Permainan tradisional Megandu pertama kali ditampilkan pada Art Centre sejak tahun 1998 hingga 2000.
Usai vakum cukup lama dari pentas budaya, pemerintah setempat akhirnya menampilkannya lagi pada Festival ke Uma.
Cara memainkan permainan tersebut cukup sederhana. Umumnya dimainkan oleh anak-anak atau remaja dengan jumlah 10 sampai 20 orang.
Baca Juga: Tikar Pandan Hasil Kerajinan Tangan Desa Danau Lamo Ini Dibeli Istri Menteri ATR/BPN RI
Mereka mulanya membuat bola dari bahan jerami. Sebuah patok kayu kemudian ditancapkan di tengah arena permainan.
Lalu ambil tali pelepah kelapa untuk dibentangkan sesuai kesepakatan dan arena permainan.
Gambaran Megandu adalah upaya seekor burung untuk melindungi telur-telur di sangkarnya.
Baca Juga: Kesebelasan Muarojambi Targetkan Hasil Maksimal di Ajang Gubernur Cup 2024
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: metrojambi.com
Artikel Terkait
Demo Gorok Komisaris PT Transjakarta Dikecam Publik Jepang: Jangan Izinkan Orang G*la Ini Masuk ke Jepang
Demo Gorok Komisaris PT Transjakarta Dikecam Publik Jepang: Jangan Izinkan Orang G*la Ini Masuk ke Jepang
Demo Gorok Komisaris PT Transjakarta Dikecam Publik Jepang: Jangan Izinkan Orang G*la Ini Masuk ke Jepang
Demo Gorok Komisaris PT Transjakarta Dikecam Publik Jepang: Jangan Izinkan Orang G*la Ini Masuk ke Jepang