NARASIBARU.COM - Analis Sosial Politik Uiversitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedillah Badrun melihat Jokowi masih punya hasrat berkuasa yang tinggi.
Hal ini terkait kabar mantan Presiden ke-7 Joko Widodo akan mendaftar menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang semakin kencang berhembus.
Saat ini Ketua Umum PSI adalah Kaesang Pangarep yang tak lain adalah anak Jokowi yang dijadikan Ketua Umum PSI walaupun baru sehari jadi anggota PSI.
Simak paparan Ubedillah Badrun di acara INTERUPSI yang disiarkan iNewsTV tadi malam.
👇👇
[VIDEO]
Ubedillah: Jokowi Masih Punya Hasrat Berkuasa Tinggi pic.twitter.com/7rV1pn3wYD
— Mas P1yu🍉 (@Piyusaja2) June 20, 2025
Ubedillah Badrun: Jokowi Lebih Buruk dari Soeharto, Tetap Korup di Tengah Demokrasi Digital!
NARASIBARU.COM - Pengamat politik Ubedillah Badrun melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
Ia menilai Jokowi sebagai presiden yang paling mewarisi kegelapan kekuasaan secara sistemik, bahkan disebut lebih buruk dari era Presiden RI ke-2 Soeharto.
"Saya berani mengatakan Jokowi paling mewarisi kegelapan yang lebih sistemik. mungkin kalau Jokowi menjadi presiden zaman Soeharto, lebih buruk dari Soeharto," kata Ubedillah dikutip dari siaran podcast YouTube bersama Abraham Samad, Minggu (8/6/2025).
Menurutnya, perbandingan antara kedua pemimpin tidak bisa dilepaskan dari konteks zaman.
Soeharto memimpin selama 32 tahun tanpa adanya ruang digital dan keterbukaan informasi seperti sekarang.
Saat itu, kritik langsung kepada presiden hampir tidak mungkin dilakukan.
Namun, di era Jokowi yang penuh dengan kebebasan berpendapat dan perkembangan teknologi informasi, praktik otoritarianisme seolah tetap dilakukan secara nyata.
"Digital demokrasi itu memberi ruang kritik langsung pada presiden, di era Soeharto tidak ada. Sehingga kritik yang direct itu sangat minim, bisa juga tidak ada. Artinya ruang otoritari itu lebih powerful. Di era Jokowi, di mana dunia digital sudah begitu terbuka, orang aspirasi begitu cepat masuk, dia masih otoriter, dia masih korup, itu kan lebih parah," jelasnya.
Ubedillah juga menyoroti praktik politik dinasti yang menurutnya berlangsung jauh lebih cepat di era Jokowi ketimbang di masa Soeharto.
Ia menyebut, Soeharto baru memasukkan anaknya ke kabinet setelah puluhan tahun berkuasa.
Sementara itu, Jokowi dalam lima tahun pertama kepemimpinan sudah berhasil menempatkan anak dan menantunya sebagai kepala daerah.
Kini, anak Jokowi bahkan telah menjabat sebagai wakil presiden dan memimpin partai politik.
"Jadi menurut saya, kecepatan menjadi politik dinasinya lebih cepat dari Soeharto dan warisan kerusakan demokrasi lebih sistemik," tuding mantan dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu.
Lebih jauh, Ubedillah menilai kekuasaan Jokowi telah menormalisasi praktik-praktik otoriter melalui jalur hukum, atau yang ia sebut sebagai autocratic legalism.
Ia juga menyebut pemerintahan ini sebagai bentuk baru kleptokrasi, yakni kekuasaan yang dibangun atas dasar pencitraan dan manipulasi politik yang masif.
"Memang kleptokrasi baru yang dilakukan oleh Jokowi. Saya juga menjuluki rezim ini simulakra, yang hobi pencitraan, politik tipu-tipu," tandasnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Datangi Langsung Almamaternya, Rismon Tagih Janji UGM!
Dugaan Invisible Hand di Belakang Tito Karnavian Perlu Diusut
EKSKLUSIF! Roy Suryo Bongkar Fakta Soal Pasar Pramuka, Ijazah Jokowi Fix Palsu?
Rocky Gerung: Yang Mau Dimakzulkan Sebetulnya Bukan Gibran, Tapi...