“Penduduk kita bertambah 3 juta orang setiap tahun, sekitar 30 bayi per detik. Tahun 2045 diprediksi (penduduk) kita sudah 324 juta jiwa. Sementara di sisi lain, lahan pertanian kita terus berkurang 100.000 hektar setiap tahun. Pak Prabowo menyadari hal ini, bahwa kita sangat rentan kelaparan.” jelasnya.
Budisatrio melanjutkan, bagi Prabowo Subianto masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan impor bahan pangan. Belajar dari Pandemi dan situasi dunia, hal tersebut sangat beresiko.
Baca Juga: Prabowo Tegaskan Akan Terus Kerja Keras: Allah SWT Sudah Terlalu Baik Sama Saya
“Untuk pangan, Indonesia harus swasembada. Jika mengandalkan impor, kedaulatan kita jadi taruhannya. Bayangkan jika pasokan dari luar terhenti, Indonesia terjadi bencana kelaparan. Kita rentan, karena menggantungkan perut kita ke negara lain.” jelasnya.
“Bahkan andai impor lancar sekalipun, tetap ada masalah. Produk pangan lokal kita bisa gagal bersaing di pasar, sehingga kesejahteraan petani kita yang menjadi korban.” lanjut Budisatrio.
Presiden Jokowi dan Capres Prabowo Subianto, menurut Budisatrio sudah pula memahami hal itu. Program Food Estate disiapkan menjadi solusi jangka panjang ketahanan pangan nasional.
Baca Juga: Greenpeace dan Walhi Beri Masukan Terkait Debat Cawapres Malam Ini
“Pak Jokowi sudah menggagas Food Estate sebagai cadangan logistik nasional, dan Pak Prabowo bertekad melanjutkannya. Prabowo Gibran bahkan bertekad menyempurnakannya menjadi Program Lumbung Pangan, diikuti industri pertanian yang memanfaatkan teknologi modern dan digital. Ini menjadi prioritas utama.” urai Budisatrio.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: genzdaily.com
Artikel Terkait
Viral Penampakan Masjid Jokowi di Abu Dhabi, Reaksi Netizen Bikin Ngakak
Prabowo Akan Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Negara yang Dikembalikan Koruptor
Aplikasi Maxim: Solusi Praktis untuk Perjalanan dan Penghasilan Tambahan di Indonesia
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh