Pemilu akan diselenggarakan di Turki pada bulan ini. Pelaksanaan pemilu putaran pertama dimulai besok Minggu (14/5) sementara putaran final digelar tepat dua minggu sesudahnya, pada Minggu (28/5).
Pemilu ini dianggap lebih besar dari sebelumnya, lantaran dapat menentukan ke mana arah negara sekutu NATO tersebut di tahun-tahun mendatang.
Petahana dan Presiden Turki saat ini, Recep Tayyip Erdogan, yang telah memimpin selama dua dekade meminta para pemilih untuk memberikannya masa jabatan lima tahun lagi.
Namun, kekuasaan pria berusia 69 tahun itu berada di ujung tanduk dan diprediksi bakal gugur dalam pemilu kali ini.
Tiga pesaing Erdogan berusaha untuk mengakhiri masa jabatannya yang panjang, tetapi sebagian besar pengamat setuju bahwa persaingan akan bermuara pada Erdogan vs Kemal Kilicdaroglu — lawan utamanya, sekaligus seorang kandidat capres yang didukung oleh enam partai oposisi.
Menurut hasil survei yang dirilis oleh lembaga penelitian KONDA Research and Consultancy pada Kamis (11/5), Erdogan tertinggal sebesar lima persen dari Kilicdaroglu. Erdogan memperoleh dukungan sebesar 43,7 persen, sementara Kilicdaroglu sebanyak 49,3 persen.
Disadur dari berbagai sumber, berikut ini adalah sosok Kemal Kilicdaroglu — yang diprediksi bakal memenangkan pemilu 2023 dan menggantikan Erdogan sebagai orang nomor satu di Turki.
Dikutip dari Al Jazeera, Kilicdaroglu lahir pada 17 Desember 1948 di Kota Tunceli, bagian timur Turki.
Dia lahir dari tujuh orang bersaudara, dalam sebuah keluarga yang memeluk agama minoritas Alevi. Aliran agama Islam ini tersebar di Turki dan Siprus, bersumber perpaduan aliran Syiah dan sufisme.
Ayah Kilicdaroglu adalah seorang pegawai negeri, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Kilicdaroglu kemudian lulus dari Akademi Ekonomi dan Ilmu Komersial Ankara (sekarang bernama Universitas Gazi) di Ibu Kota Ankara dan meraih gelar sarjana ekonomi.
Pada 1990-an, Kilicdaroglu bekerja di Kementerian Keuangan Turki sebagai akuntan, dan menjadi pemimpin lembaga jaminan sosial. Resumenya menyebutkan bahwa Kilicdaroglu pernah dinobatkan sebagai ‘Birokrat Terbaik Tahun Ini’, sebelum bergabung menjadi anggota parlemen pada 2002.
Kilicdaroglu kemudian menjadi pemimpin partai oposisi sekuler utama Turki, Partai Rakyat Republik (Cumhuriyet Halk Partisi/CHP) dan dikenal oleh para pengikutnya sebagai politisi yang bersih dan memperjuangkan nilai-nilai sekuler.
Dia tidak hanya mewakili CHP, tetapi juga merupakan kandidat terusung dari koalisi partai oposisi yang dikenal dengan sebutan Table of Six atau Aliansi Bangsa. Koalisi ini terdiri dari partai-partai sayap kiri, tengah, dan kanan dalam politik Turki.
Dikutip dari NPR, koalisi besar tersebut kerap memiliki perbedaan pendapat dalam banyak hal, tetapi mereka menemukan satu kesamaan — yaitu keinginan mereka untuk menggantikan Erdogan sebagai presiden.
Menurut ketua di sebuah lembaga think-tank berbasis di Istanbul Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri, Sinan Ulgen, fakta bahwa koalisi ini kompak dan mengajukan Kilicdaroglu sebagai satu-satunya kandidat capres pada pemilu adalah peristiwa yang luar biasa dalam sejarah politik Turki.
“Salah satu kegagalan utama mengapa oposisi tidak dapat menggulingkan Erdogan di masa lalu adalah karena kegagalan mereka untuk bertindak sebagai oposisi yang bersatu,” kata Ulgen.
“Kali ini, oposisi telah berhasil membentuk sebuah koalisi besar yang terdiri dari enam partai politik,” sambung dia.
Dikutip dari Hurriyet Daily News, dalam sebuah wawancara televisi lokal pada Rabu (26/4) lalu Kilicdaroglu mengatakan bahwa partai yang dia pimpin CHP dan koalisinya berambisi untuk mengembalikan sistem pemerintahan Turki menjadi parlementer.
Artikel Terkait
Viral Penampakan Masjid Jokowi di Abu Dhabi, Reaksi Netizen Bikin Ngakak
Prabowo Akan Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Negara yang Dikembalikan Koruptor
Aplikasi Maxim: Solusi Praktis untuk Perjalanan dan Penghasilan Tambahan di Indonesia
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh