Oleh:Agung Nugroho
DI tengah politik yang semakin bising dengan klaim dan sorak-sorai kemenangan, suara jernih sering tenggelam. Semua orang ingin bicara, sedikit yang mau mendengar.
Namun kadang, satu sikap tenang justru berbicara lebih keras dari ribuan kata. Purbaya Yudhi Sadewa memilih jalan itu -- tidak dengan teriakan, tidak dengan panggung, tapi dengan diam yang penuh makna.
Belakangan publik ramai memperbincangkan soal utang Whoosh. Angka-angka besar beterbangan di layar berita, istilah ekonomi jadi bahan debat, sementara rakyat kecil hanya bisa menatap layar sambil bertanya-tanya: siapa yang nanti akan membayar semua ini?
Di tengah hiruk-pikuk itu, nama Purbaya muncul, bukan karena ia ikut menambah kebisingan, tapi karena ia justru menepi dari sorotan.
Banyak yang mengira itu bentuk menghindar. Tapi bagi sebagian orang yang masih percaya bahwa sikap juga bisa menjadi pernyataan. Ketidakhadirannya di podium justru jadi pesan paling jujur.
Purbaya seolah ingin mengatakan, tidak semua kehadiran harus ditunjukkan, apalagi jika rakyat sedang menahan napas di tengah beban ekonomi yang makin berat. Diamnya menjadi tanda hormat kepada kesadaran publik, kepada perasaan banyak orang yang mulai lelah melihat pesta di tengah krisis.
Artikel Terkait
Polisi Tentukan Nasib Roy Suryo Cs Hari Ini, Kubu Jokowi: Serahkan ke Hukum yang Berlaku
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Alami Pelecehan Saat Blusukan: Dada Diraba dan Nyaris Dicium Pria di Jalan
Deklarasi Pangeran Purbaya Jadi Raja Solo Picu Polemik, Kubu Maha Menteri Tedjowulan Keberatan
Trump Melunak Ingin Bantu Zohran Mamdani Bangun New York, tapi...