sampai tahun 1957. Tahun itu dosennya sebagian besar masih berasal dari Belanda yang masih tinggal di Jogja saat itu, mereka mengajar bidang Silvikultur, Perencanaan Hutan, dan Manajemen," jelas Prof. Naiem.

Fakultas tersebut sempat mengalami kekurangan tenaga pengajar karena dosen asal Belanda harus kembali ke tanah air mereka.

"Kemudian tahun 1962 sampai 1967, itu betul-betul Fakultas Kehutanan mengalami krisis yang luar biasa terutama krisis yang terkait dengan keberadaan dosen. Belanda saat itu didomplengi sekutu atau Belanda yang mendompleng sekutu melakukan pengecekan, maka pada saat itu sekutu tidak berhasil menguasai Indonesia dan akhirnya semua staf pengajar, peneliti-peneliti Belanda disuruh kembali ke tanah airnya di Belanda," sambung Prof. Naiem lagi.

Lebih lanjut, Prof. Naiem menjelaskan tentang sistem pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM sejak 1950 yang kala itu masih menganut sistem bebas. Kemudian pada 1962, sistem pendidikan mengalami perubahan.

"Pada saat itu sistem pendidikan yang dianut adalah sistem bebas di tahun 1950 sampai 1957. Kemudian tahun 1962 sampai 1967 itu sistem bebas dengan adanya kenaikan kelas," tutur Prof. Naiem.

Menariknya, pada 1978 hingga 1998, Prof. Naiem mengatakan bahwa sistem pendidikan Fakultas Kehutanan UGM mengalami perubahan kembali dan kali ini, para mahasiswa diharuskan mengambil salah satu jurusan dari empat yang tersedia.

"Tahun 1978 sampai tahun 1998, kurikulumnya berubah menjadi sistem kredit semester dan itu mahasiswa diharuskan mengambil salah satu dari empat jurusan itu sejak awal. Yang tadinya jurusan Fakultas Kehutanan itu hanya tiga, tetapi pada tahun 1978 ada satu lagi, di samping Silvikultur, Manajemen Hutan, Teknologi Hasil Hutan, ada satu lagi yang didirikan tahun 1978 yaitu Konservasi Sumber Daya Hutan," bebernya.

Kemudian, para mahasiswa diarahkan untuk mengikuti kehutanan secara umum di tahun berikutnya, di mana pada periode ini mahasiswa mulai diwajibkan untuk mengambil sejumlah SKS.

"Apa yang dimaksud kehutanan secara umum? Jadi mahasiswa dari mulai mengambil mata kuliah mengumpulkan SKS sampai 120 SKS, itu semua materi yang diambil sama. Artinya empat jurusan itu sama-sama mengambil materi yang sama. Tetapi setelah 120 sampai 144 SKS, maka mereka diberikan kesempatan untuk memperdalam minatnya. Minat Silvikultus, minat Konservasi Sumber Daya Hutan, minat Menajemen Hutan, atau minat Teknologi Hasil Hutan," terang Prof. Naiem.

Di sisi lain, situs resmi Fakultas Kehutanan UGM sendiri tidak secara gamblang menyebutkan tentang jurusan. Namun, secara jelas disebutkan bahwa Fakultas Kehutanan UGM memiliki tiga bagian pada awalnya, itu mencakup bagian Ekonomi Perusahaan Hutan, bagian Silvikultur, dan bagian Teknologi Kehutanan.

Setelah itu, terjadi perubahan nama menjadi bagian Manajemen Hutan, Pembinaan Hutan, dan Budidaya Hutan. Oleh karena itu, kini ada empat bagian yang ditawarkan oleh Fakultas Kehutanan, yaitu Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Teknologi Hasil Hutan, dan Konservasi Sumber Daya Hutan.

Sumber: suara
Foto: Potret Jokowi bersama rekannya saat reuni di Kehutanan UGM pada Sabtu (26/7/2025). [Suara.com/Hiskia]

Komentar