NARASIBARU.COM - Pembukaan lahan tambang nikel di Raja Ampat, Papua dianggap pendukung pemerintah sebagai salah satu upaya membenahi perekonomian negara yang anjlok.
Namun oleh Ferry Irwandi, mereka yang mendukung penambangan nikel di Raja Ampat disodori alasan kenapa langkah pemerintah salah besar.
Selama ini, Raja Ampat dikenal sebagai salah satu destinasi wisata berkelas internasional yang Indonesia punya, dan bisa menghasilkan pendapatan daerah sampai Rp31 miliar di 2024.
"Raja Ampat adalah salah satu obyek wisata premium di dunia. Lo bisa spend a lot of money di situ, karena harganya mahal-mahal dan memang seharusnya seperti itu," kata Ferry Irwan di akun YouTube-nya yang diunggah baru-baru ini.
"Mengingat betapa berharganya biota laut, ekosistem dan segala hal yang ada di Raja Ampat," ujar Ferry menyambung.
Meski wisata malah, Raja Ampat tak pernah sepi dari minat wisatawan baik lokal maupun asing.
Berdasarkan catatan, jumlah wisatawan bisa mencapai puluhan ribu dalam setahun, dengan rata-rata mengeluarkan duit di kisaran Rp5 juta sampai Rp15 juta per hari.
"Durasi mereka menginap di Raja Ampat itu juga bisa sampai dua minggu, atau bahkan ada yang tiga minggu. Artinya, uang yang berputar dari wisatanya saja, itu udah banyak," imbuh kreator konten 33 tahun ini.
Masih ada juga cadangan pemasukan dari program konservasi lingkungan di Raja Ampat, yang menurut hitungan kasar Ferry Irwandi bisa menghasilkan keuntungan triliunan Rupiah.
"Di Raja Ampat, ada 27.800 hektar mangrove. Ketika kita kalkulasikan dari 10 sampai 35 dolar AS, dan dikonversi ke Rupiah, kita punya cadangan sebesar Rp4,9 triliun. Itu juga didapat dari putaran ekonomi lokal, coral protection, perikanan dan beberapa faktor lain," ucap Ferry.
Dengan memaksimalkan dua sektor itu saja, Ferry Irwandi meyakini Raja Ampat punya nilai ekonomi sampai ratusan triliun Rupiah dalam 50 tahun ke depan.
Penduduk asli Raja Ampat pun bisa ikut menikmati hasil kekayaan alam mereka, karena ikut dilibatkan langsung dalam kegiatan perputaran ekonomi dari kedua sektor.
"Rp446 triliun ini di luar sirkular ekonomi yang terjadi. Artinya, dalam 50 tahun bisa punya nilai ekonomi sebesar Rp446 triliun," tutur Ferry.
"Nilai itu masih bisa dimaksimalkan lagi kalau pemerintah bekerja dengan benar. Sangat-sangat mungkin untuk menyentuh angka Rp800 triliun, dan bisa didapat tanpa merusak lingkungan," katanya.
Sedang dari proyek tambang nikel, perusahaan cuma diizinkan mengambil 59 juta dari 300 juta cadangan nikel yang tertanam di tanah Raja Ampat.
"Untuk menghabiskan 59 juta ton ini, bisa banyak sekali skenario durasi penghitungan tahunnya," kata Ferry memaparkan.
Dengan hitung-hitungan yang sama yakni sampai 50 tahun ke depan, nilai ekonomi hasil pertambangan nikel tidak jauh lebih besar dari program wisata maupun konservasi alam di Raja Ampat.
"Angka yang kita peroleh adalah Rp246,9 triliun," ucap Ferry Irwandi.
Ditambah lagi, perputaran uang cuma dinikmati oleh mereka yang menjalankan proyek tambang di Raja Ampat.
Dengan kata lain, kasus eksploitasi kekayaan alam tanah Papua tanpa bisa dinikmati penduduk aslinya kembali terjadi.
"Ini pilihan yang sangat buruk. Dampak atau kerugiannya juga sangat besar. Ekosistemnya hancur, reputasi Indonesia jadi sangat buruk, tingkat kepercayaan publik juga sangat menurun," ujarFerry Irwandi.
Dari paparan hitung-hitungan nilai ekonomi tersebut, Ferry Irwandi berharap pemerintah bisa memikirkan ulang rencana pengembangan tambang nikel di Raja Ampat.
Kalau perlu, izin tambang PT GAG Nikel di Pulau GAG, Raja Ampat juga ikut dicabut bersama empat perusahaan lain yang sudah lebih dulu dihentikan aktivitasnya.
"Tambang nikel itu bisa dibuat di berbagai tempat. Tapi kita cuma punya satu Raja Ampat. Jadi, coba dipikirkan baik-baik," imbuh Ferry.
[VIDEO]
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Sri Mulyani Ultimatum Pejabat Baru: Bereskan Coretax Biar Rakyat Gak Ngerasa Dibohongi Pajak!
INFO! Bandara Kertajati Peninggalan Jokowi Terus Merugi, Nombok Rp 60 Miliar Setiap Tahun
Susi Pudjiastuti Kritik Prabowo Naikkan Gaji Hakim 280%, Dialog 7 Tahun Lalu Dengan Najwa Shihab Diungkit!
PBNU Dituding Kecipratan Rp3,3 Triliun dari Tambang Nikel Raja Ampat, Ini Kata Gus Yahya