Rismon Lantang Sebut Jokowi Pemimpin Maling: Menteri Siapa yang Antar Duit Tiap Minggu ke Gibran?

- Selasa, 26 Agustus 2025 | 20:30 WIB
Rismon Lantang Sebut Jokowi Pemimpin Maling: Menteri Siapa yang Antar Duit Tiap Minggu ke Gibran?



NARASIBARU.COM - Ahli Digital Forensik, Rismon Sianipar blak-blakan menyebut Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) adalah pemimpin maling.

Hal tersebut disampaikan Rismon dalam sebuah video yang diunggah kembali oleh Said Didu lewat twitternya @msaid_didu pada Selasa (26/8/2025).

Dalam video yang diunggah mantan Sekretaris BUMN itu, Rismon menegaskan Jokowi mewariskan beragam masalah sejak lengser dari jabatan sebagai Presiden, 20 Oktober 2024 lalu.

Selama sepuluh tahun menjabat sebagai Presiden, Jokowi membawa kesulitan bagi masyarakat.


Di antaranya, hutang negara yang menggunung, korupsi merajalela lantaran dinilai Aktivis 98 itu Jokowi telah melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Diketahui, utang negara selama 10 tahun pemerintahan Jokowi naik hampir Rp 5.843,15 triliun atau melesat 225 persen.

Ketika Jokowi dilantik sebagai presiden sejak 20 Oktober 2014, posisi utang negara pada September 2014 atau sebelum Jokowi memimpin tercatat Rp 2.601,72 triliun atau setara dengan 26,5 persen dari PDB.

Satu dekade berselang, berdasarkan data Kementerian Keuangan menunjukkan utang negara tembus Rp 8.444,87 triliun per Juni 2024.

"Bayangkan Indonesia ini, dibawa kepemimpinan anda 10 tahun, hutang menggunung, hutang menumpuk, korupsi di mana-mana. Anda lemahkan KPK," ungkap Rismon.

Dalam video tersebut, Rismon mempertanyakan besarnya kekayaan dua putra Jokowi, antara lain Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep. 


Diketahui, Kaesang Pangarep memborong saham PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP), sebuah perusahaan yang memproduksi makanan beku berbasis udang pada November tahun 2021. 

Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), total saham yang dibeli Kaesang Pangarep yakni 188,24 juta lembar saham atau sekitar 8 persen dari total keseluruhan saham yang ditempatkan di perseroan.  



Apabila mengacu pada harga saham PMMP per lembarnya Rp 490, maka nilai transaksinya cukup mencengangkan, yakni mencapai Rp 92,2 miliar. 

Atas pembelian saham itu, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan melakukan praktik KKN terhadap relasi bisnis. Pelapor yang merupakan dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubeidillah Badrun

"Dari mana uang Kaesang itu ratusan miliar beli saham. Jelaskan dulu itu kepada rakyat," ungkap Rismon. 

"Jelaskan kepada rakyat, menteri-menteri siapa yang mengantarkan duit tiap minggu kepada Gibran. Kalau itu tidak anda jelaskan, maka OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project) menjadi benar," tegasnya.

OCCRP merupakan organisasi nirlaba non-pemerintah Amerika Serikat yang didirikan guna mengungkap kejahatan terorganisir dan korupsi di seluruh dunia.

Dalam laporannya, Jokowi masuk daftar finalis Person of The Year 2024 untuk kategori kejahatan organisasi dan korupsi.

"Jangan pecah belah rakyat ini, Jokowi. Kok bisa mantan presiden masih punya relawan? Ini relawan, relawan Jokowi. Kaya mau tanding, mau nyapres lagi Jokowi ini," ungkap Rismon.

"Parah Prabowo Subianto saja nggak ada relawan Prabowo. Udah jadi presiden," bebernya.

Sebut Jokowi Pemimpin Maling

Rismon secara lantang menyebut Jokowi adalah pemimpin maling.

Dirinya tak gentar meski para pendukungnya yang disebut Termul (Ternakan Mulyono) melaporkannya maupun aktivis dengan ancamau belasan tahun dibui.

"Kalau anda memakai termul-termulmu ini untuk melaporkan apa lagi? Penghasutan? besok apa lagi? Cari pasal lagi. Nggak puas 12 tahun (penjara) untuk kami, cari lagi Jokowi pasal lain. Supaya bisa 50 tahun (dipenjara) kami," tegas Rismon.

"Biar puas kau. Biar kesadisanmu itu tertumpah, tercurah untuk kami. Anda yang pemimpin maling, kami yang masuk penjara," tegasnya.

"Anda itu kan pemimpin maling, artinya terkorup itu kan korup, itu corrupt. Mengkhianati cita-cita reformasi 98. Banyak meninggal itu, tewas, mahasiswa 98," jelas Rismon.

Dalam tayangan yang sama, Rismon mengulas kembali kehadiran Jokowi yang penuh pencitraan, mulai dari menjabat Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden.  

Reformasi yang dibangun sejak tahun 1998 katanya gugur sejak Jokowi menjabat.

"Indonesia ini reformasi. Anti KKN, eh 16 tahun kemudian muncullah dari gorong-gorong si tukang kayu. Membawa ijazahnya, ngaku-ngakunya dari UGM. Tapi sampai sekarang nggak berani menunjukkan," ungkap Rismon. 

"Muncul lah si tukang mebel. Membawa gaya yang sok senderhana. Gagallah cita-cita reformasi. Masuklah negara kita, negara terkorup. Mau dibawa ke mana Indonesia ini?" tanyanya

"Hutang menggunung, 1 juta sarjana menganggur. Pekerjaan nggak ada. Ya karena maling, korup semua sistem itu. Anda buat 10 tahun korup.. Anda sandera orang-orang. Pejabat-pejabatmu itu. Korup semua, pesta pora semua. Makan uang rakyat," tegasnya.

Sepuluh tahun menjabat, Jokowi kembali ditegaskannya membawa kesengsaraan bagi rakyat.

Kini rakyat yang harus membayar utang dari Jokowi yang disebutnya pemimpin terkorup.   

"Setelah Anda memimpin 10 tahun, yang tersisa adalah beban rakyat, kemiskinan. Hutang Rp 8.500 triliun. Harus dibayar oleh keringat rakyat. Rp 800 triliun lebih tahun 2025 ini. Karena Anda pemimpin terkorup," tegas Rismon.

"Pemimpin terkorup Anda, Joko Widodo. Apa kurang hinanya itu? Apa kurang rendahnya Anda? Diberikan label pemimpin terkorup," ujarnya di akhir video.


Pernyataan Rismon memantik beragam komentar dari masyarakat.

Sebagian mendukung dan prihatin atas kondisi bangsa dan besarnya hutang negara.

Sebagian lainnya justru mengkritisi Rismon, Roy Suro dan Dr Tifa kini terjerak dalam polemik kasus dugaan ijazah palsu Jokowi.

Dr Tifa Ungkap 4 Kebohongan dari Pernyataan Rektor UGM yang Sebut Jokowi Sarjana Muda 

Pernyataan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ova Emilia soal Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan sarjana muda menuai sorotan.

Dalam video yang diunggah Channel YouTube Universitas Gadjah Mada pada Jumat (22/8/2025), Ova Emilia menegaskan Jokowi merupakan lulusan UGM.

Jokowi disebutkan merupakan sarjana muda.

Hal itu dikuatkan dari sejumlah dokumen otentik yang dimiliki UGM.

UGM katanya memiliki data  menyeluruh, mulai dari tahap penerimaan mahasiswa, proses kuliah selama menempuh sarjana muda, pendidikan sarjana, KKN hingga wisuda.

Pernyataan Ova Emilia dinilai dokter sekaligus aktivis, Dr Tifa membuka petunjuk baru atas kasus dugaan ijazah palsu Jokowi.

Melalui akun twitter pribadinya, @doktertifa pada Selasa (26/8/2025), Dr Tifa menyebut pernyataan Prof Ova Emilia, sebagai petunjuk baru. 

Ia menyoroti pernyataan sang rektor yang menyebut Jokowi menempuh jalur Sarjana Muda sebelum menyelesaikan jenjang Sarjana (S-1).

Hal itu, menurut Dr Tifa, membuka celah untuk mempertanyakan keabsahan dokumen dan kronologi riwayat pendidikan Jokowi.

“REKTOR UGM AKAN SAYA TUNTUT: MANA IJAZAH SARJANA MUDA JOKO WIDODO?” tulis Dr Tifa dalam unggahannya. 

"Kali ini kita dapat petunjuk baru, menurut Rektor UGM, Ova Emilia, Joko Widodo menempuh jalur Sarjana Muda sebelum dia Sarjana!" bebernya.

Ia menambahkan, pengumuman calon mahasiswa program Sarjana Muda kala itu tidak diumumkan melalui surat kabar, melainkan ditempel langsung di kampus.

Oleh karena itu, menurut dia, keterlibatan nama Jokowi dalam daftar peserta seleksi program Sarjana S-1 pada tahun tersebut patut dipertanyakan.

"Kalau memang benar dia diterima di Program Studi Sarjana Muda Fakultas Kehutanan UGM tahun 1980, maka namanya tidak akan ada di Pengumuman Koran sebagai Peserta Ujian yang lolos PP-1," ungkap Dr Tifa.

"Sebab, calon mahasiswa Program Sarjana Muda, pengumumannya ditempel di Kampus, bukan diumumkan di Koran! Beda Kelas, Boss!" tegasnya.

"Artinya, Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 18 Juli 1980, yang dijadikan BARESKRIM sebagai salah satu barang bukti, yang memuat nama Joko Widodo di nomor urut 14 sebagai Calon Mahasiswa Program Studi Sarjana Fakultas Kehutanan UGM tahun 1980, adalah KORAN PALSU!" ungkap Dr Tifa.

Dr Tifa juga menyebut penjelasan yang pernah disampaikan oleh pejabat UGM sebelumnya, termasuk Wakil Rektor Prof Wening Udasmoro, adalah pernyataan yang bertentangan dengan fakta terbaru dan dianggap menyesatkan publik.

"Dan penjelasan UGM sebelum Rektor Ova Emilia ini memberikan pernyataan terbaru, sebagaimana yang disampaikan Wakil Rektor Prof Wening Udasmoro tanggal 15 April 2025, adalah Pernyataan BOHONG!" tegasnya.

Selain mempertanyakan jalur pendidikan Jokowi, Dr Tifa juga menyebut keterlibatan Presiden dalam sejumlah acara reuni alumni Fakultas Kehutanan UGM merupakan bentuk pengakuan yang tidak sah.

Ia menilai perbedaan jalur studi menyebabkan perbedaan kelas, mata kuliah, dan lingkaran pergaulan.

"Apalagi Joko Widodo! Yang berkali-kali hadir dan membuat REUNI sejak 2017, 2022, dan terakhir 2025, dengan berkumpul bersama Lulusan Program Studi Sarjana Fakultas Kehutanan UGM tahun 1980, adalah BOHONG!" ungkap Dr Tifa.

"Dan ketika masa perkuliahan pun, kelasnya beda, mata kuliahnya beda, tempat kuliahnya beda, dan tentu saja teman-temannya pun, circle nya pun BEDA!" tegasnya. 

"Jadi kalau dia datang Reuni Alumni Prodi S1 Kehutanan UGM, artinya dia ngaku-ngaku! Pantesan ketika datang Reuni, sepertinya tidak saling kenal! Karena Reuni Alumni program Sarjana Kehutanan UGM, yang seharusnya datang adalah Almarhum Hari Mulyono, bukan Joko Widodo!" jelasnya. 

Merujuk pernyataan Rektor UGM, Prof Ova Emilia, kebohongan diungkapkan Dr Tifa tak Hanya ditunjukkan oleh Jokowi, tetapi juga pihak UGM dan semua orang yang mendukung Jokowi. 

Semuanya kata Dr Tifa tertular penyakit kebohongan.

"Jadi selama ini, telah terjadi KEBOHONGAN PUBLIK, yang dilakukan Joko Widodo, UGM, dan teman-teman Joko Widodo yang suka jadi Tim Hore-Hore seperti: Frono Jiwo, Tou, Andi Pramaria, dll yang Alumni Asli Program Sarjana Kehutanan UGM!" ungkap Dr Tifa.

"Ampun deh Bu Rektor. Makanya jangan bergaul sama Tukang Bohong! Akhirnya ketularan jadi Pembohong, kan!" tutupnya.


Blunder Rektor UGM Sebut Jokowi Sarjana Muda

Sebelumnya, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Ova Emilia memberikan pernyataan resmi soal ijazah Jokowi melalui video yang ditayangkan di Channel YouTube Universitas Gadjah Mada, pada Jumat (22/8/2025).

Dalam video tersebut Ova Emilia menegaskan bahwa Presiden ke-7 RI Joko Widodo merupakan lulusan UGM.

Namun Ova Emilia juga menyinggung bahwa UGM memiliki dokumen otentik seluruh proses pendidikan Joko Widodo di UGM meliput tahap penerimaan di UGM, proses kuliah selama menempuh sarjana muda, pendidikan sarjana, KKN hingga wisuda.


Pernyataan Ova Emilia yang menyinggung Jokowi kuliah Sarjana Muda di UGM menjadi sorotan Pakar Neuroscience Behavior dr Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa, yang merupakan terlapor kasus pencemaran nama baik Jokowi karena menyebut ijazah Jokowi palsu.

Dokter Tifa menilai pernyataan Rektor UGM Ova Emilia sudah menyatakan bahwa Joko Widodo bukan mahasiswa yang diterima di Program studi SARJANA! 

Hal itu dikatakan Dokter Tifa di akun X-nya @DokterTifa, Sabtu (23/8/2025).

"Menit 01:12 "....Proses kuliah selama menempuh Sarjana Muda..." Nah! Artinya Rektor sendiri menyatakan bahwa Joko Widodo bukan Mahasiswa yang diterima di Program studi SARJANA!" kata Dokter Tifa.

"Artinya apa? Artinya, JOKO WIDODO tidak mungkin ada di daftar penerimaan Mahasiswa Baru yang lulus Ujian PP-1 yang diumumkan di Surat Kabar Nasional tanggal 18 Juli 1980, seperti yang disampaikan oleh BARESKRIM!" tambah Dokter Tifa.

Menurut Dokter Tifa, sebagai Rektor UGM pasti tahu mahasiswa program sarjana muda pengumuman penerimaannya sebagai mahasiswa tidak melalui Surat Kabar Nasional dan bukanlah Peserta Ujian PP-1.

"Mbak Ova sebagai Rektor pasti tahu, bahwa Mahasiswa yang diterima di Program Sarjana Muda, bukanlah Peserta Ujian PP-1, tetapi mengikuti jalur penerimaan mahasiswa baru tersendiri, dan pengumuman penerimaannya sebagai Mahasiswa Program Sarjana Muda, tidak melalui Surat Kabar Nasional!" papar Dokter Tifa

Dokter Tifa mengatakan itulah sebabnya, surat kabar nasional, yang ada di Jogja yaitu Kedaulatan Rakyat dan Berita Nasional atau Bernas, di tahun 1980, semuanya raib dari Perpustakaan Daerah.

"Di mana menurut Petugas Perpustakaan Daerah, koran-koran tersebut, telah DIAMANKAN oleh Polisi dan UGM!" tambah Dokter Tifa.

Karenanya Dokter Tifa menyarankan Rektor UGM Ova Emilia diam saja, karena pernyataannya kerap blunder.

"Sudahlah mbak Ova, Bu Rektor, panjenengan daripada kalau ngomong malah blunder terus-terusan, saya sarankan, lebih baik diam. Diam akan lebih baik bagi UGM. Dan diam akan lebih baik bagi mbak Ova sendiri," ujar Dokter Tifa.

Menurut Dokter Tifa, Ova Emilia jangan menambah masalah hanya karena menjadi tameng bagi kebohongan Jokowi.

"Ingat kasus BPR belum incracht, dan ada kasus gedung hitam yang sekarang ini sepertinya mangkrak juga saya lihat pembangunannya. Jangan nambah masalah dengan ikut-ikutan jadi tameng bagi kebohongan Jokowi Widodo!" kata Dokter Tifa.

Pernyataan Resmi UGM

Sementara dalam videonya Ova Emilia, selaku Rektor UGM mengatakan apa yang dikatakannya adalah pernyataan resmi UGM.

"Saya Ova Emilia, Rektor Universitas Gadjah Mada. Berikut adalah pernyataan resmi UGM terkait ijazah Bapak Joko Widodo," kata Ova.

Satu, kata Ova, UGM mengikuti dengan baik perkembangan di masyarakat terkait adanya pihak yang mempertanyakan keaslian ijazah seorang alumni UGM yang bernama Joko Widodo.

"Dua, secara umum UGM menghormati hak warga negara untuk mempertanyakan isu apapun dan untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut," sambungnya.

"Tiga, UGM sudah menyatakan beberapa kali secara tegas bahwa Joko Widodo adalah alumni Universitas Gadjah Mada," katanya. 

Keempat, tambah Dokter Tifa, UGM memiliki dokumen otentik terkait keseluruhan proses pendidikan Joko Widodo di UGM.

"Dokumen ini meliputi tahap penerimaan yang bersangkutan di UGM, proses kuliah selama menempuh sarjana muda, pendidikan sarjana, KKN hingga wisuda," kata Ova.


Informasi yang lebih rinci, tambah Ova telah dirilis dalam bentuk podcast.

Kelima, kata Ova, Joko Widodo dinyatakan lulus dari UGM pada tanggal 5 November 1985 dan UGM telah memberikan ijazah yang sesuai dengan ketentuan kepada yang bersangkutan saat diwisuda tanggal 19 November 1985.

"Sesuai ketentuan hukum, UGM dapat menyampaikan data dan informasi yang bersifat publik dan wajib melindungi data yang bersifat pribadi. Hal ini berlaku untuk semua hal dan diterapkan untuk semua sivitas akademika UGM termasuk alumni," kata Ova,

"Tujuh, UGM diberi mandat oleh negara untuk menyelenggarakan pendidikan dan secara berkala dinilai atau diuji kualitasnya oleh lembaga independen," tambahnya.

Hingga saat ini, kata Ova UGM dinyatakan layak dan telah melakukan proses pendidikan dengan baik.

"Berpegang pada ini, proses pendidikan di UGM telah berjalan semestinya tanpa ada keraguan. Tugas dan tanggung jawab UGM dalam mendidik seseorang telah paripurna ketika yang bersangkutan dinyatakan lulus dan diberi ijazah sesuai ketentuan,' katanya.

Hal ini, menurut Ova, juga berlaku kepada alumni UGM yang bernama Joko Widodo.


"Setiap alumni berhak menggunakan ijazah dan gelar akademik yang diperoleh dari UGM untuk berbagai kepentingan yang dibenarkan oleh hukum," ujarnya.

"Alumni adalah satu-satunya pihak yang memegang ijazah asli miliknya sehingga penggunaan dan perlindungannya adalah tanggung jawab alumni tersebut," kata Ova.

Sekali lagi, kata Ova, UGM dengan tegas menyatakan bahwa Joko Widodo adalah alumni UGM yang telah mendapatkan ijazah dari UGM sesuai dengan ketentuan, hal-hal yang terjadi setelah proses pendidikan dan kelulusan tahun1985 di UGM.

"Termasuk, pemanfaatan dan perlindungan terhadap ijazah yang merupakan tanggung jawab yang bersangkutan sebagai seorang alumni. Terima kasih. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," kata Ova.

Sumber: Wartakota 

Komentar