Konsep Nasakom atau singkatan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme merupakan gagasan besar yang dilontarkan Soekarno di tengah situasi politik Indonesia yang penuh ketegangan.
Gagasan ini bukan hanya sekadar ide penyatuan, tetapi juga menjadi fondasi bagi arah politik Demokrasi Terpimpin. Sayangnya, justru dari sinilah jalan berliku sejarah Indonesia berlanjut hingga terjadinya G30S 1965.
Sebagaimana dikutip dari YouTube Intel Sejarah, berikut adalah penjelasan penting tentang Nasakom.
1. Pencetusan Nasakom (1956)
Soekarno pertama kali melontarkan gagasan Nasakom pada tahun 1956. Saat itu, peta politik Indonesia dipenuhi oleh perpecahan antar partai besar seperti PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Melihat kondisi ini, Soekarno menganggap perlu adanya sebuah ide pemersatu yang dapat menyatukan tiga kekuatan besar: nasionalisme, agama, dan komunisme.
Menurutnya, hanya dengan penyatuan inilah bangsa Indonesia bisa tetap stabil menghadapi ancaman dari dalam maupun luar negeri.
2. Nasakom dalam Demokrasi Terpimpin (1959–1960)
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mengembalikan UUD 1945, Soekarno mulai menerapkan konsep Demokrasi Terpimpin. Nasakom dijadikan ideologi utama dalam praktik politik sehari-hari.
Soekarno menempatkan PKI sebagai salah satu unsur penting, berdampingan dengan PNI dan NU. Nasakom menjadi simbol kompromi politik, meski sejatinya sarat dengan kepentingan masing-masing kubu.
3. Peran PKI dalam Nasakom
Partai Komunis Indonesia (PKI) mendapatkan keuntungan paling besar dari konsep ini. Dengan legitimasi langsung dari Soekarno, PKI tumbuh pesat menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.
Mereka mampu menembus berbagai sektor masyarakat, mulai dari buruh, petani, hingga seniman. Dukungan ini membuat PKI semakin percaya diri dan berani memainkan peran politik yang lebih agresif.
4. Ketegangan dengan Militer
Keterlibatan PKI dalam Nasakom menimbulkan ketegangan dengan militer, khususnya Angkatan Darat. Bagi militer, keberadaan PKI yang semakin kuat dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara. Perbedaan pandangan antara tentara dengan PKI ini pada akhirnya menimbulkan gesekan yang semakin tajam di tahun-tahun menjelang 1965.
5. Nasakom sebagai Ide Pemersatu yang Gagal
Walaupun awalnya dimaksudkan sebagai pemersatu bangsa, Nasakom justru memperuncing perpecahan politik. Kekuatan politik yang disatukan secara paksa tidak menghasilkan harmoni, melainkan kecurigaan dan persaingan.
PKI merasa mendapat perlindungan penuh dari Soekarno, sementara kelompok agama dan militer merasa terancam oleh keberadaan komunisme.
6. Jalan Menuju G30S 1965
Ketidakseimbangan antara tiga kekuatan utama dalam Nasakom menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya G30S 1965. Dengan dominasi PKI yang makin kuat, sementara militer merasa terpojok, konflik besar akhirnya pecah.
Gerakan 30 September (G30S) yang menewaskan sejumlah jenderal Angkatan Darat menjadi titik balik yang mengguncang politik nasional.
7. Jatuhnya Soekarno
Setelah peristiwa G30S, legitimasi Soekarno runtuh. Dukungan terhadap Nasakom lenyap karena PKI dianggap sebagai dalang kudeta. Militer mengambil alih kendali, dan Soekarno dipaksa menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto melalui Supersemar 1966. Dengan jatuhnya Soekarno, berakhir pula era Nasakom yang sebelumnya diagung-agungkan.
8. Warisan Nasakom bagi Politik Indonesia
Nasakom meninggalkan warisan kontroversial dalam sejarah Indonesia. Di satu sisi, gagasan ini menunjukkan upaya Soekarno untuk menyatukan perbedaan ideologi besar.
Namun di sisi lain, kegagalan penerapan Nasakom juga memperlihatkan betapa rapuhnya kompromi politik jika tidak disertai dengan keseimbangan kekuatan.
Pencetusan Nasakom pada 1956 hingga penerapannya dalam Demokrasi Terpimpin setelah 1959, menunjukkan keinginan Soekarno untuk menjaga stabilitas politik dengan menyatukan nasionalisme, agama, dan komunisme.
Namun, implementasinya justru memperlebar jurang konflik antara PKI, militer, dan kelompok agama. Alih-alih memperkuat bangsa, Nasakom berakhir menjadi biang kerok yang membuka jalan bagi tragedi G30S 1965 dan kejatuhan Soekarno.
Warisan ini tetap menjadi pelajaran penting tentang risiko besar ketika ideologi dipaksakan tanpa memperhitungkan keseimbangan nyata di lapangan.
Sumber: suara
Foto: Ilustrasi peristiwa PKI yang menyeret Preside Soekarno. [ChatGPT]
Artikel Terkait
Pasukan Israel Masuki Kota Gaza, PBB: Jalur Kehidupan Hampir Runtuh
Bus Transjakarta Pagi-pagi Buta Tabrak 4 Ruko di Cakung Jaktim, Banyak Korban!
Publik Menanti KPK Secepatnya Berikan Status Tersangka Yaqut
Gibran Jarang Muncul, Kenapa?