Soekarno Jadi Mandor Romusa & Buat Rakyat RI Tewas? Ini Faktanya!

- Minggu, 17 Agustus 2025 | 20:10 WIB
Soekarno Jadi Mandor Romusa & Buat Rakyat RI Tewas? Ini Faktanya!




NARASIBARU.COM - Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus, narasi lama soal Soekarno sebagai mandor romusa kembali mencuat ke permukaan.


Foto dan video yang kerap dibagikan di media sosial menampilkan sosok Soekarno berdiri di atas gundukan pasir, mengenakan topi jerami dan celana pendek, dengan satu tangannya menunjuk ke arah barisan para romusa.


Bagi sebagian orang, gambar itu terlihat seperti manipulasi sejarah. Namun, faktanya gambar itu asli. 


Ini diambil dari film propaganda Jepang pada 1944 yang secara khusus dibuat untuk mengampanyekan program romusa.


Soekarno memang tampil di dalamnya, bersama Mohammad Hatta dan Adam Malik. Kedua nama yang disebut terakhir kelak menjadi wakil presiden RI. 


Tujuan film itu dibuat agar rakyat Indonesia bersedia menjadi romusa.


Harapannya, bila mereka melihat para pemimpin besar tampil mendukung, maka rakyat akan ikut serta. Strategi itu, pada akhirnya, terbukti cukup berhasil.


Namun, di balik keberhasilan propaganda itu, tersimpan tragedi besar. Program romusa tak ubahnya kerja paksa yang brutal.


Mereka dipekerjakan siang dan malam di bawah pengawasan militer Jepang dan kerap kali disertai penyiksaan. 


Di Bayah, Lebak, misalnya, pengerahan romusa untuk membangun jalur kereta api memakan korban jiwa hingga 90 ribu orang.


Tak heran, banyak yang menyalahkan Soekarno. Dia dicap sebagai mandor romusa dan kolaborator Jepang. 


Namun bagaimana sebenarnya Soekarno menyikapi tuduhan itu?


Jawabannya bisa ditemukan dalam autobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965). 


Dalam buku itu, Soekarno tidak membantah keterlibatannya. 


Dia justru mengakui peran besarnya dalam kampanye romusa dan menyadari betapa pahit dampaknya. 


Pria kelahiran 1901 itu mengaku awalnya percaya pada janji Jepang. Para romusha dijanjikan upah layak dan gelar sebagai pahlawan kerja.


Tapi, kenyataan jauh dari harapan. Mereka dijadikan budak.


"Akulah salah seorang yang ditunjuk untuk mendaftarkan mereka. [...] Dalam kenyataannya, aku, Soekarno, yang mengirim mereka pergi bekerja. Ya, akulah orangnya. Aku mengirim mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, ya, akulah orangnya. Aku membuat pernyataan-pernyataan untuk mendukung pengerahan romusa," terang Soekarno.


Lebih jauh, Soekarno menjelaskan bahwa keputusannya bekerja sama dengan Jepang bukan tanpa pertimbangan. 


Dalam situasi saat itu, dia melihat hanya ada dua pilihan, yakni melawan Jepang atau bekerja sama.


Dia lantas memilih jalan kedua, yakni kerja sama, dengan pertimbangan jangka panjang kemerdekaan Indonesia.


"Dan akulah yang memberikan mereka kepada orang Jepang. Rasanya mengerikan sekali, bukankah begitu?" tuturnya.


Sejarawan John David Legge dalam bukunya Sukarno: A Political Biography (1973), menilai pilihan Soekarno menjadi kolaborator Jepang bisa dipahami dalam konteks perjuangan politik saat itu.


Kolaborasi itu adalah bagian dari strategi besar. Berpura-pura bersahabat agar bisa mendapatkan kemerdekaan di akhir perang. 


Soekarno pun menyadari tudingan terhadap dirinya akan terus hidup. 


Namun dia tak merasa perlu membela diri secara panjang lebar. Baginya, sejarah akan bicara lebih adil.


"Tidak jadi soal kalau ada yang menyebutku kolaborator, karena aku tidak perlu membutkikan kepada mereka atau kepada dunia apa yang telah kulakukan. [...] sejarahlah yang akan membersihkan namaku," ungkapnya.


Sumber: CNBC

Komentar