Lebih jauh, Budiman menjelaskan tidak ada yang jelek dalam sebuah kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh para capres.
"Itu kan tertanam di masing-masing diri mereka. Itu suatu nature. Bukan berarti populis itu jelek. Populis itu baik dan tepat. Cinta rakyat itu baik. Populis itu baik setiap zaman," kata dia.
Namun demikian, Budiman menuturkan, populis tepat sebagai sebuah bahasa politik pada Pemilu 2014. Ia pun menjeleskan keadaan pada Pilpres 2014. Saat itu menurutnya lebih pas berbicara pemimpin yang menggendong bayi hingga pemimpin naik becak.
"Karena dia antitesa dari kepemimpinan sebelumnya. Jadi menurut saya bukan baik buruk. Ini soal timing. Apa yang dibutuhkan bangsa ini," pungkas dia.
Setelah hubungannya dengan Prabowo membaik, Budiman memutuskan untuk mendeklarasikan dukungannya secara resmi kepada Prabowo. Buntutnya, ia jadi dipecat dari partai yang menaunginya sejak hampir dua dekade, PDIP.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Saut Situmorang: Luhut jadi Dewa Penyelesaian Kebusukan Whoosh
Ekonom Deteksi Rencana Jahat di Proyek Whoosh Bengkak 1,2 Miliar USD
Prabowo Tegaskan Whoosh Tidak Bermasalah, Negara Sanggup Bayar
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo