Mantan pasukan pendudukan Israel, Mayor Jenderal, Israel Ziv, membahas kemungkinan invasi darat di Rafah dalam pernyataan pers. Namun ia juga menyebut Hamas sedang bersiap melakukan penyergapan strategis untuk Pasukan Pendudukan Israel (IOF) yang akan menjadi bencana bagi Israel.
Ia menambahkan bahwa invasi Rafah mempunyai risiko yang tinggi, lebih tinggi dibandingkan semua yang dilakukan IOF di Gaza, mengingat fakta bahwa Rafah adalah wilayah yang paling berbahaya. Tempat ini yang sangat ramai dan sulit untuk ditaklukan serta kemungkinan reaksi keras dari banyak negara.
Faksi-faksi Perlawanan Palestina menegaskan dalam pernyataan bersama pada tanggal 25 April mengungkapkan kesiapannya menghadapi segala skenario yang mungkin terjadi dalam agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, termasuk invasi darat ke Rafah, kota paling selatan di wilayah yang terkepung.
Dalam pernyataannya, faksi-faksi tersebut menekankan bahwa mereka tidak akan tinggal diam, karena semua opsi [untuk eskalasi] sudah dibahas, memperingatkan akan konsekuensi bencana dan kemanusiaan dari setiap agresi darat di Rafah, yang menampung lebih dari 1,4 juta pengungsi.
Faksi-faksi Palestina menganggap pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan pemerintah Barat bertanggung jawab penuh atas invasi Israel ke Rafah. Hal ini mengingat dukungan Barat terhadap Israel terus berlanjut meskipun negara yang dicap zionis ini melanggar berbagai konvensi dan hukum internasional.
Dalam konteks yang sama, faksi-faksi tersebut meminta massa Palestina di kota-kota Tepi Barat untuk bangkit sebagai protes terhadap ancaman Israel untuk menyerang Rafah. “Kami menyerukan kepada rakyat kami untuk mengubah Tepi Barat menjadi bola api di hadapan pemukim dan tentara Israel,” desak pernyataan itu.
Lebih lanjut, faksi-faksi Palestina menegaskan bahwa perang genosida Israel tidak akan mengembalikan kekuatan militer pendudukan yang kalah. Mereka juga memperingatkan adanya eskalasi dan ledakan menyeluruh yang akan mempengaruhi kawasan dan mengancam keamanan nasional, khususnya keamanan nasional Mesir jika terjadi invasi ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dilakukan.
Mengenai masalah yang sama, Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas, menegaskan bahwa "sikap Washington [terkait masalah ini] menipu" dan bahwa orang-orang Palestina "tidak jatuh ke dalam perangkap" baik Amerika dan Israel.
Haniyeh menekankan, dalam sebuah wawancara untuk Anadolu Agency Turki pada tanggal 21 April, bahwa “jika musuh memutuskan untuk pergi ke Rafah, rakyat kami tidak akan mengibarkan bendera putih, dan perlawanan siap untuk mempertahankan diri.”
Artikel Terkait
Begini Tanggapan Ignasius Jonan Soal Utang Whoosh usai Temui Prabowo
Budi Arie Bantah Projo Singkatan Pro Jokowi, Jejak Digital 2018 Justru Dia Jelas-jelas Ngomong Gitu
Presiden Prabowo Panggil Eks Menhub Ignasius Jonan ke Istana, Bahas Polemik Whoosh?
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid