Trump dan Yeltsin tidak menggunakan joget sebagai strategi pencitraan diri yang dilakukan terus-menerus.
Pada titik itulah, Reza menilai joget Prabowo bermasalah.
"Prabowo joget terlalu sering. Tanpa musik pula dan seperti tak kenal situasi. Saat ditanya hal serius, tanpa jawaban tuntas, Prabowo justru 'menggenapi' jawabannya dengan berjoget," kata Reza sebagaimana dikutip Antara.
Reza menyampaikan bahwa joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara, ditambah pernyataan-pernyataan Prabowo yang serba mengambang dan terputus, membuatnya was-was akan executive functioning Prabowo.
Reza menjelaskan, joget Prabowo terkesan sebagai kompensasi sekaligus pengalih perhatian audiens atas kemampuan berpikir tuntas dan strategis Prabowo yang turun jauh di level tertinggi pejabat negara.
Ia pun mengingatkan bahwa strategi joget bisa menjadi "senjata makan tuan".
Pasalnya, Reza menilai, ketika orang-orang dekat Prabowo mengarahkannya terus berjoget, hal tersebut tidak melatih Prabowo memulihkan executive functioning-nya, tetapi justru menumpulkan kapasitas kognitif Prabowo.
"Sudah hampir dua jam debat berlangsung. Executive functioning Prabowo tertakar, dan saya berempati pada beliau," kata Reza.
Sumber: tribunnews
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh
Siap Tanggung, Prabowo Minta Jalur Whoosh Dilanjut hingga Banyuwangi Jawa Timur
Ahmad Sahroni Cerita Jatuh dari Plafon Saat Rumahnya Dijarah
Media Israel: Netanyahu Lakukan Ritual Penyembelihan Sapi Merah Suci