NARASIBARU.COM - Mukhamad Misbakhun, Ketua Komisi XI DPR RI, tetap berkukuh masyarakat harus taat membayar pak, meski persoalan ini menyulut demonstrasi serta kerusuhan massal sepekan terakhir.
Hingga Rabu (3/9/2025), masyarakat masih melakukan protes terhadap banyak kebijakan kenaikan tunjangan anggota DPR, persepsi meluaskan ketidakadilan fiskal, di mana rakyat merasa terbebani sementara pejabat menikmati kemewahan.
Kini, di tengah protes besar-besaran, tagar dan seruan #StopBayarPajak juga turut menggema kuat di media sosial.
Misbakhun tetap meminta masyarakat untuk tetap memenuhi kewajiban perpajakannya, meskipun amarah publik sedang memuncak.
Dia justru menyayangkan munculnya seruan untuk berhenti membayar pajak sebagai bentuk protes.
Menurutnya, tindakan tersebut kontraproduktif dan mengabaikan esensi pajak sebagai pilar utama penyangga negara.
Dalam pandangannya, pajak adalah kewajiban mutlak yang tidak bisa ditawar.
"Itu kan kewajiban masyarakat kepada negara, pajak harus dibayar dong," kata Misbakhun saat ditemui di DPR, Selasa (2/9/2025).
Politikus Fraksi Partai Golkar ini menekankan, dana yang terkumpul dari pajak memiliki peran vital dalam roda pemerintahan dan pelayanan publik.
Ia mengingatkan, ada jutaan nasib warga negara yang bergantung pada penerimaan pajak, mulai dari aparatur sipil negara hingga para pekerja di sektor publik yang gajinya dibayarkan oleh negara.
Lebih jauh, Misbakhun merinci pajak merupakan sumber utama pendanaan untuk berbagai program kesejahteraan dan pembangunan.
Tanpa pemasukan pajak yang stabil, menurutnya, negara akan lumpuh dan berbagai layanan esensial bagi masyarakat akan terhenti.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa seruan boikot pajak hanya akan menciptakan masalah baru yang lebih kompleks dan merugikan masyarakat luas.
"Pajak dibayar untuk gaji buruh, gaji dosen, tunjangan sekolah, memperbaiki infrastruktur, semua dari pajak. Menurut saya, pajak bagian dari ketaatan kita dalam bernegara," jelasnya.
Perlawanan Digital Menggema Kuat
Seruan "Stop Bayar Pajak" bukanlah isapan jempol semata.
Dalam beberapa hari terakhir, gerakan ini menjadi viral dan mendapatkan dukungan signifikan dari warganet.
Unggahan dari akun-akun berpengaruh seperti @storyrakyat_ dan @bem_si pada Kamis (28/8/2025) menjadi salah satu pemicu utamanya.
Dalam keterangan unggahannya, para penggagas gerakan ini menuliskan pesan perlawanan yang lugas dan tajam.
"Mulai sekarang lawan melawan dengan #stopbayarpajak dan sebarluaskan #stopbayar pajak. Rakyat sengsara, aparat dan pejabat sejahtera," demikian bunyi seruan tersebut, yang secara efektif merangkum sentimen publik saat ini.
Gerakan ini menjadi simbol krisis kepercayaan antara rakyat dan para wakilnya, di mana kebijakan yang dibuat dianggap tidak lagi berpihak pada kepentingan umum.
ππ
Misbakhun bin Munafikhun
β M Jedimar Hidayat (@Jediimar) September 3, 2025
ikut Sidney Marathon 2025 (31Agustus) pakai DUIT RAKYAT,
dgn modus kunker komisi XI ke Australia. pic.twitter.com/QLmRliYiP3
Ketua Komisi XI DPR, M Misbakhun sesumbar tidak menjadi peserta Sydney Marathon 2025 di Australia
β ꦩꦸκ¦κ¦ κ¦ (@MurtadhaOne1) September 2, 2025
Namun kreator Indonesia yang tinggal di Australia @dagucoklat membuktikan bahwa Aleg Partai Golkar itu terdaftar atau teregistrasi sebagai peserta pic.twitter.com/G4PDT3KsVv
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Celios Minta Presiden Prabowo Copot Srimul
Presiden Tak Bisa Kendalikan Penuh Intelijen, Polri dan Panglima? Pengamat: Pak Prabowo, Berhentilah Mengasuh Geng Solo
Kudeta & SOB yang Gagal: Pertarungan Maut Penghuni Istana Menunggangi Aksi Demo 25 -28 Agustus
Isu Ijazah Mulyono dan Pemakzulan Fufufa Ditenggelamkan Gelombang Demo