Jokowi Dituding Bohong: Eks BIN Sebut Ada Rekayasa, Abu Bakar Baasyir ke Solo Dibuat Menunggu 3 Jam

- Jumat, 10 Oktober 2025 | 14:30 WIB
Jokowi Dituding Bohong: Eks BIN Sebut Ada Rekayasa, Abu Bakar Baasyir ke Solo Dibuat Menunggu 3 Jam


NARASIBARU.COM -
  Beberapa waktu lalu, kunjungan tokoh agama Abu Bakar Ba'asyir dan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) sempat jadi sorotan, mengingat sang ulama juga sosok kontroversial. 

Abu Bakar Ba'asyir datang ke rumah Jokowi di Banjarsari, Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah pada Senin (29/9/2025).

Pertemuan tersebut, menurut Mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel Inf. (Purn.) Sri Radjasa punya motif tersendiri bagi Jokowi. 

Sri Radjasa mengaku mendapat informasi ada rekayasa hingga Abu Bakar diminta menuju Jokowi selama tiga jam.

Abu Bakar yang juga pendiri Pondok Pesantren Islam Al Mu'min Ngruki itu, kata Sri Radjasa mendatangi rumah Jokowi atas inisiatifnya sendiri.

"Memang benar kedatangan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir adalah inisiatif Abu Bakar Ba'asyir karena mengingat kita melihat bahwa ketajaman spiritual Abu Bakar Baasyir selama ini," ujar Sri Radjasa, dikutip dari YouTube Abraham Samad, Jumat (10/10/2025).

Tujuan Abu Bakar Ba'asyir ke rumah Jokowi, menurut Sri Radjasa adalah untuk memberi teguran karena sudah melampau batas. 

"Dia (Abu Bakar Ba'asyir) melihat bahwa ada hal yang melampaui batas yang dilakukan Jokowi," klaim Sri Radjasa .

"Sebagai ulama, dia berkewajiban untuk menegur umara, sehingga dia harus mendatangi Jokowi," lanjutnya.

Sri Radjasa mengaku mendapat informasi, Abu Bakar Ba'asyir sudah tiba di rumah Jokowi pada pukul 10.00 WIB.

Akan tetapi, staf Jokowi meminta Abu Bakar Baasyir untuk menunggu terlebih dahulu lantaran Jokowi sedang tidak berada di rumah.

Padahal, kata Sri Radjasa, saat itu Jokowi sudah ada di rumah, namun pada pukul 13.00 WIB Abu Bakar Ba'asyir baru diterima Jokowi.

"Ketika dia (Abu Bakar Ba'asyir) datang, ini informasi dari dalam, jam 10, kemudian diminta untuk menunggu oleh stafnya Pak Jokowi, 30 menit ditunggu," ujar Sri Radjasa.

"Kemudian keluar, 'mohon Pak, Pak Jokowi berkenan jam 1 diterima.', ini tanda tanya besar sebetulnya kenapa mesti dengan alasan dia tidak ada di rumah," tuturnya.

Dari sekian informasi yang ia dapat, Sri Radjasa menyimpulkan pertemuan tersebut dirancang untuk keuntungan Jokowi.

"Informasi yang saya dapat dia (Jokowi) ada di rumah. Cuma dia minta waktu sampai jam 13.00 WIB agar mendesain pertemuan ini untuk kepentingan Jokowi, dan media," jelasnya.

"Kemudian media datang, terus dengan gayanya didramatisir cium tangan segalam macam, sehingga terkesan kedatangan Abu Bakar Ba'asyir sebuah dukungan atau sandaran kultural yang diberikan Jokowi di tengah dia sedang kehilangan dari kelompok politik yang formal," paparnya. 

Menurut Sri Radjasa, Jokowi kembali melakukan kebohongan-kebohongan kepada publik atas hal tersebut.

"Jadi jelas ini rekayasa. Kembali lagi Jokowi melakukan kebohongan-kebohongan publik. Kenapa dia nggak terima pada saat itu?" katanya.

Pertemuan Tidak Direncanakan


Sementara itu, Ketua Harian Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Adli Abdullah, memastikan pertemuan antara Jokowi dengan ulama senior Abu Bakar Ba'asyir terjadi secara mendadak.

Adli Abdullah menegaskan pertemuan di rumah Jokowi itu tidak direncanakan jauh-jauh hari.

"Ini pertemuan mendadak sebagaimana pernyataan Pak Jokowi, Presiden ke-7 RI, beliau pertama merasa kaget dengan kedatangan dari K.H. Abu Bakar Ba'asyir ke rumahnya," kata Adli mengutip YouTube Kompas TV, Senin.

"Beliau selaku orang Islam pasti membuka rumah untuk dikunjungi siapa pun," imbuhnya.

Adli menilai, Jokowi membuka ruang rumahnya untuk dikunjungi oleh masyarakat.

"Jangankan Pak Abu Bakar Ba'asyir, rakyat jelata saja tiap hari datang ke rumahnya, dan beliau sambut dengan begitu hangat dan bersahabat," katanya.

Menurut Adli, pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Baasyir merupakan bentuk silaturahmi antara dua tokoh muslim di Indonesia.

Adli juga menyinggung langkah Jokowi yang memberikan potongan masa penahanan kepada Abu Bakar Baasyir saat ditahan di dalam penjara.

"Saya kira ini kedatangan Pak Abu Bakar Baasyir ke Pak Jokowi ini ada 2 hal. Pertama selaku rohani, dalam agama termasuk memperpanjang umur" ucapnya. 

"Apalagi Pak Abu Bakar Baasyir dengan Pak Jokowi mungkin dulu dalam waktu beliau ditahan termasuk Pak Jokowi yang memotong masa tahanan," kata Adli.

"Saya kira ini pertemuan 2 tokoh muslim, apalagi Pak Jokowi sekarang ini kan menjadi tokoh global dengan diangkat sebagai penasihat Bloomberg New Economy" lanjutnya. 

"Juga Pak Abu Bakar Baasyir meminta beliau menjadi seorang tokoh Islam. Saya kira itu pertemuan biasa saja, silaturahmi antara dua tokoh bangsa," sambung Adli.

Adli menyebut, Jokowi merupakan sosok yang dekat dengan masyarakat sehingga menerima dengan baik siapa pun yang bertamu ke rumahnya.

"Pak Jokowi kehidupannya sangat sederhana, dan dia bisa menerima siapa saja. Kita pun datang ke sana tanpa perlu agenda khusus, bisa diterima oleh Pak Jokowi," kata Adli.

"Makanya Pak Jokowi tadi termasuk terkejut, kaget dia kedatangan Pak Abu Bakar Baasyir, tapi karena orangnya yang humble, sederhana, dia senang saja kedatangan Pak Abu Bakar Baasir," lanjutnya.

Menasihati Jokowi


Pertemuan Abu Bakar Ba'asyir dan Jokowi berlangsung secara tertutup selama lebih kurang 30 menit.

Setelah bertemu Jokowi, Abu Bakar Baasyir menjelaskan, kedatangannya adalah kewajiban seorang ulama untuk menasihati.

"Saya hanya menasihati. Orang Islam itu wajib menasihati rakyat, pemimpin, dan orang kafir harus dinasihati," kata Abu Bakar Baasyir.

Baasyir menilai, Jokowi merupakan sosok yang berpengaruh.

"Nah, Pak Jokowi ini orang yang kuat. Jadi mudah-mudahan jadi pembela Islam yang kuat. Itu saja nanti ya," jelasnya.

Baasyir menjelaskan, salah satu nasihat yang diberikan kepada Jokowi adalah untuk menerapkan hukum Islam di Indonesia.

"Nasihatnya supaya kembali mengamalkan hukum Islam dengan baik. Sebab, saya ini sedang berjuang minta supaya negara ini diatur dengan hukum Islam," tuturnya.

Tidak hanya ke Jokowi, Ba'asyir mengaku juga menyampaikan hal serupa kepada Presiden Prabowo Subianto melalui surat.

"Presiden (Prabowo) pun sudah saya nasihati lewat surat, itu saja. Hanya nasihati itu kewajiban-kewajiban seorang ulama menasihati," katanya.

Sementara menurut Jokowi, kedatangan Abu Bakar Ba'asyir tidak direncanakan dan membuatnya terkejut.

"Silaturahmi, silaturahmi dengan Ustaz Abu Bakar tadi. Ya, sangat kaget saya kedatangan beliau," kata Jokowi usai pertemuan.

Jokowi juga membenarkan, menerima nasihat dari Abu Bakar Ba'asyir.

"Intinya beliau menasihati saya untuk mengabdi pada Islam. Sudah, itu saja," jelasnya.

Sosok Kontroversial


Untuk diketahui, Abu Bakar Ba'asyir menjadi kontroversial karena rekam jejaknya terjerat kasus terorisme. 

Lahir pada 17 Agustus 1938 di Jombang, Jawa Timur, Ba'asyir dikenal sebagai ulama beraliran salafi-jihadi dan merupakan pendiri Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki di Sukoharjo, Jawa Tengah. 

Pendidikan awalnya ditempuh di Pesantren Gontor, Ponorogo, dan melanjutkan studi dakwah di Universitas Al-Irsyad, Surakarta. 

Abu Bakar Ba'asyir memiliki istri yang bernama Aisyah Baraja dan dikaruniai 3 orang anak bernama Abdul Ridyo Baasyir, Abdul Rahim Baasyir, dan Zulfur.

Abu Bakar Ba'asyir menjadi sorotan publik saat didakwa atas dugaan keterkaitan aksi terorisme pada 2002 dan pernah dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara karena terafiliasi dengan tragedi bom Bali 1.

Abu Bakar Ba'asyir juga pernah mendirikan organisasi Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

Pria berusia 87 tahun ini pernah didakwa karena menolak mengakui Indonesia sebagai negara sekuler.

Ba'asyir dipenjarakan tanpa pengadilan pada tahun 1978. Ia ditahan di penjara hingga tahun 1982.

Setelah dibebaskan, Ba'asyir kembali dihukum karena dikaitkan dengan serangan bom di monumen Buddha Borobudur pada 1985, lalu ia melarikan diri ke Malaysia.

Masa pelarian Ba'asyir ke Malaysia sedikit lama, yaitu sampai masa jabatan Presiden Soeharto berakhir pada tahun 1998.

Pada 9 Agustus 2010, Abu Bakar Ba'asyir ditangkap Densus 88 di daerah Banjar Patroman, Jawa Barat saat dalam perjalanan menuju Solo, Jawa Tengah.

Kala itu, Ba'asyir didakwa atas dugaan keterlibatannya dalam pelatihan militer kelompok teroris di Aceh.

Pada 2011 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Abu Bakar Ba'asyir dengan hukuman penjara selama 15 tahun.

Pada 8 Januari 2021, Abu Bakar Ba'asyir bebas murni dari hukuman penjara Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.

Sumber: tribunnews

Komentar