NARASIBARU.COM - Fakta-fakta tindakan asusila mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari kepada seorang wanita yang bertugas sebagai Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Den Haag, Belanda, dibeberkan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Hal tersebut dibacakan dalam sidang pembacaan putusan perkara nomor 90-PKE-DKPP/V/2024, di Kantor DKPP, Jalan Abdul Muis, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (3/7).
Anggota DKPP I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi mulanya mengungkap bentuk pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu (KEPP) Hasyim berupa tindakan asusila, yang punya korelasi dengan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang sebagai Ketua KPU.
"Terungkap dalam persidangan bahwa Teradu (Hasyim) dan Pengadu (PPLN Den Haag) menjalin komunikasi secara intens setelah acara Bimtek di Bali. Dan Teradu juga mengajak Pengadu bertemu di Cafe Habitat Jakarta Oakwood Suite Kuningan, Jakarta Selatan tanggal 2 Agustus 2023," ujar Raka.
Tak sampai di situ, dalam sidang pemeriksaan DKPP juga terungkap fakta komunikasi Hasyim makin intens ketika PPLN Den Haag berinisial CAT itu kembali ke Belanda, baik melalui telepon ataupun chat Whatsapp yang membahas hal-hal di luar kedinasan.
Bahkan, Raka menyebutkan fakta tentang hubungan intensitas keduanya berlanjut ketika CAT datang ke Indonesia pada tanggal 16 September 2023, dan Hasyim ternyata membiayai tiket pesawat dan berinisiatif menyediakan apartemen di unit 705 Oak Suite Kuningan, Jakarta Selatan.
"Terungkap fakta bahwa unit 705 Oakwood Suite Kuningan berdekatan dengan unit 706 yang ditempati oleh Teradu. Unit 706 merupakan fasilitas yang disediakan Sekretariat KPU untuk ruang kerja Teradu, karena ruang kerja Teradu di KPU sedang dalam proses renovasi," urai Raka.
"Hal itu sesuai keterangan Sekretaris Jenderal KPU Bernad Dermawan Sutrisno. Dan Pengadu akhirnya menerima tawaran Teradu, dan tinggal di unit 705 pada tanggal 19 sampai 26 September 2023," sambungnya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Anggota DKPP Ratna Dewi Pettalolo, DKPP menilai tindakan Hasyim kepada PPLN Den Haag itu tidak dibenarkan menurut etika penyelenggara pemilu.
Apalagi katanya, fakta yang terungkap membuktikan hasrat menjalin hubungan di luar pekerjaan terus menerus dilakukan Hasyim. Dimana, tidak hanya berhenti pada kejadian di September 2023, tetapi juga pada awal Oktober 2023 ketika PPLN Den Haag menyelenggarakan acara bimbingan teknis (bimtek).
"Terungkap pula fakta dalam sidang pemeriksaan, dalam komunikasi intens tersebut Teradu mengajak Pengadu jalan berdua di sela-sela acara bimtek di Den Haag. Terjadi juga komunikasi intens antara Teradu dan Pengadu melalui Whatsapp pada tanggal 12 Agustus 2023," terang Dewi.
Artikel Terkait
Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra
Momen Prabowo Tanya Budi Arie, PSI atau Gerindra Kau?
Jika Nekat Jadikan Gibran Cawapres 2029, Prof Ikrar Yakin Prabowo Pasti Keok, Ini Alasannya
Budi Arie Bakal Jadi Mata-mata Jokowi jika Bergabung ke Gerindra