Meski begitu, Khoirul menekankan, data itu tidak serta merta membuat poros perubahan di atas angin. Pasalnya, sebanyak 56,2 persen responden masih memilih capres-cawapres yang mengusung semangat keberlanjutan.
Sedangkan, responden yang memilih capres-cawapres pengusung semangat perubahan baru 43,1 persen. Khoirul mengingatkan, angka tersebut tidak jauh berbeda dari perolehan suara dalam Pilpres 2014 maupun Pilpres 2019.
"Ketika narasi tentang keberlanjutan tentunya sama. Waktu itu, Presiden Jokowi menjadi petahana meraih 55 persen dan Prabowo meraih 45 persen," ujar Khoirul.
Dosen Universitas Paramadina tersebut menambahkan, dalam konteks narasi, peta keberlanjutan kontra peta perubahan, jika dibelah menjadi dua angkanya tidak jauh berbeda. Meski begitu, ia mengingatkan, ada yang perlu diantisipasi dari 56 persen itu.
"Angka 56 persen tidak jadi angka tunggal karena gerbong keberlanjutan per hari ini terbagi menjadi dua gerbong yaitu pendukung Prabowo dan pendukung Ganjar," kata Khoirul.
Sumber: kontenjatim
Artikel Terkait
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi
Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra
Momen Prabowo Tanya Budi Arie, PSI atau Gerindra Kau?