Beban administrasi? Jangan ditanya. Guru lebih sibuk mengisi laporan, unggah dokumen, hingga tanda tangan digital yang serba ribet. Katanya demi digitalisasi pendidikan, tapi faktanya lebih sering jadi digitalisasi penderitaan. Di sekolah pelosok, internet pun masih dianggap barang mewah. Jadi, siapa sebenarnya yang diuntungkan dari sistem ini?
Distribusi guru juga kacau. Di kota, guru menumpuk; di pedalaman, anak-anak belajar tanpa guru tetap. Ketidakadilan ini dibiarkan begitu saja. Sementara itu, jika ada guru yang menegakkan disiplin, bukannya dilindungi, malah berisiko dipolisikan.
Jika pemerintah serius dengan visi mencerdaskan kehidupan bangsa, seharusnya yang diprioritaskan bukan proyek mercusuar Chromebook atau laptop bermasalah. Mulailah dari hal sederhana: gaji guru yang layak, tunjangan tepat waktu, jaminan hari tua, dan perlindungan hukum yang nyata. Itu jauh lebih berguna ketimbang pujian dan jargon manis untuk kepentingan politik sesaat.
Guru adalah fondasi bangsa. Mengabaikan mereka sama saja dengan membiarkan bangunan masa depan bangsa ambruk. Namun sampai hari ini, guru masih diminta ikhlas, sabar, dan pasrah, sementara ada pejabat sibuk membagi anggaran proyek. Yang anyar megaskandal chromebook tersebut.
Sudah saatnya berhenti memperlakukan guru hanya sebagai ornamen seremoni. Jangan lagi mereka dielu-elukan di pidato, lalu dibiarkan di ruang kelas berdebu dengan gaji yang seadanya. Guru adalah penopang peradaban, dan jika kesejahteraan mereka terus diabaikan, jangan bermimpi pendidikan Indonesia akan benar-benar maju
Sumber: inews
Artikel Terkait
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid
Menkeu Purbaya: APBN Bertujuan Membuat Seluruh Rakyat Kaya, Mari Kita Kaya Bersama!
Viral 2 Jam Terjebak Macet Parah Jakarta, Turis Korea Ngamuk Sampai Kencing dalam Botol
Hamish Daud Liburan Bareng Sasha Sabrina Alatas ke Bangkok? Dugaan Perselingkuhan Suami Raisa Terkuak