Sempat Kudeta Putin, Bos Wagner Rusia Yevgeny Prigozhin Dikabarkan Tewas akibat Pesawat Dirudal

- Kamis, 24 Agustus 2023 | 11:30 WIB
Sempat Kudeta Putin, Bos Wagner Rusia Yevgeny Prigozhin Dikabarkan Tewas akibat Pesawat Dirudal

Ia membeberkan fakta di lapangan di mana Rusia sebenarnya telah menderita banyak kerugian.


"Sejumlah besar wilayah hilang. Tentara telah terbunuh tiga, empat kali lebih banyak daripada yang tertulis dalam dokumen yang ditunjukkan ke atas (kepemimpinan)," beber Prigozhin.


Video dan gambar yang diposting online, termasuk oleh kantor berita TASS, menunjukkan orang-orang bersenjata mengelilingi gedung administrasi di Rostov dan tank dikerahkan di pusat kota.


Tidak jelas siapa orang-orang bersenjata itu.


Sebelumnya, pihak berwenang Rusia juga telah mengatakan keamanan telah diperketat di beberapa daerah, dan walikota Moskow mengumumkan bahwa tindakan 'anti-teroris' telah diambil di ibu kota.


Dinas keamanan FSB Rusia menuduh Prigozhin mencoba melancarkan 'konflik sipil' dan mendesak pejuang Wagner untuk menahannya.


"Kita semua siap mati. Seluruh 25.000 tentara, dan kemudian 25.000 lainnya," kata Prigozhin, dalam pesan audio sebelumnya, setelah menuduh petinggi Rusia melancarkan serangan terhadap anak buahnya.


"Kami mati untuk rakyat Rusia."


Kepala Wagner mengatakan pasukannya juga telah menembak jatuh sebuah helikopter militer Rusia.


"Kami akan menghancurkan semua yang menghalangi jalan kami," kata Prigozhin sebelumnya, dalam tantangan paling berani kepada Putin sejak dimulainya serangan di Ukraina tahun lalu.


Serangan Rudal


Perkembangan ini terjadi setelah Prigozhin menuduh Rusia telah menjadikan pasukannya target serangan rudal yang katanya membunuh sejumlah besar pejuang.


"Dewan komandan PMC Wagner telah membuat keputusan, kejahatan yang dibawa oleh kepemimpinan militer negara harus dihentikan," kata Prigozhin dalam serangkaian pesan audio yang dikeluarkan oleh juru bicaranya.


Dia memperingatkan warga Rusia agar tidak melawan pasukannya dan meminta mereka untuk bergabung dengannya.


"Kita harus mengakhiri kekacauan ini. Ini bukan kudeta militer, tetapi pawai keadilan."


Namun hal ini dibantah oleh FSB yang menegaskan seruan Prigozhin merupakan strategi untuk memulai konflik sipil.


"Pernyataan dan tindakan Prigozhin sebenarnya adalah seruan untuk memulai konflik sipil bersenjata di wilayah Federasi Rusia dan menusuk dari belakang prajurit Rusia yang melawan pasukan Ukraina yang pro-fasis".


Sementara pasukan Wagner dilaporkan berada di garis depan dan mendalangi serangan Rusia di Ukraina, Prigozhin dalam beberapa bulan terakhir justru terlibat dalam perseteruan sengit dengan pimpinan militer Moskow.


Ia telah berulang kali menyalahkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Valery Gerasimov, kepala staf umum, atas kematian pasukannya.


Batal kudeta


Rusia berhasil mencegah perang saudara setelah pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, memutuskan membatalkan kudeta.


Alih-alih, Prigozhin justru memerintahkan para pejuang Wagner untuk mengakhiri pawai mereka di Moskow dan kembali ke pangkalan di Rusia selatan.


Secara mendadak, Prigozhin tampaknya berubah pikiran dan mengatakan bahwa dia ingin menghindari pertumpahan darah di Rusia.


"Sekarang saatnya telah tiba ketika darah bisa ditumpahkan," ujar Prigozhin dikutip The Guardian, Sabtu (24/6/2023).


"Oleh karena itu, menyadari semua tanggung jawab atas fakta bahwa darah Rusia akan tertumpah dari satu sisi, kami akan memutar konvoi kami dan pergi ke arah yang berlawanan dengan kamp lapangan kami."


Keputusan tersebut menyusul negosiasi dengan pemimpin Belarusia, Alexander Lukashenko.


Kremlin kemudian mengumumkan pada Sabtu malam bahwa Prigozhin akan pindah ke Belarus berdasarkan kesepakatan untuk mengakhiri kudeta bersenjata pertama negara itu dalam beberapa dekade.


Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan akan mencabut kasus pidana yang telah dibuka terhadap Prigozhin karena pemberontakan bersenjata.


Sementara para pejuang Wagner yang telah mengambil bagian dalam aksi itu tidak akan menghadapi pidana apa pun.


Kremlin sebelumnya terpaksa memobilisasi pasukannya dan mempersiapkan pertahanan saat Prigozhin mengirim konvoi pasukan bersenjata menuju Moskow.


Para pejabat menggali parit anti-tank ke jalan raya federal, mendirikan pangkalan senapan mesin di batas kota, dan mengerahkan kendaraan tempur infanteri di jalan-jalan Moskow.


Sementara Putin bersumpah bahwa negara Rusia akan menghadapi pemberontakan bersenjata terbesar sejak jatuhnya Uni Soviet secara brutal.


Saat konvoi tentara bayaran menuju ibu kota, penduduk Moskow didesak oleh walikota untuk tinggal di rumah.


Sumber: tribunnews


Halaman:

Komentar