NARASIBARU.COM - Seorang tentara Rusia yang dikenal dengan nama Shima terus bertempur secara luar biasa meski sebiji peluru bersarang di kepalanya.
Peluru tersebut gagal membuat marinir anggota Brigade Pengawas Ke-155 di armada Pasifik Rusia itu absen dalam pertempuran melawan bala tentara Ukraina di Kursk, Rusia.
Shima dilaporkan mulai berdinas di front Kursk setelah menandatangani kontrak pada musim dingin tahun kemarin. Ayah tiga anak itu memutuskan ikut bertempur setelah situasi di Kursk memburuk.
Selepas menjalani latihan, dia langsung menuju front tempur. Saat itu brigadenya berjuang di Desa Viktorovka, Distrik Korenevsky.
Shima awalnya ditugasi menjadi sopir. Namun, dia dengan sukarela pindah ke satuan tempur.
Pasukan Ukraina yang dihadapi Shima dan kawannya ternyata lebih unggul. Pasukan itu dikoordinasi oleh operator drone yang memantau situasi di lapangan.
“Mereka tidak tahu berapa banyak personel kami di sana. Jadi, mereka takut maju terus. Kami juga tak punya perkiraan yang jelas mengenai jumlah mereka,” kata Shima dikutip dari RIA Novosti.
“Mereka menyebar dalam lubang-lubang secara berkelompok, terdiri atas dua atau tiga orang. Ada jarak puluhan meter yang memisahkan kami dengan mereka.”
Karena merasa ada yang tidak beres, pasukan Ukraina mulai menembak balik tentara Rusia. Shima terkena peluru pasukan Ukraina.
“Seolah-olah kepala saya dipukul dengan tongkat. Peluru itu mengenai helm saya, rasanya seperti memantul, tetapi entah kenapa tidak memantul,” ucap Shima.
“Meski demikian, saya kembali ke posisi saya, menangani luka, mengisi senapan mesin, dan kembali.”
Peluru itu ternyata bersarang di kepala Shima, tepatnya di sinus. Secara ajaib, peluru itu berhenti di sana, tidak bergerak lebih jauh.
Beberapa hari kemudian lukanya mulai menghilang.
“Darahnya mengering, meninggalkan bekas luka. Tidak ada pembengkakan. Saya tidak merasakan apa pun jika menyentuhnya,” kata dia.
“Ada sedikit rasa sakit, seperti akibat pukulan, hanya itu. Saya bahkan tidak tahu bahwa peluru itu berada di kepala saya.”
Shima terus menjalankan misinya seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang terjadi pada dirinya.
Beberapa hari kemudian, dia kembali terluka. Wajahnya terkena pecahan. Shima segera dievakuasi.
Saat pemeriksaan, baru diketahui bahwa ada satu peluru bersarang di kepalanya. Selama seminggu dia ternyata terus bertempur sambil membawa peluru itu di badannya.
Dia menghabiskan satu bulan di rumah sakit untuk memulihkan diri lalu kembali ke medan tempur.
“Kini saya membawa peluru itu bersama saya di mana pun saya berada, di dalam rompi antipeluru saya,” katanya.
Dia bahkan mengaku menggunakan peluru itu sebagai “jimat”.
Sumber: tribunnews
                            
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh
Siap Tanggung, Prabowo Minta Jalur Whoosh Dilanjut hingga Banyuwangi Jawa Timur
Ahmad Sahroni Cerita Jatuh dari Plafon Saat Rumahnya Dijarah
Media Israel: Netanyahu Lakukan Ritual Penyembelihan Sapi Merah Suci