Menteri Agama: Kejahatan Seksual di Pesantren Dibesar-besarkan Media

- Rabu, 15 Oktober 2025 | 21:50 WIB
Menteri Agama: Kejahatan Seksual di Pesantren Dibesar-besarkan Media


MENTERI Agama Nasaruddin Umar menilai bahwa media massa telah memberitakan kasus-kasus kejahatan seksual yang terjadi di lingkungan pesantren secara berlebihan. Padahal, kata dia, temuan kasus di lapangan tidak seheboh yang diberitakan oleh media selama ini.

“Adanya kejahatan seksual di pondok pesantren yang dibesar-besarkan oleh media, padahal itu hanya sedikit jumlahnya,” kata Nasaruddin di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, pada Selasa, 14 Oktober 2025.

Menurut Nasaruddin, pemberitaan tentang kejahatan seksual menjadi momok berat yang menerpa pondok pesantren di Indonesia. Saat menyampaikan itu, Nasaruddin tidak menyebutkan contoh kasus spesifik.

Menurut penelusuran Tempo, kasus pelecehan seksual terakhir yang mendapat sorotan dilakukan oleh seorang guru di salah satu pondok pesantren daerah Ciamis, Jawa Barat. Guru berinisial NHN memperkosa seorang santri perempuan sejak November 2024 hingga Februari 2025. Pelecehan itu terjadi pertama kali saat korban masih duduk di kelas VIII SMP atau di bawah umur. Kasus itu terungkap pada Juni lalu dan pelaku telah diproses oleh Polres Ciamis.

April kemarin, kekerasan seksual dan pencabulan terhadap santri juga terjadi di pondok pesantren di Tulungagung, Jawa Timur. Seorang pria berinisial AIA (26 tahun) ditetapkan sebagai tersangka karena mencabuli sejumlah santri.

Sementara itu, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dalam laporan yang dipublikasikan pada Juli lalu, mengungkap bahwa santri laki-laki justru lebih rentan mengalami kekerasan seksual dibanding santri perempuan.

Menurut Nasaruddin, pemberitaan tentang kekerasan seksual di pesantren bisa berdampak negatif terhadap reputasi lembaga pendidikan berbasis agama tersebut. Terlebih, kata dia, pesantren juga masih diterpa isu tentang temuan mayat. Meskipun Nasaruddin juga tak merinci kasus mana yang ia maksud.

Dia khawatir kerja keras para pendiri pondok pesantren yang telah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka akan sia-sia akibat pemberitaan negatif. “Jangan sampai orang nanti alergi memasukkan anaknya ke pondok pesantren,” ujar dia.

Oleh karena itu mengajak masyarakat untuk memelihara pondok pesantren dan menghargai jasa-jasanya. Nasaruddin mencatat, saat ini total jumlah pesantren mencapai 42.369, yang semuanya ialah lembaga swasta. Walhasil, pendanaan untuk pesantren sangat terbatas.

Dalam kesempatan itu, Nasaruddin juga menyinggung peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, pada 29 September lalu. Insiden yang menewaskan lebih dari 60 orang itu menurut dia memiliki hikmah. Salah satunya yakni tumbuhnya kesadaran bahwa pesantren membutuhkan perhatian dan anggaran dari pemerintah untuk meneruskan operasionalnya.

“Saya ingin mengingatkan kita semuanya ya, begitu banyak orang beriung-riung memasukkan anaknya ke pondok pesantren karena di situ ada ketulusan, keikhlasannya, bahkan banyak yang gratis,” ujar Nasaruddin. 

Sumber: tempo
Foto: Menteri Agama Nasaruddin Umar/Net

Komentar