NARASIBARU.COM - Sejarawan sekaligus akademisi Anhar Gonggong ikut memberikan tanggapan terkait hebohnya tayangan Trans 7 pada tanggal 13 Oktober 2025 yang dinilai melecehkan kiai, santri, dan pesantren.
Kasus tersebut telah melahirkan gelombang besar berupa desakan pemboikotan pada stasiun televisi milik pengusaha Chairul Tanjung.
Anhar Gonggong justru melihat kasus tersebut dari sisi berbeda. Menurut dia, seharusnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau ormas keagamaan di Tanah Air tidak emosional.
Justru mereka harus menjadikan tayangan Trans 7 sebagai bahan diskusi dan introspeksi. Karena bisa saja telah terjadi kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan pesantren tertentu, yang memang seharusnya diperbaiki.
"Kalau saya lihat apa yang ditunjukkan di dalam video atau di dalam tayangan itu, justru menurut saya yang melihat lingkungan pesantren, harus menjadikannya sebagai sesuatu yang menjadi bahan perenungan untuk memperbaiki. Bagaimana seharusnya pengelolaan pesantren itu? Apakah ada kesopanan, dan sebagainya," kata Anhar Gonggong dalam video di kanal YouTube pribadinya.
Menurut dia, kiai atau guru dipastikan tidak lepas dari melakukan kesalahan dan dosa. Karena mereka tidak dijamin oleh Allah terbebas dari salah dan dosa sebagaimana Rasulullah.
Oleh sebab itu, Anhar Gonggong menilai pesantren seharusnya membuka diri untuk hadirnya pintu kritik ketika ada ritual atau kebiasaan yang dinilai berjalan kurang sesuai dengan esensi dari Islam itu sendiri.
"Misalnya memberikan sesuatu lalu dilemparkan begitu saja. Lalu ada murid yang datang untuk mengambil sesuatu harus jongkok, dan sebagainya. Apakah itu sebuah bentuk daripada kesopanan yang diajarkan oleh Islam? Inilah yang membuat, kalau itu benar, maka itu yang membuat keprihatinan saya sebagai seorang yang mengenal perkembangan sejarah pesantren sedemikian rupa, yang tentu saja dengan segala usaha sebenarnya adalah untuk membentuk peradaban," ungkap Anhar Gonggong.
Dengan banyaknya pesantren di Indonesia, tidak menutup kemungkinan ada satu dua pesantren yang menyimpang dari esensi Islam itu sendiri.
Dan tugas MUI atau ormas keagamaan seharusnya melakukan pengawasan dan memberikan teguran ketika ada praktik menyimpang dilakukan kiai, guru, atau yang lainnya di pondok pesantren.
"Islam tidak hanya untuk menciptakan manusia berpengetahuan, tapi juga untuk mendidik perilaku, akhlak. Islam mengajarkan tentang kesopanan, bagaimana harus bergaul, bagaimana harus menjalani pendidikan dan sebagainya," tutur Anhar Gonggong.
"Yang diperlihatkan oleh Trans 7, saya mengharapkan menjadi bahan perenungan tentang bagaimana lingkungan pendidikan pesantren itu seharusnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) perlu melihat itu dan membicarakannya secara jernih agar perkembangan pendidikan pesantren berkembang ke depan dengan lebih baik," imbuhnya.
Anhar Gonggong berpandangan, jika tayangan yang diperlihatkan Trans 7 benar-benar terjadi di salah satu pesantren di Indonesia, dia menilai tindakan itu kurang sesuai dengan tuntunan Islam yang sesungguhnya.
Karena Islam hadir justru untuk memperbaiki akhlak dan perilaku manusia supaya lebih beradab.
"Saya percaya bahwa Trans 7 pasti tidak bermaksud untuk memperlihatkan borok-borok pesantren. Pasti tidak. Tetapi dia menayangkan itu sebagai bahan untuk kepentingan pemahaman masyarakat melihat situasi di sejumlah pesantren yang ditayangkan itu. Saya percaya bahwa Trans 7 pasti tidak bermaksud untuk menjelekkan pesantren, menjelekkan kehidupan pendidikan. Tapi apa yang ditunjukkan menurut saya memang tidak pantas untuk terjadi di lingkungan pesantren," imbuhnya.
Sumber: jawapos
Artikel Terkait
Viral Link Video 7 Menit Julia Prastini dengan Si Petinju jadi Buruan Warganet
Dokter Kamelia Akui Hubungan Spesial dengan Ammar Zoni: “Udah Sama-Sama Dewasa”
Apakah Jule dan Na Daehoon Sudah Bercerai? Heboh Diduga Selingkuh dengan Petinju
Warisan Salah Arah dari Proyek Ambisius Jokowi