Fitnah Heryanto Setelah Kematian Dina

- Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:25 WIB
Fitnah Heryanto Setelah Kematian Dina


Angin malam Cibatu, Purwakarta, menyimpan kisah getir seorang pegawai minimarket yang hidupnya direnggut secara keji. Dina Oktaviani (23) tak pernah menyangka, tempat kerjanya di Alfamart Rest Area Km 72 Tol Cipularang—tempat ia bertugas setiap hari—menjadi awal dari tragedi kelam yang menimpa dirinya.

Di sisi lain rumah sederhana di Purwakarta, suara ibu korban, Yayah, terdengar parau menahan marah. Ia menepis keras fitnah yang disebarkan pelaku, Heryanto, pasca pembunuhan terhadap anaknya. “Kalau pun benar dia minta dicarikan orang pintar, kenapa harus dibunuh?” tanyanya, getir, menantang logika sesat pengakuan pelaku.

Heryanto—atasan Dina di minimarket—dalam pemeriksaan mengaku bahwa Dina mendatanginya untuk meminta bantuan mencarikan “orang pintar”. Alasannya, kata pelaku, Dina ingin melupakan sang mantan kekasih. Dari pengakuan itu, pelaku seperti berusaha membentuk narasi seolah Dina datang padanya dengan maksud pribadi, sebuah alibi tipis untuk menutupi kejahatan yang direncanakan.

Namun, bagi Yayah, itu hanya dusta yang menampar kesucian nama anaknya. “Anak saya bukan tipe yang percaya begituan. Dia tidak pernah urus hal-hal mistis,” ujarnya.

Malam itu, di rumah pelaku di Kecamatan Cibatu, segala nalar kemanusiaan runtuh. Dina dibunuh. Setelah nyawanya melayang, tubuhnya diduga diperkosa. Dalam keadaan tak bernyawa, ia kemudian dimasukkan ke dalam dus, lalu dibawa pelaku ke jembatan dan dibuang ke Sungai Citarum—seolah hidup dan martabatnya bisa dikemas dan dibuang begitu saja.

Di balik semua itu, ada potongan kisah sehari-hari yang dingin: curhat ringan di tempat kerja tentang cinta yang kandas. “Dia sering curhat, ‘Pak saya ada masalah.’ Masalahnya kenapa, neng? ‘Saya itu suka sama cowok, saya pacaran, tapi dia sekarang udah nggak punya rasa lagi sama saya’,” ucap Heryanto dalam pengakuannya kepada penyidik. Dari percakapan itulah pelaku mengaku menawarkan ‘orang pintar’ untuk membantu.

Tawaran itu, kata pelaku, menjadi alasan ia mengundang Dina ke rumahnya. Namun yang menyambut bukan bantuan, melainkan kekerasan dan maut.

Kini, di hadapan hukum, kisah cinta yang patah dijadikan tameng, mistisisme dijadikan alasan, dan fitnah dilemparkan ke arah korban yang sudah tak bisa membela diri. Tetapi suara sang ibu, Yayah, berdiri tegak melawan kabut dusta itu. Ia menolak anaknya diseret dalam cerita palsu pelaku.

Sumber: herald
Foto: Almarhumah Dina Oktaviani dan terduga pelaku, Heryanto. (Foto: HO)

Komentar