Perubahan Epigenetik
Ada beberapa bukti bahwa kesepian dapat mempengaruhi tubuh dengan mengubah cara kerja gen. Metilasi, pelekatan gugus metil ke promotor gen, adalah bagian dari Conserved Transcriptional Response to Adversity (CTRA). Respons CTRA ini menyebabkan gen-gen dalam tubuh menjadi lebih atau kurang aktif ketika seseorang menghadapi situasi sosial yang sulit. Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, pola ekspresi gen ini terkait dengan dampak kesehatan yang negatif.
Telomer dan Penuaan
Telomer, rangkaian DNA berulang di ujung kromosom, diduga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kesepian. Telomer menjadi lebih pendek seiring dengan duplikasi sel, artinya kita sebenarnya dapat menyimpulkan usia seseorang dari panjang telomernya. Menariknya, kita juga dapat mengetahui apakah seseorang menua lebih cepat dari yang kita perkirakan berdasarkan usia kronologisnya. Beberapa penelitian menemukan bahwa individu yang mengalami kesepian kronis memiliki telomer yang lebih pendek artinya kesepian dapat menyebabkan orang menua lebih cepat.
Meskipun temuan ini berpotensi mengejutkan, terdapat beberapa ketidakkonsistenan dalam literatur, yang menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi peran kesepian dalam penuaan biologis.
Penyalahgunaan zat
Kesepian berhubungan dengan berbagai masalah penggunaan narkoba, sehingga menciptakan hubungan dua arah yang kompleks. Dikatakan bahwa orang menyalahgunakan zat untuk merasakan sesuatu atau berhenti merasakan sesuatu. Dan mereka yang mengatur emosinya dengan merokok, penggunaan alkohol, ganja, dan opiat mungkin juga melakukan hal tersebut.
Hubungan dua arah ini menunjukkan bahwa penyalahgunaan zat itu sendiri dapat menyebabkan lebih banyak kesepian—misalnya dengan merusak hubungan yang sudah kita miliki. Perpaduan yang rumit antara kesepian dan penggunaan narkoba menunjukkan adanya hubungan yang masuk akal dari kedua arah, menjadikannya aspek yang memiliki banyak segi dalam hubungan antara kesepian dan kesehatan.
Perilaku Terkait Kesehatan
Lebih dari sekadar perasaan, kesepian memengaruhi tindakan kita yang meningkatkan kesehatan. Hal ini terkait dengan rendahnya tingkat aktivitas fisik, risiko malnutrisi, penurunan berat badan yang tidak disengaja, perilaku makan, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan pada orang lanjut usia—gejala yang hampir sama dengan depresi.
Intinya, orang yang kesepian merasa lebih sulit memotivasi diri untuk menjaga kesehatan. Hal ini menjadi sangat jelas selama pandemi COVID-19 baru-baru ini, dimana kesepian tampaknya mengurangi perilaku yang mendukung kesehatan seperti menjaga jarak dan memakai masker.
Gangguan Tidur
Kurangnya keterhubungan dengan orang lain juga dapat mengganggu tidur. Meta-analisis mengungkapkan hubungan moderat antara kesepian dan masalah tidur di berbagai kelompok umur. Kesepian secara konsisten berkorelasi dengan gangguan tidur, baik yang dilaporkan sendiri maupun diukur secara objektif, sehingga memperkuat hubungan kuat antara kesepian dan masalah tidur.
Kesepian dikaitkan dengan hampir setiap aspek kehidupan, itulah sebabnya mengatasinya sebagai masalah mendesak sangatlah penting. Manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya koneksi.
Sumber: inilah
Artikel Terkait
Viral 2 Jam Terjebak Macet Parah Jakarta, Turis Korea Ngamuk Sampai Kencing dalam Botol
Hamish Daud Liburan Bareng Sasha Sabrina Alatas ke Bangkok? Dugaan Perselingkuhan Suami Raisa Terkuak
Pengakuan Alumni Seangkatan Gibran: UTS Insearch Cuma Kursus Bahasa Inggris, Bukan Setara SMA
Ahmad Sahroni Sindir Penjarah Rumahnya: Boro-Boro Bayar Pajak, Pasti Nunggu Sembako