Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan melucuti senjata sebelum negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdiri, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Sikap ini disampaikan sebagai jawaban atas desakan sejumlah anggota Liga Arab dan tuntutan Israel dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.
“Perlawanan dan persenjataan adalah hak sah kami. Hamas tidak akan melepaskannya kecuali negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya didirikan,” demikian pernyataan resmi Hamas, seperti dikutip dari BBC pada Minggu, 3 Agustus 2025.
Pernyataan tersebut juga membantah klaim utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, yang sebelumnya menyebut Hamas telah menyatakan kesediaan untuk melucuti senjata.
Israel menegaskan bahwa perlucutan senjata Hamas adalah salah satu syarat utama dalam setiap kesepakatan untuk mengakhiri konflik.
Namun, negosiasi tidak langsung antara kedua pihak untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera terhenti pekan lalu.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah negara Arab mendesak Hamas untuk menyerahkan kendali atas Gaza. Tekanan ini datang setelah Prancis dan Kanada mengumumkan rencana pengakuan negara Palestina, sementara Inggris menyatakan akan menyusul pada September jika Israel tidak memenuhi persyaratan tertentu.
Di sisi lain, Letnan Jenderal Eyal Zamir dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperingatkan bahwa operasi militer akan terus berlanjut jika pembebasan sandera tidak segera dicapai.
“Pertempuran di Gaza tidak akan berhenti jika negosiasi gagal membebaskan sandera,” tegas Zamir.
Utusan AS, Steve Witkoff, berada di kawasan sejak Kamis lalu. Ia bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, keluarga sandera, hingga meninjau langsung pusat distribusi bantuan di Gaza.
“Upaya perdamaian harus difokuskan pada penyelesaian konflik dan pemulangan semua sandera, bukan sekadar kesepakatan parsial,” kata Witkoff.
Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Data terbaru menyebutkan lebih dari 60.000 orang telah tewas di Gaza sejak perang meletus, sementara 1.373 warga Palestina dilaporkan meninggal saat mencari makanan sejak akhir Mei.
Israel membantah tudingan bahwa pihaknya membatasi bantuan dan balik menyalahkan Hamas karena diduga memicu kekacauan di lokasi distribusi.
Sumber: rmol
Foto: Tentara Hamas/Net
Artikel Terkait
Elon Musk dan CEO Nvidia Sarankan Siswa Belajar Fisika-Matematika Ketimbang AI dan Coding, Nasehat Gibran Sesat?
Ternyata Sudah 3 Dekade! Terungkap, Ini Lamanya Megawati Pimpin PDI Perjuangan
Bayi Tertua di Dunia Berusia 31 Tahun Lahir dengan Selamat
Warisan Kelam Jokowi: Ekonom Sebut Kerusakan Hukum Era Lalu Jadi Ancaman Nyata Ekonomi Kini