NASA mengaktifkan protokol pertahanan planet setelah mendeteksi variasi tak terduga dalam kecerahan dan lintasan komet 3I/ATLAS, sebuah objek antarbintang yang melintasi Tata Surya. Badan antariksa AS, bekerja sama dengan Jaringan Peringatan Asteroid Internasional (IAWN), mengeluarkan peringatan melalui Pusat Planet Minor di Harvard untuk mengoordinasikan pengamatan global. Komet yang ditemukan pada Juli 2025 ini menimbulkan tantangan unik dalam prediksi orbit, mendorong tindakan pencegahan meskipun tidak menimbulkan risiko langsung bagi Bumi. Mobilisasi ini mencakup kampanye pelatihan teknis yang dijadwalkan untuk beberapa bulan mendatang.
Para astronom mencatat "anti-ekor" pada komet tersebut, dengan semburan partikel yang diarahkan ke Matahari, alih-alih menjauh, sehingga mendistorsi perhitungan orbital. Teleskop seperti Hubble dan James Webb menangkap gambar yang mengungkap keanehan ini, yang diamati untuk pertama kalinya oleh pengunjung ekstrasurya. IAWN menekankan perlunya penyempurnaan metode astrometri untuk objek dengan pelepasan gas dan debu yang intens.
Tantangan pengukuran orbital
Pelepasan gas dari 3I/ATLAS menggeser pusat kecerahannya, sehingga mempersulit estimasi posisi. Observatorium di berbagai negara akan berpartisipasi dalam simulasi untuk menstandardisasi data. Distorsi ini memengaruhi akurasi hingga 20% untuk komet serupa, menurut laporan awal.
Para pakar dinamika orbital berencana melakukan penyesuaian pada algoritma pelacakan. Lokakarya yang dijadwalkan pada 10 November akan mempertemukan para teknisi untuk membahas adaptasi ini. Kampanye global ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam lintasan hiperbolik seperti yang terjadi pada komet tersebut.
Asal dan kecepatan pengunjung
3I/ATLAS bergerak dengan kecepatan lebih dari 210.000 km/jam, mengonfirmasi asal usulnya dari antarbintang. Ditemukan oleh teleskop ATLAS di Chili, 3I/ATLAS mengikuti 'Oumuamua dan 2I/Borisov sebagai kasus ketiga yang tercatat. Orbitnya akan mencapai perihelion pada 30 Oktober 2025, di dekat orbit Mars.
Model menunjukkan inti tersebut berdiameter antara 320 meter dan 5,6 km. Kecepatan yang berlebihan mempercepat emisi material, yang terdeteksi pada jarak 450 juta km dari Matahari. Para astronom memperkirakan usianya lebih dari tujuh miliar tahun, mendahului Tata Surya.
Komposisi kimia terungkap
Data James Webb menunjukkan koma yang didominasi oleh karbon dioksida, delapan kali lebih tinggi daripada air. Rasio ini melebihi variasi komet surya yang diketahui sebanyak enam kali lipat. Analisis ini mengonfirmasi emisi OH pada jarak jauh, yang mengindikasikan aktivitas awal.
Para peneliti mengekstraksi sampel-sampel terpencil dalam perlombaan melawan waktu. Komposisinya menunjukkan asal-usul di sistem-sistem yang jauh di luar Bima Sakti. Teleskop berbasis darat melengkapi pengamatan luar angkasa untuk memetakan unsur-unsur langka.
Kampanye observasi global
IAWN menyelenggarakan latihan dari 27 November 2025 hingga 27 Januari 2026. Teleskop di Hawaii, Chili, dan Eropa akan berfokus pada komet tersebut untuk memvalidasi protokol. Ini menandai pertama kalinya objek antarbintang diikutsertakan dalam kampanye pertahanan.
- Keterlibatan badan seperti ESA dan observatorium Asia;
- Penekanan pada integrasi data waktu nyata;
- Uji respon terhadap penyimpangan orbit yang tidak dapat diprediksi.
Upaya ini meningkatkan pengawasan terhadap ancaman di masa mendatang, tanpa dampak langsung saat ini.
Pentingnya kerjasama teknis
Meskipun berjarak 270 juta km dari Bumi, kasus ini menguji sistem respons cepat. NASA memandang 3I/ATLAS sebagai kesempatan untuk mempelajari materi antarbintang secara detail. Mobilisasi ini memperkuat kemitraan internasional di bidang astrometri, dengan fokus pada presisi kolektif untuk peristiwa langka. Kerangka kerja ini memungkinkan respons terkoordinasi terhadap benda-benda langit atipikal, dengan menggabungkan pembelajaran dari misi seperti DART. Dalam jangka panjang, data ini akan berkontribusi pada model pembentukan planet eksternal, memperluas pengetahuan tentang kosmos di luar Tata Surya. Kurangnya risiko langsung tidak mengurangi nilai latihan ini, yang justru mempersiapkan badan-badan antariksa untuk skenario yang kompleks.
Detail lintasan yang diprediksi
Komet tersebut akan menuju Jupiter sebelum keluar pada tahun 2026. Lintasan hiperboliknya menghindari tabrakan tetapi memerlukan pemantauan berkelanjutan.
Sumber: mixvale
Foto:
Artikel Terkait
Brutal! Massa Bersenjata Serang Polres Mamberamo Raya, Polisi Terluka dan Kendaraan Hancur
Ini Penjelasan BGN soal Heboh Insentif Rp5 Juta untuk Konten MBG Viral
Luhut Kesal, Prabowo Tak Mudah Diatur Seperti Jokowi
Universitas Paramadina Maknai Sumpah Pemuda: Menghidupkan Kembali Semangat Kebangsaan dalam Kerja Nyata