NARASIBARU.COM - Sebuah video pidato politisi sekaligus Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM) viral di jagat maya media sosial X.
Tanpa tedeng aling-aling, mantan Bupati Purwakarta itu menyebut bahwa karakter koruptif tidak hanya dimiliki oleh pejabat dan politisi, tetapi juga sudah mendarah daging di sebagian masyarakat.
Dalam video tersebut, Dedi dengan tegas menyatakan bahwa antara rakyat dan pejabat sebetulnya memiliki karakter yang sama yakni serakah dan buas.
Perbedaannya, menurut dia, hanyalah pada tingkatan kekuasaan yang dimiliki.
"Karena karakternya sama, sama-sama buasnya, sama serakahnya. Hanya saja beda tingkatan kekuasaannya," ujar Dedi Mulyadi dalam video yang viral di media sosial X.
Pria yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini mengaku tidak asal bicara.
Ia mengklaim pernyataannya didasarkan pada pengalamannya berinteraksi langsung dengan masyarakat selama menjabat.
Ia memberikan contoh konkret bagaimana mentalitas koruptif itu bekerja di level bawah.
"Jadi saya tahu karakter mereka, ketika dikasih lapak 1 mereka ambil 5," katanya.
Ia merinci lebih jauh bagaimana praktik nepotisme kecil-kecilan terjadi di sekitarnya.
"Gratis satu, lima, keponakannya dikasih, istrinya beda, suaminya beda dan anaknya semua," sambung Dedi.
Bahkan, ia menceritakan pengalamannya saat memberikan fasilitas gratis untuk rakyat kecil yang justru disalahgunakan untuk keuntungan pribadi.
"Saya pernah ngasih pasar gratis, yang pasar gratis ia sewakan, ia dagang lagi di trotoar," ungkapnya.
Dari serangkaian pengalamannya itu, Dedi Mulyadi menarik sebuah kesimpulan kontroversial yang menampar banyak pihak.
"Jadi sifat koruptif, sifat nepotisme, bukan hanya milik politisi kaya saya Dedi Mulyadi, nggak usah ngomong orang lain, tetapi juga rakyat memiliki karakter itu," beber Dedi Mulyadi.
👇👇
KDM sebut rakyat juga tukang korupsi sama kayak pejabat.
— 🇮🇩 Yanti 🇮🇩 (@DS_yantie) August 21, 2025
Yg jujur dan suci dirinya doang, begitu kah? 😩 pic.twitter.com/rcflwXdBV3
Cermin Korupsi Elite Politik: Kasus Wamenaker
Pernyataan Dedi Mulyadi ini seolah menjadi cermin dua sisi dari persoalan korupsi di Indonesia.
Di satu sisi ia menyorot mentalitas di level masyarakat, di sisi lain pernyataannya muncul di tengah gempuran berita korupsi para elite politik yang semakin menjadi-jadi.
Contoh paling gamblang baru-baru ini adalah terungkapnya skandal korupsi yang menjerat Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer Gerungan alias Noel.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terkait pengurusan sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Tak tanggung-tanggung, Noel diduga menerima aliran dana haram sebesar Rp 3 miliar dan satu unit motor gede merek Ducati.
Kasus ini menjadi bukti nyata bagaimana kekuasaan yang dimiliki pejabat tinggi, seperti yang disinggung Dedi Mulyadi, membuka peluang untuk melakukan korupsi dalam skala yang jauh lebih masif dan merusak sistem.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
VIRAL Ajakan Demo Revolusi Rakyat Indonesia: Jumhur, Said Iqbal dan Mahasiswa Tak Mau Ikut, Kenapa?
Pengamat: Isu Pembubaran DPR Bagian Skenario Gagalkan Pemakzulan Gibran
Dokter Tifa Skak Pernyataan Ova Emilia, Nah Rektor Bilang Sendiri Jokowi Bukan Mahasiswa di Program Sarjana!
Terlalu Berani Melawan Oligarki Pendukung Jokowi, Benarkah Jadi Ancaman untuk Prabowo?