Hamka: Engkau Berontak Baswedan!

- Selasa, 16 Mei 2023 | 16:30 WIB
Hamka: Engkau Berontak Baswedan!

Jakarta: Unggahan calon presiden Anies Baswedan di media sosial Instagram tiga hari lalu sekilas biasa saja. Hanya tiga lembar kertas lusuh yang dia unggah.

Gambar itu lantas diberi keterangan: Mengenang dan membaca kembali surat dari Buya Hamka kepada kakek (AR Baswedan) di tahun 1974, yang kemudian juga dimuat di majalah Panji Masyarakat (Panjimas).

AR Baswedan dikenal sebagai seorang jurnalis dan diplomat. Dia adalah keturunan Arab yang pernah menjadi Wakil Menteri Muda Penerangan pada Kabinet Sjahrir. AR Baswedan juga pernah menjabat anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat, anggota parlemen, dan anggota Dewan Konstituante.

Iseng-iseng membaca isi unggahan Anies itu, ternyata menarik. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal sebagai Buya Hamka tampak terkesan dengan sikap teguh Abdurrahman (AR) Baswedan. Seorang keturunan Arab yang teguh untuk membela Indonesia. Dan yang tidak lain adalah kakek dari Anies Baswedan, bakal calon presiden yang diusung Partai NasDem bersama Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Opini Buya Hamka itu terbit di Majalah Panjimas pada 21 November 1974. Hamka yang dikenal sebagai seorang filsul, ulama, dan sastrawan itu menyebut AR Baswedan sebagai sahabatnya.

  Memberontak keturunan Arab Di awal tulisannya, Hamka bercerita bagaimana AR Baswedan punya pandangan berbeda, kalau bukan menyebut istilah "memberontak", atas kedudukan orang Arab saat itu di Indonesia. Penjajah Belanda mencoba mengadu domba orang Indonesia dengan menempatkan orang Arab lebih tinggi kedudukannya dari anak negeri.

Namun, AR Baswedan berbeda. Bahkan, frasa Hamka dalam tulisannya itu amat tegas: "Engkau berontak Baswedan!"

"Berontak bukan saja kepada perasaan tinggi setingkat lalu isolasi, tetapi berontak juga kepada rasa kebangsaan atau nasionalisme Indonesia yang baru saja tumbuh, baru saja dikobar-kobarkan, yang orang Belanda turut menanamkannya, yaitu bahwa orang Arab ialah orang asing!" kata Hamka.

Hamka lalu melanjutkan, "golonganmu tidak lagi bermimpi tentang padang pasir, melainkan hidup dalam 'alam kenyataan'."

"Kami adalah bangsa Indonesia! Tidak ada kekuatan yang dapat menyisihkan kami!"

  Durian, bukan kurma Hamka mengenang AR Baswedan bukan saja memberontak secara pemikiran, tapi juga perkataan dan perbuatan. Amsal yang dipakai Hamka sangat kuat terkait dengan sikap AR Baswedan ini. 


Halaman:

Komentar