“Saya sudah share ke KPK juga, sudah sampaikan setidaknya ke 2 Menteri secara langsung. Tatkala bertemu, saya kasih dokumen kertasnya, fisiknya, supaya diskusinya lancar. Dengan Pak Luhut saya bertemu tahun 2021 November. Saya tunjukkan data selundupannya,” kata Faisal.
Namun begitu, ia menyayangkan Kemenko Marvest justru berkilah atas adanya dugaan penyelundupan jutaan biji nikel ke China. Anak buah Luhut, berkilah bahwa itu bukan penyelundupan, melainkan masa transisi.
“Stafnya deputinya mengatakan belum tentu selundupan boleh jadi ini transisi, kan diumumkan tahun 2020 mungkin ada transisi, waktu diumumkan nikelnya sudah di pelabuhan, gitu-gitu lah. Tapi intinya menyangkal penyelundupan itu,” sesal Faisal.
Padahal, lanjut Faisal, data yang dimilikinya sama dengan data Kemenko Marvest. Yakni dari Internasional Trade Center (ITC) itu ada bahwa tercatat biji nikel telah diekspor Indonesia oleh ke China.
Meskipun ironis, pada Badan Pusat Statistik (BPS) justru tidak ada sama sekali data ekspor biji nikel Indonesia ke China.
“Datanya sama, data saya dengan data kantor Pak Luhut, sama. Sumbernya dari mana? dari ITC. Pakai data BPS? nol datanya. Nah, tapi kan kita bisa lihat juga import China dari Indonesia, dari Bea Cukai China. Nah di situlah keluar (datanya),” pungkasnya.
Sumber: RMOL
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi
Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra
Momen Prabowo Tanya Budi Arie, PSI atau Gerindra Kau?