Kilicdaroglu berjanji, jika dia terpilih sebagai presiden maka ambisi tersebut akan terwujud dan partai berkuasa di Turki saat ini yang dipimpin oleh Erdogan, Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalkınma Partisi/AK), akan mendukung hal itu.
“Mereka yang mendukung kembali ke sistem parlementer yang diperkuat akan menjadi mayoritas di parlemen. Para wakil Partai AK juga akan mendukung hal ini karena mereka telah melihat bahwa hak mereka untuk berpolitik telah dirampas [akibat sistem eksekutif-presidensial yang ada],” kata Kilicdaroglu.
Menanggapi sebuah pertanyaan, Kilicdaroglu menyatakan keyakinannya bahwa Aliansi Bangsa akan mendapatkan suara mayoritas yang dibutuhkan di parlemen untuk mewujudkan Turki sebagai negara parlementer lagi.
“Kami akan memperkenalkan budaya kompromi di antara partai-partai politik. Kami pasti akan berkonsultasi dengan masyarakat sipil selama proses legislasi. Semua peraturan akan dibahas terlebih dahulu di Dewan Ekonomi dan Sosial,” jelas Kilicdaroglu.
“Kami akan membawa demokrasi yang sesungguhnya ke Turki. Kita berbicara tentang Turki yang benar-benar berbeda,” pungkasnya.
Salah seorang warga Istanbul, Meral Cildir (64 tahun) yang menduduki jabatan di Dewan Asosiasi Hak Asasi Manusia di Turki, mengaku mendukung ambisi Kilicdaroglu.
Sebelumnya, Turki sempat memiliki pemerintahan parlementer, tetapi diubah oleh Erdogan menjadi presidensial yang kuat dalam referendum tahun 2017.
“Tentunya perubahan kembali ke sistem parlementer akan menjadi langkah pertama untuk memulihkan demokrasi kita,” kata Cildir.
“Jika tidak, tidak akan ada bedanya dengan pemerintahan yang kita miliki sekarang,” sambung dia.
Cildir berharap, jika terpilih nantinya Kilicdaroglu dapat mengembalikan keseimbangan pemerintah dan mendorong penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.
Dia merujuk pada kasus ketika lebih dari 100 ribu pegawai negeri, akademisi, jurnalis, dan lain-lain yang kehilangan pekerjaan atau dipenjara setelah terlibat dalam upaya kudeta yang gagal pada 2016.
Sebenarnya, Erdogan masih populer dan telah mengkonsolidasikan kekuasaan di bawah kepemimpinannya. Namun, banyak orang Turki menginginkan perubahan.
Hal itu dirasakan oleh Ibrahim Iper (24 tahun) yang berpendapat bahwa akibat kondisi Turki saat ini membuat dirinya dan teman-temannya sangat menginginkan seorang pemimpin baru.
“Kami ingin berubah, karena kami masih muda. Kaum muda ingin mengubah posisi kami saat ini — ekonomi, politik, kami tidak menyukainya,” ungkap Iper.
Adapun pemilu 2023 ini diadakan ketika Turki sedang bergulat dengan meroketnya nilai inflasi, dan sedang memulihkan diri dari gempa bumi dahsyat yang menelan puluhan ribu orang pada Februari 2023 lalu.
Banyak warga Turki menyayangkan terjadinya musibah itu — menyalahkan pemerintahan Erdogan yang dianggap seharusnya dapat melakukan upaya preventif.
Iper mengatakan, jika Kilicdaroglu menang maka dia akan dihadapkan pada empat tugas besar di depannya: memulihkan demokrasi, memastikan independensi sistem peradilan, mengembalikan ekonomi ke jalur yang benar, dan menopang sektor pendidikan Turki.
Sumber: kumparan.com
Artikel Terkait
Viral Penampakan Masjid Jokowi di Abu Dhabi, Reaksi Netizen Bikin Ngakak
Prabowo Akan Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Negara yang Dikembalikan Koruptor
Aplikasi Maxim: Solusi Praktis untuk Perjalanan dan Penghasilan Tambahan di Indonesia
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh