Untuk itu, AHY menekankan pemerintah maupun BUMN wajib mengontrol serta membatasi laju pertumbuhan utang, salah satunya dengan tidak membangun infrastruktur mengandalkan dana pinjaman tersebut. “Infrastruktur memang penting. Tetapi perlu dilakukan perubahan dan kebaikan atas kebijakan pembangunan infrastruktur ini,” jelas AHY.
Berutang boleh saja, asal terukur. Ia menyarankan pemerintah menyortir proyek infrastruktur apa saja yang dibutuhkan dan perlu diprioritaskan. Selain itu, pastikan juga pembiayaan tersedia, baik dari APBN maupun non-APBN serta kerangka pembiayaan bersama atau pembiayaan penuh dari swasta, juga sebuah pilihan.
“Saya yakin, pemerintah manapun tak ingin mewariskan utang besar pada anak cucu kita, dan membebani pemerintahan-pemerintahan berikutnya,” ungkap AHY.
Kemudian, tambah AHY, pemerintah juga perlu pastikan infrastruktur yang dibangun memiliki keseimbangan antarsektor seperti antara nasional dan daerah juga antara kota dan desa.
Guna mencegah ketimpangan infrastruktur, AHY berpendapat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perlu dihidupkan lagi. “Pastikan, dana desa cukup, serta sesuai dengan kebutuhan desa yang bersangkutan,” pungkas AHY.
Sumber: inilah
Artikel Terkait
Mulai 1 Februari 2025, Elpiji 3 kg Tak Lagi Dijual di Pengecer
Peringatan BMKG: Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8.9
Prihatin Soal Konflik PKB vs PBNU, Komunitas Ulama dan Nahdliyin Keluarkan 9 Rekomendasi
Cabut Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi, DPR: Jangan Buka Ruang Generasi Muda untuk Berzina!