“Ini merupakan tindakan yang buruk. Sekelas presiden seharusnya menjaga netralitas sebagai kepala negara dengan tidak melakukan tindakan yang mencederai demokrasi,” terangnya kepada wartawan, Kamis (23/11).
Baca Juga: Imparsial Bangun Koalisi Sipil Cegah Kemunduran Demokrasi dan Politik Dinasti
Dia menegaskan, mahasiswa Jakarta, khususnya UBK sangat menolak tindakan Presiden Jokowi membangun dinasti politik. Salah satunya dengan memasangkan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres pendamping Prabowo Subianto. Juga memasangkan putra bungsunya, Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI.
“Telah terbukti nyata, karena dia menggunakan ketua MK (Anwar Usman) untuk melenggangkan segala cara agar anaknya bisa menjadi cawapres, dan tindakan itu sangat buruk karena memperalat lembaga yudikatif yang dimana lembaga tersebut sebagai penegak hukum tertinggi,” tegas Mahesa.
Belakangan, gerakan mahasiswa yang menolak politik dinasti memang bermunculan di sejumlah daerah pasca Gibran resmi menjadi cawapres pendamping Prabowo di Koalisi Indonesia Maju (KIM). Hari ini, puluhan kampus di Yogyakarta juga menggelar mimbar demokrasi di kampus ISI, Yogyakarta. Mereka sepakat menolak politik dinasti dan neo orba.
Sumber: jawapos
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Ekonom Deteksi Rencana Jahat di Proyek Whoosh Bengkak 1,2 Miliar USD
Prabowo Tegaskan Whoosh Tidak Bermasalah, Negara Sanggup Bayar
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi