Sebuah skandal dugaan pelecehan seksual mengguncang dunia pendidikan tinggi
Indonesia.
Seorang dosen perempuan di Universitas Negeri Makassar (UNM) berani
melaporkan perilaku tak senonoh yang diduga dilakukan oleh atasannya
sendiri, Rektor UNM, Prof. Karta Jayadi.
Sang dosen mengaku menjadi korban teror digital selama dua tahun ini dan
diajak bertemu di hotel dengan bahasa yang sangat menjijikkan.
Bukti berupa tangkapan layar percakapan WhatsApp kini menjadi senjata utama
sang korban untuk mencari keadilan.
"Hujan Gerimis Langsung Becek-becek": Isi Chat yang Bikin Mual
Dalam pengakuannya, dosen yang identitasnya dirahasiakan ini membeberkan isi
percakapan WhatsApp yang diduga dikirimkan oleh sang rektor.
Karta Jayadi disebut berulang kali mengajaknya bertemu di "tempat aman"
seperti hotel, dengan menggunakan kalimat-kalimat bernuansa mesum yang
sangat eksplisit.
Korban membacakan salah satu chat yang paling membuatnya trauma.
Ajakan bejat itu tidak berhenti di situ. Sang rektor diduga terus
mendesaknya untuk bertemu di hotel.
Rentetan Teror Video Porno Selama Dua Tahun
Selain ajakan mesum, korban juga mengaku kerap menerima kiriman video porno
dari Karta Jayadi.
Teror digital ini menurutnya sudah berlangsung sangat lama, dari tahun 2022
hingga 2024. Selama itu, ia selalu berusaha menolak dengan halus,
kemungkinan besar karena takut akan dampak buruk pada kariernya sebagai
dosen.
Semua bukti percakapan dan video yang dikirimkan kini telah ia simpan dengan
aman dan siap diserahkan kepada pihak berwenang.
Kasus ini menyoroti betapa rentannya bawahan, terutama perempuan, terhadap
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) di lingkungan akademik.
Seorang rektor memiliki kuasa absolut atas karier para dosennya, mulai dari
promosi jabatan, kesempatan penelitian, hingga penugasan mengajar.
Posisi inilah yang diduga dimanfaatkan untuk melakukan pelecehan, dengan
keyakinan bahwa korban tidak akan berani melawan.
Keberanian dosen ini untuk angkat bicara diapresiasi publik dan diharapkan
bisa mendorong korban-korban lain yang mungkin ada untuk ikut melapor.
Kini, bola panas ada di tangan pihak kepolisian dan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Rektor UNM, Profesor Karta Jayadi membantah tudingan tersebut.
Ia justru mengaku korbanlah yang membuatnya tidak nyaman karena sering
memanggilnya dengan sebutan "Prof ganteng".
"Setiap dia WA saya, dia selalu menyebut Prof ganteng. Justru ini perbuatan
tidak menyenangkan buat saya," kata Karta, Jumat, 22 Agustus 2025.
Karta menegaskan dirinya tidak mungkin melakukan perbuatan cabul. Apalagi
sampai mengajak korban ke hotel. Ia pun menantang korban untuk membuktikan
tuduhannya.
Publik menanti dengan cemas, apakah akan ada tindakan tegas terhadap seorang
pimpinan universitas negeri yang diduga telah mencoreng nama baik dunia
pendidikan dengan perilaku bejatnya.
Sumber:
suara
Foto: Rektor Universitas Negeri Makassar, Profesor Karta Jayadi
[Suara.com/unm.ac.id]
Artikel Terkait
Mantan Presiden Sri Lanka Ditangkap! Diduga Salahgunakan Dana Negara untuk Wisuda Istri
Husein Mutahar Sosok Penyelamat Bendera Pusaka: Namanya Terlupakan dan Izin Makamnya Terabaikan
Cerita Lisa Mariana Terima Dana dari Ridwan Kamil hingga Jadi Saksi Dugaan Korupsi di KPK
Prabowo Copot Noel dari Wamenaker, Istana: Presiden Mau Semua Berantas Korupsi!