Dari Galau Berujung Kematian, Tragedi Dina Oktaviani Gegerkan Karawang

- Jumat, 10 Oktober 2025 | 16:00 WIB
Dari Galau Berujung Kematian, Tragedi Dina Oktaviani Gegerkan Karawang


Senja mulai turun di tepian Sungai Citarum ketika seorang warga menemukan tubuh muda yang mengambang pelan di antara arus kecokelatan.

Tak ada yang tahu siapa dia, hingga penyelidikan menguak identitasnya, Dina Oktaviani (21).

Gadis itu dikenal sebagai pribadi lembut, pekerja keras, dan jarang mengeluh. Siapa sangka, senyum ramahnya di minimarket tempat ia bekerja akan menjadi kenangan terakhir bagi rekan-rekannya.

Dari Galau Jadi Malapetaka

Hidup Dina sedang tidak baik-baik saja. Putus cinta membuatnya goyah dan kehilangan semangat.

Dalam kegalauan itu, ia curhat kepada Herianto (27) atasannya sendiri yang sering memberi nasihat di tempat kerja. Namun, di balik perhatian itu, tersembunyi niat jahat.

Herianto menawarkan “bantuan spiritual”, mengaku bisa menolong Dina agar terbebas dari beban perasaan. Ia mengajak Dina datang ke rumahnya di Cibatu, Purwakarta, pada Senin (6/10) sore. Gadis itu percaya, berharap ritual itu bisa menenangkan hatinya.

Malam yang Tak Pernah Ia Pulang

Malam itu menjadi akhir segalanya. Di rumah Herianto, ritual palsu berubah menjadi jebakan maut. Pelaku menghabisi korban, lalu dengan tenang membuang jasadnya ke aliran Sungai Citarum, berharap arus akan menghapus dosanya.

Namun air tak bisa menyimpan rahasia selamanya. Keesokan paginya, jasad Dina ditemukan warga, memulai babak penyelidikan yang mengungkap semuanya.

Penangkapan Cepat dan Motif Dingin

Tim Polres Karawang bergerak cepat. Berbekal bukti forensik dan keterangan saksi, pelaku ditangkap kurang dari 24 jam di tempat kerjanya, Alfamart Rest Area KM 72A.

"Pelaku kami amankan pada Rabu (8/10) sekitar pukul 18.00 WIB, bekerja sama dengan Resmob Polda Jabar,” ujar AKP Nazal M Fawwaz, Kasat Reskrim Polres Karawang.

Dari hasil interogasi, motif Herianto sederhana namun tragis yaitu uang. Ia tergoda dengan barang milik korban dan gelap mata hingga tega menghabisi nyawa gadis yang memanggilnya “Pak” di tempat kerja.

Luka yang Tak Terhapus

Keluarga Dina masih tak percaya. Bagi mereka, anak itu hanya ingin melupakan luka hati, bukan menambah luka baru di tubuhnya.

Tetangga dan rekan kerja masih menaruh bunga di depan minimarket tempat Dina dulu bekerja. Sebuah penghormatan sederhana untuk gadis yang terlalu baik untuk dikhianati.

Kasus ini menampar banyak orang bahwa kepercayaan bisa jadi racun ketika diberikan kepada orang yang salah.

Dan di arus Sungai Citarum yang tenang, kisah tragis itu kini jadi pengingat tentang bahaya dari niat jahat yang bersembunyi di balik wajah ramah.***

Sumber: sewaktu
Foto: Dina Oktaviani menjadi korban pembunuhan oleh atasannya sendiri. Foto: Tangkapan layar.

Komentar