Laut Natuna Terkepung, Klaim China Mengancam Kedaulatan Indonesia

- Minggu, 13 Agustus 2023 | 22:30 WIB
Laut Natuna Terkepung, Klaim China Mengancam Kedaulatan Indonesia

Di perairan biru yang jernih di Laut Natuna, drama geopolitik yang menegangkan sedang terjadi. Di balik gambaran ketenangan dan ketenteraman, terdapat cerita tentang pertemuan yang mengancam, klaim kedaulatan yang bersaing, dan ketegangan geopolitik yang meningkat.


Dedi (39), nelayan yang telah mengarungi perairan Natuna selama 25 tahun terakhir mengungkapkan kegelisahannya. Dia menggambarkan bagaimana hasil tangkapannya telah berkurang bersamaan dengan pendapatannya karena persaingan yang mengganggu dari Vietnam, China, dan Filipina.


“Mereka memancing di tempat saya biasanya memancing, tetapi mereka menyuruh saya pergi,” kata Dedi dengan nada frustrasi kepada ChannelnewsAsia. Namun, ancaman tidak hanya datang dari kapal-kapal penangkap ikan asing. Dalam beberapa tahun terakhir, Dedi dan nelayan lainnya juga telah menemukan kapal-kapal penjaga pantai dan bahkan kapal perang, sebagian besar dari China.


“Ketika saya pertama kali melihat kapal penjaga pantai, saya takut,” kenang Dedi, menggambarkan bagaimana seseorang di kapal membuka peta yang menunjukkan garis sembilan putus-putus, klaim China yang kontroversial atas sebagian besar Laut Cina Selatan.


Laut Natuna Utara adalah bagian dari provinsi Kepulauan Riau, yang mencakup pulau Batam dan Bintan. Terletak di bagian selatan laut adalah gugusan pulau Natuna yang terdiri dari setidaknya 154 pulau kecil, tempat tinggal sekitar 80.000 orang, sebagian besar adalah nelayan seperti Dedi.


Natuna juga berada dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia 200 mil laut, yang didasarkan pada Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang diadopsi pada 1982 dan diratifikasi oleh lebih dari 160 negara, termasuk Indonesia dan China.


Namun, Beijing telah mengklaim Natuna sebagai bagian dari hak perikanan tradisionalnya di Laut Cina Selatan, seperti yang ditandai oleh garis sembilan berbentuk U-nya.


Strategi China yang Lebih Luas


Pengamat Geopolitik Hendrajit menggambarkan situasi ini sebagai bagian dari strategi China yang lebih luas. “Ini serangan diplomatik yang harus ditangkap substansinya,” katanya saat dihubungi Inilah.com, Jumat (11/8/2023). “China hampir boleh dibilang mengklaim 90% luas yang mencakup Laut Cina Selatan,” tambahnya.


Klaim ini telah menjadi titik nyala utama dalam hubungan antara China dan negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia. China telah menggunakan garis sembilan putus-putus untuk menegaskan kedaulatannya atas wilayah yang luas di Laut Cina Selatan, termasuk perairan Natuna yang kaya sumber daya, yang juga diklaim oleh Indonesia.


Di tengah ketegangan ini, muncul pertanyaan tentang bagaimana Indonesia harus merespons. Hendrajit menawarkan pandangan bahwa soft diplomasi mungkin menjadi jalan keluar. “Soft diplomasi itu sebagai kerangka menjalin hubungan kerjasama strategis Indonesia China win-win solution,” katanya.



Halaman:

Komentar