NARASIBARU.COM - Perlu diketahui Dr. Rismon Hasiholan Sianipar adalah saksi Ahli Forensik Digital di sidang Peninjauan Kembali (PK) Jessica Wongso terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin.
Rismon membongkar rekayasa hasil LABFOR BARESKRIM di kasus Jessica, makanya dia sama sekali tidak percaya dengan hasil LABFOR BARESKRIM di kasus Ijazah Jokowi.
"MASIH PERCAYA HASIL LABFOR BARESKRIM? Kasus Jessica Wongso, KOMBES MUHAMMAD NUH AL-AZHAR (kepala Lab Komputer Forensik BARESKRIM) mengaburkan dan mengotak-atik resolusi dan laju frame video CCTV pakai software gratisan (eRightSoft dan freemake)! MANIPULATIF!" kata Rismon di akun X, Jumat (6/6/2025).
👇👇
tags
Imbas Rismon Sianipar Tak Percaya Uji Labfor Ijazah Jokowi, Ahli Psikologi Forensik Beri Komentar!
Pernyataan Ahli Digital Forensik, Rismon Sianipar, yang mengaku tak percaya hasil uji laboratorium forensik dari Bareskrim Polri, berbuntut panjang.
Diketahui, Rismon Sianipar mengungkapkan empat alasan mengapa tidak percaya dengan uji forensik yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Menurut Rismon, rekam jejak buruk dari institusi tersebut.
Ia lantas menguraikan kasus yang dimaksud.
Pertama, kasus Vina Cirebon.
"Kasus Vina Cirebon, ekstraksi SMS 22:14:10, tidak mereka pakai tuh dalam reka adegan. Yang diduga terjadi pemerkosan dan pembunuhan 21.30 sampai 22.30."
"Bayangkan kalau masih ada ekstraksi SMS dalam periode waktu yang ditentukan, kalau itu dipakai dalam reka adegan oleh polisi."
"Apa yang terjadi? bubar skenario itu, itu produk polisi," ujar Rismon dalam tayangan Youtube Forum Keadilan TV.
Kemudian, kasus Jessica Kumala Wongso.
Rismon bahkan menyebut Bareskrim Polri sebagai penipu.
"(Kasus) Jessica (Kumala Wongso) menggunakan ired soft software gratisan dan berbohong mengatakan itu software yang tersedia di DVR."
"Padahal itu Linux operating system, itu produk Laboratorium Komputer Forensik, Bareskrim Polri itu penipu, itu cacat," imbuh Rismon.
Berikutnya, jejak buruk soal analisa Puslabfor yang diungkap Rismon adalah terkait kasus kematian anggota FPI di KM 50 tahun 2020 lalu.
Menurutnya, ada hal tak patut yang dilakukan kepolisian sehingga kasus tersebut menjadi terhambat penyelesaiannya.
"KM 50, polisi memerintahkan si data CCTV, HP di rest area KM 50 dihapus, belum lagi genangan darah tidak di police line.
Terus 20 jam sebelum kejadian 7 Desember fiber optic putus, percaya enggak? tidak dianalisa itu serat opticnya bagaimana digunting dimakan tikus, enggak ada. Hanya dibilang tidak dapat mengirimkan gambar ke server di Bekasi, percaya enggak?" pungkas Rismon.
Hingga akhirnya Rismon Sianipar mengibaratkan sertifikasi yang dimiliki Puslabfor seperti mobil mewah.
Baca juga: Rismon Sianipar Blunder Bahas Kasus Ijazah Jokowi, Berujung Diskakmat eks Kabareskrim Susno Duadji
"ISO itu bagaikan mobil mewah, Anda dikasih tools tetapi belum tentu etika dalam menggunakan tools itu menjadi benar," ujar Rismon.
"Segala macam komentar sinis dari bang Rismon tadi itu datang dari seorang individu bernama Rismon. Sementara lembaga ini (Puslabfor) sudah dinilai komite akreditasi nasional," kata Reza Indragiri.
"Kalau itu (Puslabfor) menjalankan tugasnya dengan benar," imbuh Rismon.
Terakhir, Rismon Sianipar mengurai jejak kelam keempat instansi kepolisian.
Yakni terkait kasus Ferdy Sambo.
"Kenapa kasus Sambo terjadi? bahwa terjadi katanya tembak menembak padahal tidak. Kalau mereka melakukan tugasnya, kenapa itu terjadi?" kata Rismon.
Penjelasan Ahli Psikologi Forensik
Terkait hal tersebut, Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, memberikan komentar.
Reza menyebut, hasil uji forensik dari Puslabfor Polri memang patut dieksaminasi silang.
"Bahkan semua yang disebut sebagai hasil pemeriksaan saintifik oleh Polri, apa pun bentuknya, di instalasi Polri mana pun, semestinya bisa dikenakan cross examination," kata Reza, Kamis (29/5/2025).
Dikatakan Reza, persidangan perlu ekstra hati-hati terhadap kemungkinan bukti telah compromised, contaminated, dan corrupted. "
"Termasuk perusakan barang bukti yang dilakukan oleh penyidik kepolisian dan kalangan yang berafiliasi dengannya.
Sehingga, membuka akses bagi terdakwa untuk juga melakukan uji saintifiknya sendiri merupakan cara untuk menangkal 3C tersebut sekaligus memenuhi azas fairness di ruang penegakan hukum.
"Ujung-ujungnya, terguncang kita berhadapan dengan kemungkinan yang tidak bisa dinihilkan."
"Bahwa, obstruction of justice ironisnya dapat dilakukan lembaga penegakan hukum itu sendiri," ujarnya
Rismon Ditertawakan Susno Duadji
Langkah Rismon Sianipar untuk mengungkap keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, berujung blunder.
Bahkan, Rismon Sianipar sempat ditertawakan mantan Kabareskrim Polri 2008-2009 Komjen Pol (Purn) Susno Duadji.
Bermula ketika Susno Duadji dan Rismon Sianipar berdiskusi soal kasus ijazah Jokowi.
Susno Duadji menyebut, Laboratorium Forensik Polri bisa dipercaya secara penuh.
Sebab, Puslabfor Polti punya peralatan yang canggih hingga laboran yang mumpuni di bidang forensik.
"Percayalah bahwa laboratorium kriminal dulu, sekarang namanya Labfor Polri, bahwa Labfor itu terbaik di seluruh Indonesia dan sangat komplit dan sudah dipraktikan untuk apa saja ada," ungkapnya dalam program Rakyat Bersuara iNews TV.
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri dan Supriyani. Reza Tak Sabar Lihat Kubu Guru Supriyani Lapor Balik Aipda WH.
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri dan Supriyani. Reza Tak Sabar Lihat Kubu Guru Supriyani Lapor Balik Aipda WH. (kolase Tribun Jakarta dan Tribun Sultra)
Terkait dengan pernyataan Bareskrim Polri yang menyebut ijazah Jokowi adalah asli, Susno mengurai pendapatnya.
"Ijazah Pak Jokowi dengan yang dibandingkan tidak akan identik, ya pengertian identik itu sama."
"Yang namanya identik itu 100 persen sama, jadi pasti tidak identik."
"Maka yang dipersoalkan di sini sebenarnya identik atau tidak, sah atau tidak pak Jokowi memegang ijazah itu," ujar Susno Duadji.
Dalam penjelasannya itu, Susno mengurai mekanisme yang harusnya dilakukan oleh Puslabfor dan Bareskrim Polri.
Hal itu dilakukan guna mengetahui keaslian dan kesahan ijazah Jokowi.
Baca juga: Teman Satu Angkatan Ungkap Kemarahan Jokowi saat Cerita Tudingan Ijazah Palsu, Kompak Bela di Sidang
"Pak Jokowi sah tidak dia memegang ijazah yang di tangan dia, kita telusuri prosesnya. Pak Jokowi terdaftar atau tidak di UGM Fakultas Kehutanan."
"Kita teliti apakah pak Jokowi kuliah betul di UGM atau tidak, dilihat dari buku induknya, termasuk bayaran, termasuk skripsi, dia tamat atau tidak ada foto ijazahnya. Saya bicara dari segi proses," pungkas Susno.
"Kemudian baru ditanyakan ke UGM, betul enggak punya mahasiswa kuliah atau tidak. Tentang skripsi, ditanyakan aja kepada mereka."
"Nanti dibandingkan antara alat bukti yang didapat dari pelapor, keterangan saksi, sah atau tidak bukti yang dipegang," sambungnya.
Meyakini kebenaran dari hasil analisa Puslabfor, Susno Duadji mengungkap alasannya.
Susno menyebut laboran di Puslabfor adalah ahli yang merupakan lulusan dari luar negeri.
"Mereka (anggota Puslabfor) kualitasnya saya yakin, rata-rata mereka alumni dari Amerika, dari Eropa dan bukan polisi kayak saya di Akademi Kepolisian."
"Mereka memang kemahirannya itu. Kalau urusan laboran enggak boleh (diintervensi)," kata Susno Duadji.
Respon Rismon Sianipar
Atas penjelasan yang disampaikan Susno Duadji, Rismon Sianipar memberikan tanggapan.
Rismon mengkritik Puslabfor yang menurutnya tak sesuai dengan perkataan Susno Duadji.
Rismon tampak kecewa dengan kinerja Labfor dalam kasus Jessica Wongso.
"Alat boleh, tools boleh pakai segala macam standar internasional. Tapi pak, fakta berbicara lain."
"Terkait dengan salah satu laboratorium forensik Mabes Polri, bisa dibaca di direktori keputusan terkait Jessica Wongso."
"Laboratorium toksikologi pimpinannya atau siapa Doktor Nursamran Subandi, memodelkan penguraian sianida pakai parabola terbuka jika diekstrapolasi T-nya malah konsentrat sianida di gelas seperti pabrik, apakah begitu produk (Labfor)?" ungkap Rismon bersemangat.
Mendengar kritikan yang diurai Rismon soal Labfor, Susno Duadji tampak heran.
Sebab bidangnya bukan kepada hal teknis di Labfor.
Susno pun terkejut karena Rismon tiba-tiba membelokkan bahasan dari semula kasus ijazah Jokowi menjadi kasus Jessica Wongso.
"Itu saya serap ya, tapi saya tidak akan berdebat tentang sesuatu pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan sangat teknis, mudah-mudahan ini didengar oleh Mabes Polri."
"Karena kalau berdebat dengan saya (fokus ke) masalah penyidikan, saya 35 tahun di penyidikan. Tapi kalau berdebat di toksikologi bukan ranahnya," ungkap Susno Duadji.
"Maaf ya pak ya, pak jenderal," imbuh Rismon.
Ditegur Susno, Rismon justru kembali melanjutkan bahasannya soal kasus Jessica Wongso.
Susno pun langsung tertawa dan meminta Rismon kembali membahas kasus ijazah Jokowi sesuai tema diskusi.
"Yang kedua yang paling fatal. Doktor Nursamran Subandi di keputusan Jessica Wongso," ujar Rismon.
"Tapi kita belum masuk ke (kasus) Jessica Wongso ini," timpal Susno Duadji sembari tertawa.
"Bahkan laboratorium toksikologi salah menghitung waktu mundur," kata Rismon gelagapan.
"Kita kembali ke ijazah saja. Yang jelas, laboran ini, mas Roy saja mengakui ini sudah diakui taraf internasional."
"Kasian audien di seluruh Indonesia berapa puluh juta nunggu masalah ini loh," pungkas Susno Duadji.
Kata Susno, kesalahan pada individu yang berada di Labfor jangan disamaratakan dengan satu instansi.
Lagipula, diungkap Susno, pasti ada saja orang yang bermasalah di tiap instansi.
"Soal orang, di mana-mana itu ada masalah. Jangankan orang laboratorium, selevel menteri aja bermasalah. Elit politik pun bermasalah."
"Bahkan teman-temannya pak Roy profesor pun banyak yang ditangkap, bahkan rektor pun ditangkap. Jadi kalau kita bicara manusianya enggak selesai nanti," ungkap Susno Duadji.
"Tapi apa yang disampaikan Rismon tadi oke itu masukan. Karena polisi Indonesia itu milik beliau juga," sambungnya.
Sumber: Tribun
Artikel Terkait
Amien Rais: Rektor UGM Bareng Pratikno Utak-atik Selamatkan Jokowi
Kekayaan Elon Musk Ambles Rp 544 Triliun dalam Sehari
5 Pendakwah Indonesia Meninggal Saat Ceramah, Terbaru Ustaz Yahya Waloni
Amien Rais: Singkirkan Menteri Loyalis Jokowi dari Kabinet Prabowo