Ini Peluang Jika Prabowo Gibran 'Head to Head' di 2029
Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI)
Jakarta – Sejumlah lawan politik Joko Widodo mendapat pengampunan lewat amnesti dan abolisi dari Presiden Prabowo Subianto.
Di antaranya Hasto Kristiyanto, Thomas Trikasih Lembong dan Sugi Nur Raharja.
Usai mendapat pengampunan, mereka langsung bebas dari penjara.
Di sisi lain, berembus isu loyalis Jokowi akan didepak dari Kabinet Merah Putih.
Di antaranya Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Bahkan Bahlil hendak dilengserkan dari kursi Ketua Umum Partai Golkar.
Spekulasi liar pun berkembang: Prabowo pecah kongsi dengan Presiden ke-7 RI itu. Benarkah?
Mungkin benar, mungkin tidak. Yang pasti, Prabowo-Jokowi akan benar-benar pecah kongsi maksimal tahun 2028 saat persiapan Pemilihan Presiden 2029 sudah dimulai.
Sebab, nyaris dapat dipastikan Gibran Rakabuming Raka tak akan mau lagi menjadi calon wakil presiden.
Anak sulung Jokowi ini akan maju sebagai capres. Mengapa?
Ada dua faktor yang memicu Gibran maju sebagai capres.
Pertama, pendukung fanatik Jokowi masih cukup besar di Indonesia. Apalagi nanti jika prestasi Prabowo rata-rata air atau biasa-biasa saja.
Kedua, ambisi pribadi Gibran dan orang tuanya sangat kuat.
Apalagi kini ditopang Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin adik kandungnya, Kaesang Pangarep.
Di pihak lain, Prabowo pun akan maju lagi sebagai capres di Pilpres 2029. Bekas Komandan Jenderal Kopassus ini juga yakin punya pendukung yang besar.
Apalagi jika nanti program kerja unggulannya berhasil, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Danantara.
Saat itulah akan benar-benar terjadi pecah kongsi antara Prabowo dan Jokowi.
Peluang Prabowo
Lantas, bagaimana peluang Prabowo jika “head to head” atau berhadap-hadapan langsung sebagai sesama capres dengan Gibran di Pilpres 2029?
Tergantung prestasi Prabowo. Kalau prestasinya biasa-biasa saja, bekas Menteri Pertahanan ini bisa dikalahkan Gibran. Sebab, pendukung fanatik Jokowi masih cukup besar.
Ingat, terpilihnya Prabowo bersama Gibran di Pilpres 2024 faktor terbesar pemicunya adalah dukungan Jokowi yang saat itu masih menjabat Presiden.
Sebab itu, hendaknya Prabowo tetap berkongsi dengan Gibran dan Jokowi, dan keduanya bersama-sama maju kembali sebagai pasangan capres-cawapres di Pilpres 2029.
Apakah Gibran mau maju sebagai cawapres bersama Prabowo?
Tergantung daya tawar atau “bargaining power” yang dimiliki Prabowo.
Nah, agar daya tawar Prabowo cukup kuat di mata Gibran dan Jokowi, maka bekas menantu mendiang mantan Presiden Soeharto itu harus menjadikan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur sebagai semacam “sandera”.
Kalau Gibran tak mau jadi cawapresnya, maka Prabowo jangan mau menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) tentang pemindahan ibu kota, yang seharusnya sudah ditandatangani Jokowi sebelum lengser pada 20 Oktober 2024.
Kalau ibu kota tak jadi pindah, maka Jokowi-lah yang akan dipermalukan, karena wong Solo itu adalah inisiator perpindahan ibu kota.
Fenomena PSI
Mengingat pendukung fanatik Jokowi masih cukup besar, maka PSI akan menjadi fenomena tersendiri di Pemilu 2029.
Seperti Partai Demokrat yang tiba-tiba menjadi partai besar di Pemilu 2004 gegara Susilo Bambang Yudhoyono yang mendirikan partai tersebut, bahkan menjadi ikonnya, maju sebagai capres.
Kini, Jokowi pun menjadi ikon PSI yang baru saja mengganti logonya dari bunga mawar putih berlatar merah menjadi gajah hitam berkepala merah.
Maka jika Gibran maju sebagai capres, para pendukung fanatik Jokowi yang beralih dari PDI Perjuangan ke PSI akan memilih Gibran. Wallahu a’lam. ***
Artikel Terkait
Bertambahnya Pengangguran di Indonesia Tembus Hingga Angka 7,28 Juta, Faktor Penyebabnya?
UPDATE! Roy Suryo Cs Bocorkan Isi Buku 500 Halaman Yang Akan Kuliti Habis Kasus Ijazah Jokowi
Rumah Tangga Pratama Arhan dan Azizah Salsha Diterpa Isu Retak Usai Olahraga Bareng Mantan, Isi Chat dengan Sang Ibu Viral
Malaysia Kini Sebut Blok Ambalat sebagai Laut Sulawesi