Ketika Pangeran Diponegoro Gagal Naik Haji

- Minggu, 12 Mei 2024 | 16:45 WIB
Ketika Pangeran Diponegoro Gagal Naik Haji

Para pejabat dan perwira Belanda, lanjut Peter Carey, telah membuat sang pangeran percaya bahwa Manado merupakan sebuah peristirahatan sementara agar dia bisa memiliki waktu mengirim surat ke Belanda, meminta izin naik haji ke Mekkah bersama para santri bekas pendukungnya.


Pukul 8 pagi, Senin, 4 Mei 1830, kapal korvet Pollux bertolak dari Batavia mengantar sang pangeran menuju pengasingan di Manado.


Letnan dua Knoerle, pendamping perjalanannya, mengatakan meski serangan malaria membuat sang pangeran seperti mayat hidup. Namun, minat terhadap sekeliling, terutama ilmu bumi sangat luar biasa.


"Ia (Diponegoro) ingin tahu jalur pelayaran ke Jeddah,” tulis Knoerle dalam Extract uit de gehoudene aanteekeningen gedurende mijne reis naar Manado, De Oosterling, 1830.


Di Manado, keinginan sang pangeran untuk pergi menunaikan ibadah haji terus menguat.


"Diponegoro berusaha menghemat uang tunjangan sebesar 600 gulden, dengan menabung dalam bentuk uang dan barang perhiasan, untuk pergi haji," ungkap Peter Carey.


Residen Manado, Pietermaat dengan cemas mengamati kebiasaan menabung sang pangeran. Dia menganggap tabungan tersebut untuk membentuk pundi-pundi perang melawan Belanda. Tak lama, Pietermaat mengurangi tunjangannya hingga hanya menjadi 200 gulden.


Usaha sang pangeran untuk mengejar impian mencecap tanah suci terhenti. Pemimpin Suci Perang Jawa tersebut sudah kehilangan hasrat pergi haji sejak meninggalkan Manado menuju Makassar.


"Ketika berada di dalam benteng Rotterdam di Makassar, dan telah sepuh, impian Diponegoro pergi haji sudah tidak lagi terdengar. Diponegoro hanya ingin menghabiskan sisa hidup di Makassar," katanya.


Pagi pukul 06.30, Senin 8 Januari 1855, Diponegoro mengembuskan napas terakhir di kamar, Benteng Rotterdam, Makassar. Sang pangeran dikebumikan di pemakaman Kampung Melayu, Makassar, tanpa sempat menggapai impian pergi menunaikan ibadah haji.


Sumber: viva

BERIKUTNYA

SEBELUMNYA


Halaman:

Komentar